Sahabat

(Semester II)

Baldwin selalu memprioritaskan Athalla, karena mereka sangat dekat. Athalla selalu ada untuknya dan selalu membantunya saat dia dalam keadaan apapun. Itulah kenapa Baldwin juga sangat perduli pada Athalla.

Kekasih mana yang tak cemburu melihat kekasihnya lebih dekat dengan sahabatnya?

Zeva memang jarang meminta waktu Baldwin untuknya, karena Zeva juga sudah kelas 12 dan sebentar lagi akan lulus, dia sangat sibuk belajar untuk ujian.

Sikap Baldwin memang terlihat biasa saja terhadap Athalla, tapi sebenarnya dia sangat memperhatikan Athalla.

Sebuah rahasia yang tak pernah diketahui oleh siapapun. Baldwin pernah memiliki rasa suka kepada Athalla lebih dari teman, tapi dia sembunyikan. Dia mengubur perasaannya dalam-dalam untuk Athalla. Akhirnya dia hanya menjaga Athalla, berusaha membuat Athalla tersenyum dan menghapus kesedihannya.

Dia bilang, kalau dirinya tidak menyukai cewek tomboy. Tapi, sebenarnya ada lanjutan kalimat di dalam hatinya, "Kecuali Athalla."

Saat dia mulai mencoba melupakan perasaannya, dia bertemu dengan Zeva. Tak disangka, Zeva dapat membuatnya jatuh hati. Meski tak mudah bagi Baldwin, dia tetap berusaha membuat Athalla bahagia.

Apalagi dia sudah mengetahui Athalla menyukai Chadfael. Baldwin tetap ingin membantu Athalla mendekati Chadfael.

Kini semua kelas 12 sudah lulus, Athalla dan Baldwin naik kelas 11-3, mereka kembali satu kelas. Lintang dan Jaya naik kelas 12, mereka berbeda kelas.

🍃🍃🍃

Kembali ke bab 'Saingan', sebagai lanjutan bab tersebut.

🌸🌸🌸

(Kelas 11-3)

Athalla dan Baldwin kembali duduk semeja. Mereka pasangan sahabat yang tak terpisahkan.

"Thal, soal aku yang pernah bilang pengen berhenti ikut Ekskul Musik waktu itu. Aku sudah memikirkannya," Ucap Baldwin.

Baldwin melanjutkan, "Aku gak jadi berhenti deh, tapi mungkin gak full ikut kegiatan. Aku masih suka piano juga, sih. Tapi, basket tetap menjadi prioritasku."

"Terserah kamu sih, Win. Aku dukung saja keputusan kamu. Btw, aku baru mendaftar di Ekskul Taekwondo."

"APA THAL? Kamu ikut Taekwondo?"

Baldwin terkejut dengan keputusan sahabatnya itu.

"Biasa saja kali, gak usah kaget begitu."

"Kenapa ikutan ekskul itu segala sih?"

"Aku mau belajar bela diri, biar bisa melindungi diri sendiri, Win."

"Tapi kan, kamu itu cewek? Ah, aku lupa! Kamu tomboy!" Baldwin menepuk dahinya sendiri.

"Yee, memang ada hubungannya tomboy dengan ikut bela diri? Btw, kakak Zeva kuliah dimana?"

"Gak ada larangannya sih, hehe.

Zeva kuliah di UI. Gak sekalian nanyain Chadfael, neng?"

"Apa sih, Win? Sudah gak ada hubungannya lagi."

"Kamu beneran sudah lupain Chadfael?

Tapi, aku merasa gak begitu.

Lagipula sepertinya Chadfael sungguh menyukaimu."

"Please, Win. Semua itu hanya masa lalu.

Sekarang aku mau fokus belajar saja."

"Terus, bagaimana dengan kak Lintang?"

"Dia cuma teman, sebatas kakak kelas."

"Terus, kalau Sannan?"

"Dia adik kelasku dan juga adik kelasmu."

"Kau tak merasa dia mendekatimu?"

"Win, sudah ya. Kenapa sih kamu selalu berpikir kalau setiap cowok yang dekat denganku itu, mereka menyukaiku? Berhenti berasumsi seperti itu, Win," Ucap Athalla.

Dia melanjutkan, "Kamu tenang saja, kamu tetap sahabatku. Mereka hanya sebatas teman biasa, sedangkan kamu spesial bagiku, Win. Kamu sahabat sekaligus saudara untukku."

Baldwin tersenyum, setidaknya dia memiliki tempat spesial di hati Athalla. Bagaimanapun, dia berjanji akan menjaga Athalla.

"Jujur, aku khawatir Thal. Aku gak mau kamu terluka lagi. Aku juga merasa bersalah, karena aku juga turut ikut serta dalam hubunganmu dengan Chadfael.

Seandainya aku lebih tegas dari awal, tak mengizinkan Chadfael mengencanimu.

Mungkin kamu gak akan terluka seperti ini, Thal.

Membuatmu seperti ini, sampai menutup hatimu untuk orang lain."

"Sudah, Win. Sudah ya, semuanya sudah terjadi.

Berhenti menyalahkan dirimu, aku sudah menganggap semuanya hanya masa lalu bagi aku."

"Ma'afkan aku, Thal."

"Kamu gak salah kok, Win.

Sudah deh, tumben sekali mellow seperti ini."

"Karena aku menyayangimu, Thal."

"Aku juga, Win. Aku juga gak akan rela melihat kamu terluka."

"Sweet banget sih," Baldwin mencubit pipi Athalla.

"Sakit, Win!" Athalla berteriak, dia ingin membalas. Baldwin sudah lari keluar kelas. Athalla mengejar Baldwin.

Di koridor, Athalla menabrak seseorang.

"Aww, ma'af ya," Athalla mengelus dahinya, belum melihat orang yang ditabrak.

"Kakak gak apa-apa? Kok lari sih?" Tanya orang tersebut.

Orang itu adalah Sannan. Dia menyentuh dahi Athalla, memastikan wanita itu tidak terluka.

"Ah, aku gak apa-apa. Aku mau mengejar Baldwin.

Kemana perginya anak itu?" Athalla menoleh ke segala arah, nihil dia tak menemukan sosok yang dicari.

Sannan tertawa, "Kakak ini, seperti anak kecil saja. Main lari-larian."

"Habis dia nyebelin, main cubit pipi sembarangan. Mana sakit banget lagi."

Sannan menyentuh pipi Athalla. Athalla terpaku beberapa saat, melihat wajah Sannan sedekat ini. Membuat Athalla menahan nafas.

"Pipi kakak merah," Ucap Sannan.

Athalla segera menepis tangan Sannan yang ada di wajahnya.

"Sudah, Nan. Aku mau kembali ke kelas saja."

"Eh, kak tunggu. Kakak sudah makan siang?"

"Belum, nanti saja Nan. Aku mau kembali ke kelas, sebentar lagi jam masuk."

"Baiklah. Nanti pulang, aku antar ya?"

"Gak usah, aku bareng Baldwin."

Athalla melambaikan tangan, Sannan hanya mengangguk lemah.

🌟🌟🌟

Athalla kembali duduk di tempatnya, Baldwin sudah kembali sebelum dia. Baldwin berniat menggodanya kembali, namun dia urungkan karena melihat Athalla nampak murung. Athalla menelungkupkan wajahnya di meja.

"Kau darimana saja, Thal?

Ku lihat kau tak mengejarku, aku memutuskan ke kantin membeli snack. Nih untukmu."

Athalla mendongak, dia duduk bersandar.

"Thanks, Win."

"Kamu kenapa Thal?"

"Gak apa-apa. Aku mulai memikirkan perkataanmu tadi."

"Tentang?"

"Kak Lintang dan Sannan, Win. Sikap mereka aneh banget akhir-akhir ini.

Awalnya aku berpikir biasa saja, aku ingin menganggap mereka sama seperti halnya dirimu.

Tapi, semakin ku pikirkan. Itu berbeda denganmu, Win."

"Akhirnya kau mulai mengerti juga, Thal.

Sepertinya cubitan pipi dariku tadi membuatmu sadar," Canda Baldwin.

Athalla ingin membalas, namun dia merasa tak mempunyai energi lagi. Akhirnya dia hanya mengabaikannya.

🌸🌸🌸

Dear sahabat ....

Terima kasih sudah menjadi sahabatku.

Menerima segala kekuranganku.

Bersedia menemaniku.

Merangkulku, menghapus air mataku,

Suka duka kita lalui bersama.

Lukamu adalah lukaku,

Begitupun sebaliknya.

Kita tumbuh bersama,

Berbagi pengalaman,

Semua rasa sakit,

Mendewasakan diri kita.

Ku rasa takkan cukup 1000 halaman,

Untuk mengungkapkan rasa terima kasihku,

Segala hal yang telah kau lakukan untukku.

-Athalla Putri

🌼🌼🌼

Sahabat ....

Ya, status kita hanya sahabat.

Namun, sudah cukup bagiku.

Melihatmu bahagia adalah sumber bahagiaku.

Berada disisimu sepanjang waktu,

Menemanimu di kala suka dan duka.

Aku memilih menjadi sahabat,

Bukan karena tak berani mengungkapkannya padamu.

Tapi karena aku ingin selalu berada disisimu,

Menjagamu, melindungimu

Setidaknya aku memiliki tempat spesial di hatimu.

Aku menyayangimu sahabatku,

Semoga aku selalu bisa membuatmu tersenyum,

Di kala kau sedih, aku lah yang menghapus air matamu,

Karena aku akan selalu ada untukmu.

-Baldwin Bennett

Terpopuler

Comments

FauLia

FauLia

like

2020-09-12

1

Akira ✨

Akira ✨

like 🤩

2020-09-08

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Aku hadirr !!!

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!