Flashback On
Semenjak Athalla mengetahui seorang Chadfael dari tim basket sekolah, dia sering mengikuti Baldwin untuk latihan. Baldwin tak merasa curiga apapun, karena dia dan Athalla memang dekat, mereka bisa kemana saja bersama.
Sampai pada akhirnya Athalla jujur pada Baldwin tentang perasaannya pada Chadfael.
Pada awalnya Athalla memutuskan hanya melihat Chadfael dari kejauhan.
Mengetahui fakta seorang Chadfael, senior populer nomor 1 di sekolah, sudah cukup membuatnya sadar diri.
Baldwin berusaha membantu dengan memberi kode pada Chadfael agar mengetahui perasaan Athalla. Namun, Athalla merasa tak percaya diri. Menjadi *s*ecret admirer adalah pilihan yang lebih baik untuk saat ini.
Athalla selalu memberikan makanan ringan secara diam-diam untuk Chadfael, tentu lewat perantara Baldwin.
Awalnya aku hanya ingin memandangmu dari kejauhan
Menjadi seorang pengagum rahasia
Namun rasa ini semakin hari kian menggebu
Hanya menatapmu saja,
membuat jantungku berdetak dua kali lebih cepat
Sangat tidak baik untuk jantungku
Senyum manismu bisa membuatku diabetes
Benar-benar mengganggu kesehatan,
Iya kesehatan hatiku
Dan aku candu
Merasa candu untuk terus mencintaimu.
- Athalla Putri
🦋🦋🦋
Di ruang olahraga, hari ini tim basket berlatih untuk mengikuti pertandingan kompetisi antar sekolah.
Athalla memberikan support untuk tim basket. Ada banyak siswi yang menonton hari ini, tentu mereka mensupport Chadfael, Pangeran Sekolah.
Athalla melihat begitu banyak hadiah untuk Chadfael. Semua hadiahnya barang branded dan mahal. Dia merasa minder, dia hanya memberikan kue brownis buatannya sendiri. Dia belajar membuat kue selama seminggu ini dan tadi malam berhasil.
Dia ingin mengambilnya kembali, namun dicegat Ranti.
"Hei, kenapa hadiahmu diambil kembali? Biarkan saja disini bersama dengan yang lain." Dia tersenyum.
Athalla merasa tidak ada apa-apanya, Ranti sosok wanita yang sempurna. Athalla sempat berpikir, kalau Ranti ini hanya berbicara pada orang-orang yang populer. Namun, asumsinya salah. Ranti seorang kakak kelas yang ramah. Inilah definisi dari cantik luar dalam.
"Aku malu kak, ini enggak ada apa-apanya dibanding dengan yang lain," ucap Athalla.
"Jangan minder seperti itu, justru aku lihat, hadiahmu lah yang paling tulus," jawab Ranti tersenyum.
"Tapi, kak.... "
"Sudah ya, ini diletakkan saja disini.
Sekarang lebih baik kita menonton mereka saja." Ranti menarik tangan Athalla menuju kursi penonton.
"Athalla!" panggil Ranti.
"Huh? Kakak memanggilku?" tanya Athalla.
"Iya, namamu Athalla kan?" Ranti tersenyum.
"Iya kak, bagaimana kakak bisa tahu namaku?" tanya Athalla.
Ranti tertawa, Athalla semakin bingung.
"Santai saja, kita kan satu ekskul? Tentu saja aku mengenalmu. Eh, tapi sekarang sudah berhenti sih.
Oh iya, besok hasil seleksi akan diumumkan."
"Aku tak percaya saja, kakak bisa ingat namaku," ucap Athalla pelan.
"Tentu saja, kau kan istimewa," jawab Ranti.
"Hah?" Athalla merasa bingung.
"Sudah, berhenti ya bahas soal nama."
Athalla mengangguk, meskipun dia masih penasaran.
"Jadi, sejak kapan kau menyukai Chadfael?" tanya Ranti to the point.
"Hah? Aku hanya fans biasa kak." Athalla mengibas-ngibaskan tangannya, tanda tak setuju.
"Kita sama-sama wanita, jadi aku tahu tatapanmu ke Chadfael berbeda." Ranti terlihat keukeuh.
Athalla menjawab, "aku disini mendukung Baldwin kok, kak."
"Ma'af ya, sepertinya aku terlalu cepat. Kita bahkan belum dekat. Aku sudah bertanya hal seperti ini padamu. Tentu saja sulit bagimu, karena ini hal pribadimu." Ranti tertawa.
Athalla hanya diam.
Ranti melanjutkan, "tapi, sebelum kau melihat orang lain. Sebaiknya kau melihat yang ada disekitarmu terlebih dahulu.
Eh, aku ngomong apa sih?" wanita itu tertawa, Athalla hanya tersenyum.
Bukannya merasa canggung dengan Ranti, dia hanya merasa tidak ingin bercerita apapun dengan Ranti.
Seandainya dia membahas hal-hal lain, Athalla akan senang hati mengobrol dengan kakak kelasnya itu.
🌸🌸🌸
Di kelas 10-3 yang selalu berisik saat jam istirahat, dua sahabat sedang mengobrol di tempat duduknya.
"Win, ajarin aku main bola basket dong!" ucap Athalla spontan.
"Hah? Serius? Kamu mau ikut ekskul basket juga?" tanya Baldwin yang merasa kaget.
"Maksudku belajar main doang, gak ikutan ekskulnya. Kayanya keren aja gitu," ucap Athalla.
Baldwin mengernyitkan alisnya, "gak usah deh Thal, sayang jari-jari kamu kalau lecet atau kenapa-napa, nanti sulit main biola."
Athalla hanya mendecih, "bilang aja gak mau ngajarin."
"Mending minta ajarin sama Chadfael."
Baldwin menaik-turunkan alisnya, bermaksud menggodanya.
"Ih, apaan sih Win?"
Athalla hampir melempar kotak pensilnya ke Baldwin, namun terhenti setelah melihat Chadfael masuk ke kelasnya.
Athalla melongo beberapa saat, Baldwin bingung. Dia menatap ke arah mata Athalla melihat.
"Oy, Fael! Ngapain?" Tahu kemana arah mata Athalla, dia tersenyum.
"Habis kelas, langsung ke ruang latihan ya? Jangan berleha-leha lagi!" ucap Chadfael tegas.
"Ok, siap bos." Baldwin posisi hormat.
"Sudah itu saja yang ingin aku sampaikan," ucap Chadfael, Baldwin mengangguk.
Chadfael melirik ke Athalla yang hampir tak berkedip melihat ke arahnya.
Seisi kelas histeris melihat seorang Chadfael.
Setelah Chadfael menjauh, teman-temannya langsung menyerbu meja Baldwin.
"Win, seberapa dekat kamu dengan kak Chadfael?
Selain satu tim dengannya?"
"Win, bagaimana hubunganmu dengan kak Chadfael?"
Dan masih banyak lagi pertanyaan yang diajukan teman-temannya.
"Tenang, tenang.
Aku dan Chadfael satu tim basket, mungkin karena dia Kapten. Jadi, dia seperti itu padaku," Baldwin hanya tersenyum santai.
"Kau yakin, Win?" tanya Risa.
"Kalau begitu, minta tolong berikan coklat ini padanya," Leni menyerahkan sekotak coklat.
"Aku juga menitip ini."
"Aku juga, Win."
"Aku juga."
"Baiklah, nanti aku berikan," ucap Baldwin pada mereka.
"Terima kasih Baldwin," ucap mereka semua.
Kerumunan pun bubar, kembali ke tempat masing-masing.
"Widih, jadi ikutan populer nih," canda Athalla.
"Iya, tapi cuma sebagai perantara mengantar hadiah," Baldwin cemberut.
"Nyinggung aku juga nih?" tanya Athalla, Baldwin hanya tertawa.
"Kalau kamu pengecualian. Kamu kan sahabat aku?"
"Aku harus gimana nih? Senang? Bangga? Terharu?" goda Athalla.
"Lebay banget neng!" ucap Baldwin tertawa.
Athalla ikut tertawa menanggapi Baldwin.
"Kau juga mau di beri hadiah Win?" tanya Athalla.
"Ya, enggak sih," Baldwin mengangkat bahunya.
Athalla tertawa. Dia tahu, Baldwin juga menginginkannya. Tapi, dia berusaha menyembunyikannya.
"Nanti aku bilangin kak Zeva." Goda Athalla.
"Apa sih Thal? Kamu pengen membalasku ya?" tanya Baldwin.
"Gak tuh. Gak salah lagi maksudnya," Athalla tertawa lagi.
Handphone Athalla berbunyi, tanda pesan masuk.
WhatsApp • 1 Pesan Baru • Sekarang
From: Kak Lintang Xenos
"Lihat papan pengumuman, hasil seleksi sudah keluar."
"Baik, kak."
"Pulang sekolah sibuk gak?"
Kenapa kak Lintang selalu bertanya aku 'sibuk apa gak' terus ya? Batin Athalla.
"Iya kak, aku mau ngerjain tugas kimia."
"Dimana? Perpustakaan?"
"Iya, kak."
"Wah, kamu rajin banget ya? Ke perpustakaan terus untuk mengerjakan tugas."
"Hehe gak juga, karena ada tugas aja."
"Baiklah, see you."
Athalla memilih tak membalas pesannya lagi.
"Win, keluar yuk! Lihat pengumuman hasil seleksi." ajak Athalla.
"Bentar lagi kelas dimulai, Thal. Nanti aja kan bisa?" Baldwin terlihat malas.
"Ya sudahlah."
"Kamu kenapa Thal? Kaya orang bingung gitu?" tanya Baldwin.
"Gak apa-apa kok Win."
"Jangan bohong."
" .... "
Guru Bahasa Inggris masuk. Merekapun berhenti mengobrol.
🌼🌼🌼
"WIN, AKU LOLOS! KAMU JUGA LOLOS!"
Athalla berteriak bahagia, Baldwin pun tersenyum.
Mereka high five.
Zeva menghampiri Baldwin.
"Win, pulang sekolah jalan yuk? Ngerayain kamu."
"Gak bisa, Ze. Aku ada latihan basket, sebentar lagi kompetisi."
Zeva menepuk jidatnya sendiri, menyesali ucapannya sendiri.
"Oh iya aku lupa, ma'af Win."
Baldwin mengelus dahi Zeva.
"Kok ditepuk sih, kan jadi merah gini. Aku gak mau kamu terluka."
Zeva hanya tersenyum. Sementara itu, Athalla merasa awkward di depan mereka.
"Eh, Win. Aku duluan ya?" ucap Athalla.
"Jangan dong, kita barengan saja. Gak masalah kan Ze?" tanya Baldwin meminta persetujuan kekasihnya.
"Iya, gak papa," jawab Zeva tersenyum.
Mereka ke kantin bersama. Athalla merasa ingin sekali memukul Baldwin, seandainya gak ada kak Zeva. Ya, jaga image sedikit lah di depan kakak kelas.
Baldwin memang kadang suka gak sadar, Athalla merasa gak nyaman, melihat Baldwin dan Zeva bermesraan. Bukannya iri, hanya merasa awkward lah pokoknya.
🍀🍀🍀
Di kelas 11-1, kelas yang hening bahkan saat istirahat. Ranti memasuki kelas Lintang, dia duduk di samping pria itu.
"Mau ngapain kamu kesini?" tanya Lintang ketus.
"Gak, cuma mau ngasih tahu sesuatu saja," jawab Ranti santai.
"Gak mau dengar," ucap Lintang malas.
"Yakin nih?" tanya Ranti memastikan.
"Yakin!" tegas Lintang.
"Oh, padahal ini tentang Athalla!" ucap Ranti, menekan kata 'Athalla'.
Lintang menggeser sedikit posisinya untuk lebih dekat.
Ranti tertawa, tahu topik ini akan membuatnya tertarik.
"Siapin hati ya setelah dengar ini?" ucap Ranti.
"Emang apaan sih?" Lintang mulai penasaran.
"Ok, ok. Aku mau ngasih tahu kalau Athalla itu...
sepertinya suka sama... Chadfael," bisik Ranti kepadanha.
"Hah? Memang ada buktinya?" tanya Lintang kaget.
"Gak punya sih, tapi dia kemarin ngasih kue bikinan dia sendiri buat Chadfael.
Terus cara dia menatap Chadfael itu beda."
"Halah, paling cuma asumsi kamu saja," ucap Lintang tak setuju.
"Terserah sih, mau percaya apa enggak." Ranti mengangkat bahunya.
"Terus, apa untungnya kamu mengatakan hal ini sama aku?" tanya Lintang.
"Gak ada sih, cuma pengen bantuin kamu sih sebenarnya. Gak ada niat apa-apa."
"Kamu gak berharap apa-apa lagi kan sama aku?" tanya Lintang to the point.
"Lin, dengar ya... hubungan kita sudah lama berakhir. Sekarang kita adalah teman. Jadi, gak usah mengungkit masa lalu tentang kita lagi," ucap Ranti.
Lintang terdiam.
Ranti menghela nafas, "kamu risih banget ya sama aku?"
Lintang menggeleng, "gak gitu sih Ran. Aku cuma gak pengen aja, kalau-kalau nanti kamu baper dengan perilaku baik ku sama kamu. Jadi, aku merasa lebih baik seperti ini sama kamu."
"Please ya Lin. Kita itu temenan, jadi aku harap kamu memperlakukanku sama seperti yang lainnya juga."
"Ma'af ya Ran, aku menyakitimu." Lintang merasa bersalah.
"Gak apa-apa. Jadi, apa kamu mau merubah sikapmu? Berhenti menjadi pria dingin seperti ini?" tanya Ranti.
"Hmm." Lintang hanya mengangguk.
"Baiklah, aku pergi dulu." Ranti pergi.
***Sedikit tentang Lintang dan Ranti.
Mereka pernah pacaran, waktu Lintang kelas 10 dan Ranti kelas 11. Mereka putus karena merasa saling gak cocok. Itulah kenapa Lintang gak pernah memanggil Ranti dengan sebutan kakak, meskipun dia kakak kelasnya.
🍃🍃🍃
Di perpustakaan sedang banyak siswa yang sibuk mencari buku dan mengerjakan tugas.
Athalla terlihat sangat sibuk dengan tugasnya, dia mengabaikan sekitarnya sambil mendengarkan musik dengan earphone di telinganya.
Seseorang duduk disampingnya. Dia memperhatikan Athalla. Yang ditatap sama sekali belum merasa.
Athalla menengok ke sampingnya dan dia terkejut.
Seseorang tersebut tertawa, melihat ekspresi terkejut Athalla, yang menurutnya lucu.
"Ya ampun kakak!
Bikin kaget saja, aku hampir jantungan." Athalla mengelus dadanya.
"Ma'af, aku takut ganggu kamu. Habisnya kamu terlihat fokus sekali," ucap orang itu, dia Lintang.
"Heh. Sudah lama?" tanya Athalla.
"Umm... sekitar 5 menitan kayanya?" jawab Lintang.
"Ya ampun!" pekik Athalla.
"Kenapa?" tanya Lintang.
"Kakak lihatin wajah aku?" tanya Athalla.
"Iya, kenapa memang? Gak boleh?" ucap Lintang, pria itu tersenyum.
"Gak boleh, aku jelek dan aku malu." Athalla menutupi wajahnya dengan menarik rambutnya.
"Please, gak boleh insecure gitu. Percaya diri dong. Bagiku semua cewek itu cantik dengan keunikannya masing-masing."
Akhirnya Athalla melepas pegangannya pada rambutnya.
"Gitu dong," ucap pria itu tersenyum.
"Kakak ngapain?" tanya Athalla.
"Mau ketemu kamu," jawab Lintang.
"Hah?" Athalla kaget.
"Bisa ngobrol gak? Aku bantuin tugas kamu biar cepat selesai," ucap pria itu.
"Eh.... "
Athalla berpikir keras, bagaimana lagi cara dia menolak ajakan Lintang. Akhirnya sebuah ide terlintas di pikirannya.
"Ehm, ma'af kak. Aku ada janji dengan Baldwin sore ini," jawab Athalla.
"Gak bisa ditunda? Bukannya Baldwin ada latihan basket ya?" tanya Lintang.
Mati kamu Thal, gak bisa jadiin Baldwin sebagai alasan. Ini salah satu resiko gak punya banyak teman, gak bisa dijadiin alasan kan.Terus bagaimana sekarang? Batin Athalla.
"Eh, i-iya itu maksud aku. Aku ada janji, mau nonton latihan basketnya. Nanti dia bakal marah kalau aku gak datang," jawab Athalla gugup.
"Ya sudah aku ikut, tapi sebelum itu cepat selesaikan tugasmu dulu," ucap Lintang.
Athalla merutuki dirinya sendiri, dia gak berhasil. Tapi, setidaknya gak pergi bersama Lintang berdua.
Entah kenapa, Athalla merasa harus menghindar dari Lintang. Bukan karena dia tak menyukainya, sebenarnya dia mengagumi Lintang. Tapi, dia merasa canggung aja.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Muffi
love
2020-09-21
1
Ita Yulfiana
seru
2020-09-08
1
FauLia
like
2020-09-06
1