Hari ini adalah hari tes seleksi ekskul Musik. Mereka diminta untuk menampilkan bakat masing-masing di bidang musik.
Baldwin dan Athalla bersiap untuk menuju ruang musik. Athalla memeriksa biolanya, ada senarnya yang putus.
"Win, Hueee.... " Athalla menangis.
"Kamu kenapa Thal?" Baldwin panik.
"Senar biolaku Win, putus. Sekarang bagaimana?" Ujar Athalla panik.
"Bagaimana ya? Mau beli yang baru, tidak bakal sempat, kita hampir telat ini.
Aku coba hubungi kak Lintang dulu deh Thal." Ucap Baldwin berusaha menenangkan Athalla.
Athalla menatap biolanya, dia menyesal karena tidak membawa senar cadangan. Sekarang dia hanya bisa merutuki dirinya sendiri.
Baldwin mengeluarkan handphonenya dan bergegas menelepon Lintang.
📞: "Halo kak? Begini, kami mau ke ruang musik. Tapi, senar biolanya Athalla ada yang putus. Jadi, bagaimana Athalla nih kak?
Ma'af ya kak, aku menghubungi kakak. Aku bingung mau minta bantuan siapa lagi."
📞: "Datang saja ke sini, disini ada menyediakan biola kok," ucap Lintang.
📞: "Benarkah? Wah, baik. Terima kasih kak," Baldwin tersenyum lebar.
📞: "Eh, Win. Athalla sekarang bagaimana? Dia baik-baik saja kan?" tanya Lintang.
📞: "Iya, tapi dia tadi sempat menangis sih," ucap Baldwin sambil menatap Athalla.
Athalla menatap tajam ke Baldwin.
📞: "Oh, baik Win. Cepat ke sini ya? Sebentar lagi acaranya dimulai nih."
📞: "Ok, kak."
Baldwin memutuskan sambungan telepon.
"Bagaimana Win?" tanya Athalla tak sabaran.
"Tenang, kata kak Lintang ada kok biola di ruang musik. Ya sudah, kita ke sana yuk!" Ajak Baldwin.
"Eh tunggu, tadi kak Lintang nanya apaan sama kamu? Kok kamu bilang aku tadi menangis? Aku malu, Win!"
Athalla memukul lengan Baldwin.
"Aww ... Sakit Thal. Ya ma'af, dia cuma nanyain keadaan kamu kok. Ya, aku jawab jujur dong?" Ujar Baldwin.
"Ish, nyebelin banget sih kamu Win. Tidak usah juga kali diaduin hal yang seperti itu?" Athalla manyun.
"Biarin sih Thal. Ayo ah cepat berangkat, nanti kita telat nih. Ngomel mulu." Ujar Baldwin.
Baldwin menatap jam tangannya, acara kurang lebih 15 menit lagi akan dimulai.
Mereka pun bergegas berangkat ke ruang musik.
🌼🌼🌼
Di ruang musik, semua peserta telah berkumpul, mereka tampak serius. Athalla dan Baldwin baru sampai, mereka terlihat ngos-ngosan karena habis berlari.
Jarak antara kelas mereka ke ruang musik, lumayan jauh, karena itu mereka memutuskan berlari agar cepat sampai.
Lintang menatap Athalla dari kejauhan, dia mengambil tisu dan dua botol air mineral. Dia mendekati Athalla.
"Minum dulu nih, kalian pasti capek?"
Lintang menyerahkan botol minuman dan tisu.
"Terima kasih kak," ucap Baldwin dan Athalla bersamaan.
Lintang hanya mengangguk. Dia mengambil biola yang ada di ruang penyimpanan alat musik dan menyerahkannya pada Athalla.
"Terima kasih banyak kak. Ma'af merepotkan kakak." Ucap Athalla, dia meneguk air mineral yang diberi oleh Lintang.
"Santai saja, Thal." Ucap Lintang tersenyum.
Ada banyak mata yang memandang mereka, dengan tatapan yang berbeda-beda. Ada yang menatap iri, cemburu dan juga marah.
Athalla menatap ke arah mereka, dia merasa tak nyaman.
"Kak, kami ke sana dulu ya? Menunggu giliran.
Ayo, Win!" Athalla menunjuk ke arah tempat duduk peserta dan mengajak Baldwin ke sana.
"Baiklah," ucap Lintang tersenyum.
Baldwin paham dengan Athalla. Wanita itu sedang merasa tak nyaman.
"Kamu bilang santai saja, tidak memperdulikan tatapan orang tentang kamu dan kak Lintang?" ucap Baldwin, saat mereka telah duduk di kursi.
"Apa sih, Win? Aku baik-baik saja." Athalla berusaha tertawa.
"Gak usah bohong ya, nona." Ujar Baldwin.
"Iya-iya, tapi sekarang itu tidak penting. Lebih baik fokus dengan apa yang akan kita hadapi sekarang saja," sungut Athalla.
"Baiklah. Setelah ini kita makan yuk?" Ajak Baldwin.
"Please ya Win, acaranya bahkan belum mulai. Kamu sudah mikirin mau makan," Athalla memutar bola matanya.
"Iya deh, ma'af. Duh sensi banget, lagi PMS ya neng?" canda Baldwin.
Athalla berpura-pura tak mendengarnya, dia berusaha sambil berlatih untuk lagu yang akan dia mainkan.
Acara pun dimulai, semua peserta nampak gugup.
Begitupun Athalla dan Baldwin.
"Win, kamu menampilkan lagu apa?" tanya Athalla.
"Ada deh, nanti kamu dengar sendiri lagu apa." Ujar Baldwin menyombongkan diri.
"Iya deh, pianis berbakat." Goda Athalla.
Baldwin nampak menyombongkan diri dengan membusungkan dadanya. Athalla hanya tertawa melihat Baldwin.
Kini tiba giliran Athalla, dia maju ke depan.
Dia mulai memainkan biola, terdengar lembut, alunan musiknya membuat semua orang di ruangan tersebut menikmatinya dan terpukau.
Athalla memainkan "Yiruma - River Flows In You". Athalla memainkannya penuh dengan emosi dan penghayatan.
Begitupun para kakak kelas yang menjadi juri, mereka terlihat mengagumi permainan Athalla.
Setelah selesai, para penonton bertepuk tangan.
Athalla mengucapkan terima kasih, dia pun kembali ke tempatnya.
Lintang menatapnya sampai tak berkedip. Jaya yang disampingnya menggoncang pelan tubuh Lintang, mengembalikan kesadaran pria itu.
"Hei, kalau mau melamun memikirkan masa depan dengannya, nanti saja. Sekarang kita sedang sibuk, menilai penampilan adik kelas kita," ucap Jaya menggodanya.
"Apaan sih Jay? Siapa juga yang melamun sih?" elak Lintang.
"Mengelak saja nih orang," Jaya tertawa.
"Sudah, sudah. Kita ini sedang serius ya, jangan pada bercanda." Ranti menengahi.
Ranti memang sudah kelas 12, sebentar lagi dia akan berhenti mengikuti ekskul, namun ini menjadi hal terakhir yang dia kerjakan di ekskul yaitu sebagai juri.
Kini giliran Baldwin, dia telah bersiap duduk di depan piano. Semua orang tampak memperhatikan. Termasuk Zeva, kekasih Baldwin. Dia baru sampai setelah pelajaran tambahannya berakhir, dia sekarang kelas 12. Dia datang di waktu yang tepat, karena Baldwin baru ingin mulai.
Baldwin terlihat gugup. Dia meregangkan jari-jarinya. Dia pun memulainya dengan pelan. Semua terpana mendengar alunan musik yang dimainkan Baldwin. Dia memainkan "John Legend - All of Me".
Zeva menatap Athalla disampingnya. Athalla nampak terpesona, terkejut dengan bakat Baldwin. Pasalnya dia tak pernah menampakkan bakatnya tersebut di depannya. Dia sendiri ingin sekali belajar bermain piano.
"Athalla!" panggil Zeva.
"Huh? Ada apa kak?" Athalla menoleh ke arahnya.
"Kau ... Apa kau menyukai Baldwin?" tanya Zeva pelan.
Athalla berusaha menahan tawanya.
"Yang benar saja kak? Aku dan Baldwin hanya berteman. Kakak tak perlu cemburu.
Baldwin bukan tipeku dan aku bukan tipenya.
Dia selalu membanggakan kakak, karena sangat perhatian padanya." Ucap Athalla penuh percaya diri, dia mengacungkan jempol.
"Benarkah? Jujur, aku sangat sulit percaya persahabatan antara pria dan wanita," ucap Zeva menunduk.
"Jadi, apa yang harus aku lakukan agar kakak percaya?
Kau tahu kak, aku agak sulit mempunyai teman karena aku ini tomboy. Tapi, sebenarnya hanya penampilanku. Aku wanita tulen kok.
Baldwin satu-satunya yang mau berteman denganku. Berbeda denganku, Baldwin mempunyai banyak teman. Dia mudah bergaul dengan siapa saja, termasuk dengan para kakak kelas." Tutur Athalla meyakinkan.
"Aku masih ragu," ucap Zeva.
"Kalau kakak tak percaya, kakak boleh deh mengawasi kami," ucap Athalla tersenyum.
"Tapi, jika aku terus mengawasinya, sama artinya aku tak percaya sama dia." Zeva menghela nafas.
"Nah, itu kakak paham. Pokoknya tenang saja, aku dan Baldwin hanya teman. Aku tahu hatinya hanya untuk kakak," ucap Athalla, wanita itu menggenggam tangan Zeva.
"Lalu bagaimana denganmu? Apa kau menyukai seseorang?" tanya Zeva.
"Eh, saat ini belum ada sih kak," ucap Athalla mengibas-ngibaskan tangannya.
"Aku memperhatikan Lintang tadi, tampaknya dia terus menatapmu," ucap Zeva menggodanya.
"Masa sih kak? Lihatin yang lain juga mungkin." Ujar Athalla mengangkat bahu.
"Tidak, tatapan dia ke kamu itu terlihat berbeda," ucap Zeva meyakinkan.
"Dia memang kakak kelas yang baik kak," ucap Athalla tersenyum.
"Bukan, bukan yang seperti itu." Sahut Zeva cepat.
Baldwin selesai memainkan pianonya, dia mengucapkan terima kasih. Dan dihadiahi tepuk tangan yang meriah oleh penonton maupun juri.
Perhatian Athalla dan Zeva teralihkan ke Baldwin, mereka menghentikan percakapan mereka.
Baldwin kembali ke tempat duduknya, dia terkejut melihat Zeva ada disini.
"Zeva? Kok kamu bisa disini?" tanya Baldwin.
"Iya harus, masa kekasihnya tampil tidak nonton sih? Aku disini untuk mensupport kamu. Lagian kamu tidak pernah memainkan piano untuk aku," Zeva memasang wajah cemberut.
"Iya iya, nanti deh. Terima kasih ya sudah datang?" Ujar Baldwin.
Mereka saling melempar senyum.
"Duh ya ampun, aku salah posisi nih berada di tengah pasangan romantis. Kalian ingin membuat aku iri?"
Athalla menyeletuk.
Baldwin mengusak rambut Athalla.
"Hiih, apaan sih Win. Rusak nih rambutku. Aku mau ke toilet dulu," ujar Athalla terlihat kesal.
"Tidak usah, begitu saja masih ada yang tetap naksir kok," ucap Baldwin menggodanya.
"Baldwin Bennett, anak semata wayang!" Athalla hampir memukul lengannya, tapi dia tahan karena ada Zeva.
Baldwin dan Zeva hanya tertawa, melihat Athalla yang marah karena diusilin Baldwin. Athalla pun keluar ruangan dan menuju toilet.
Athalla kembali ke ruangan musik. Terdengar seseorang menyanyikan lagu, suaranya memenuhi ruangan.
Lintang bernyanyi lagu "98° - I Do (Cherish You)", dengan Jaya yang memainkan gitar dan duduk disampingnya.
Suara Lintang membius para penonton hingga hanya tertuju padanya. Termasuk Athalla, dia mengagumi suara Lintang. Baldwin menyenggol lengan Athalla.
"Thal, sepertinya kak Lintang nembak kamu dengan cara ini," celetuk Baldwin.
"Bicara yang tidak-tidak lagi, aku tonjok nih?" Athalla mengepalkan tangannya dan siap melayangkan di udara.
"Ya elah, galak banget neng," ucap Baldwin tertawa.
"Btw, semua peserta sudah selesai tampil?" tanya Athalla.
"Sepertinya sih begitu, aku lihat pesertanya lebih sedikit dibanding kita pertama kali mendaftar kemarin." Ujar Baldwin sambil menatap sekitar
"Oh pantesan sih, sudah selesai." Ujar Athalla.
"Serius nih Thal, kalau misalkan. Ini misalkan, kak Lintang beneran suka dan nembak kamu. Apa yang bakal kamu lakukan?" tanya Baldwin.
"Tidak tau sih, Win. Aku memang kagum sih sama dia. Tapi, tidak kepikiran sampai situ. Lagian saat ini, aku mau fokus belajar sama ekskul aja." Jawab Athalla mengangkat bahu.
🌸🌸🌸
Baldwin, Zeva dan Athalla kini berada di kafe dekat sekolah. Mereka mulai memesan makanan.
Mereka asyik menyantap makanan sambil bersenda gurau. Tiba-tiba seseorang datang dan duduk di depan mereka.
"Eh, aku bolehkan duduk di sini?" tanya orang tersebut.
"Tentu boleh dong, Lin," sahut Zeva cepat.
"Boleh banget lah kak, lagian kasian tuh Athalla, kelihatan banget aura jomblonya," canda Baldwin.
Athalla menginjak kaki Baldwin.
"Aww ... Sakit Thal! Hobi banget sih, kalau tidak mukul ya nginjak. Jadi cewek anggun sedikit kenapa sih?" protes Baldwin.
Athalla terkejut, dia terlihat malu. Mana di depan Lintang dan Zeva. Tapi, mereka hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabat ini.
"Serius ya, kalian ini bertengkar terus kaya Tom and Jerry gitu. Tapi, tetap saja temenan," ucap Zeva heran.
"Tidak apa-apa Thal, aku juga jomblo. Jadi santai saja," ucap Lintang membela.
"Ehem, ehem ....
Duh, mendadak tenggorokanku kering nih," Baldwin menggodanya.
"Win, kamu sudah selesai? Kita jalan yuk?" ajak Zeva, yang mulai mengerti situasi.
"Oh iya, ayo kita pergi. Kak Lintang, nitip Athalla ya. Jagain, takutnya dia makan orang," ucap Baldwin tertawa.
"Win, aku juga mau pulang." Athalla ingin segera beranjak.
"Tidak usah, temenin dulu kak Lintang. Kasian kan, dia juga baru sampai. Kamu tidak sibuk juga kan?
Kami pergi dulu ya? Bye." Pamit Baldwin.
Baldwin dan Zeva telah menjauh. Athalla hanya tertunduk malu.
"Kamu sudah mau pulang?" tanya Lintang.
"I-iya, tapi aku bisa kok nemenin kakak makan disini," ucap Athalla gugup.
"Yakin tak apa-apa?" Lintang memastikan.
"Iya kak, yakin." Athalla mengangguk.
"Bagaimana menurutmu suara aku saat menyanyi tadi?" tanya Lintang.
"Bagus, kak. Suara kakak merdu banget." Athalla mengacungkan dua jempolnya.
"Benarkah? Terus lagunya bagaimana menurutmu?" tanya Lintang, pria itu tersenyum kecil.
"Lagunya juga bagus, kak. Buat seseorang ya?" tanya Athalla.
"Iya, seseorang yang spesial." Lintang tersenyum.
"Oh.... " Athalla mengangguk, tanda mengerti.
Hening beberapa saat.
"Thal, aku mau bicara sesuatu sama kamu," ucap Lintang dengan nada serius.
"Apa kak?" tanya Athalla.
"Aku.... "
Ucapan Lintang terpotong karena handphone Athalla berdering.
"Ma'af kak, aku angkat telepon dulu dari Mama." Ujar Athalla permisi.
"Oh iya, silahkan." Lintang mempersilahkan.
Athalla keluar kafe. Setelah selesai, dia kembali ke dalam dan mengambil tasnya.
"Ma'af kak, aku harus segera pulang. Mama nyuruh pulang sekarang." Pamit Athalla.
"Oh iya, tidak apa-apa. Aku antar ya?" ucap Lintang.
"Eh tidak usah, aku naik taksi saja." Tolak Athalla.
"Please jangan nolak, Thal. Aku khawatir, ini sudah hampir malam." Lintang memaksa.
"Baiklah, ma'af merepotkan ya kak. Dan juga terima kasih." Ucap Athalla pasrah.
"Bukan masalah." Lintang tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Ita Yulfiana
suka
2020-09-08
1
FauLia
semangat
2020-09-04
1
Mia Poei
semangat ya
2020-09-04
1