Pasca Putus

Di kelas 10-3, kelas tersebut sangat berisik karena penghuninya sedang asyik bersenda gurau.

Athalla kembali ke kelasnya, Baldwin menatapnya heran.

“Athalla, kenapa kalian lama sekali? Tadi kalian tidak ke kantin?” tanya Baldwin pada temannya tersebut.

“Hmm, ada suatu hal yang kami bicarakan tadi." Wajahnya terlihat lesu.

“Benarkah? Bicara tentang hal apa?” tanya Baldwin penasaran.

“Win, kau menghargai privasiku kan? Sepertinya aku tidak bisa menceritakan hal ini padamu sekarang.” Ucap Athalla lirih.

“Kenapa? Kau tak percaya padaku?” tanya Baldwin.

“Tidak, bukan begitu. Hanya saja, aku ingin menyimpannya sendiri saja." Athalla menghela nafas.

“Oh ayolah Thal, kau tidak boleh seperti ini.

Apa ini ada hubungannya dengan Chadfael? Kalian bertengkar?" tanya Baldwin lagi.

“Win, kau marah padaku?” Athalla khawatir, Baldwin marah padanya karena dia tidak memberitahunya.

“Untuk apa? Apa kau melakukan suatu kesalahan?” tanya Baldwin.

“Entahlah, aku hanya merasa kau marah padaku." Ucap Athalla, mengangkat bahunya.

“Lupakan! Aku akan bertanya pada si Pradipta itu!” Ujar Baldwin.

 

🍃🍃🍃

 

Sepulang sekolah, seperti biasa tim basket latihan di ruang olahraga. Chadfael duduk di samping Baldwin dan mengambil air minumnya.

“Fael, apa yang telah terjadi? Kau pasti tahu sesuatu tentang Athalla kan? Dia tidak mau memberitahuku.” Ujar Baldwin.

“Sebenarnya...," Chadfael menggantungkan kalimatnya, Baldwin masih memperhatikan.

"Ada apa? Kalian bertengkar? Tentang apa?" tanya Baldwin.

"Kami telah putus, dia tahu aku hanya berpura-pura menyukainya dan menjadi kekasihnya, karena aku yang kasihan padanya, dan aku juga yang telah menabraknya. Dia mendengar pembicaraanku dengan Ranti." Ucap Chadfael lirih, dia menghela nafas.

“APA? KAU GILA? Kau sungguh keterlaluan kali ini, kau menyakiti sahabatku, bodoh!

Brengsek, aku sudah memperingatimu dari awal, agar kau tak menyakitinya. Tapi apa? Kau melakukannya.

Kenapa kau tidak berpikir dengan matang saat menjadikannya kekasihmu, hah?

Aku kecewa padamu Fael! Dia sangat mencintaimu, tapi kau perlakukan dia seperti ini?” Baldwin mengacak rambutnya sendiri, wajahnya merah karena emosi.

“Aku tahu, karena itulah aku minta ma’af padanya.

Dia mema’afkanku. Tapi, dia ingin agar kami tidak mempunyai hubungan apapun," jawab Chadfael lesu.

Baldwin menghela nafas, dia memijit kepalanya.

Berusaha menahan emosinya agar tidak lepas kendali.

“Ku rasa itulah yang terbaik sekarang. Kau benar-benar keterlaluan, Fael. Aku tak percaya ini. Ya ampun, kepalaku rasanya mau pecah." Baldwin menggerutu.

Chadfael hanya diam, sementara Baldwin mengelus dadanya, menenangkan dirinya sendiri.

 

🍂🍂🍂

 

Sehari tanpa Athalla, Chadfael masih biasa saja. Namun, setelah seminggu tanpa Athalla. Dia mulai merindukan gadis itu.

Dia membuka galeri di handphonenya, dia menatap foto kenangan saat mereka bersama.

Tanpa dia sadari, air matanya menetes.

Chadfael teringat saat dia sakit, Athalla dengan penuh perhatian dan sabar merawatnya.

Athalla rela menunggu Chadfael yang mendapat jam pelajaran tambahan karena dia yang waktu itu hampir ujian. Athalla juga membantu Chadfael mencari buku-buku untuk Chadfael ujian. Athalla menemani Chadfael belajar, hingga Athalla tertidur karena kelelahan.

Hanya Athalla, terus Athalla, dan Athalla lagi....

Chadfael merasa dirinya sudah tak waras, karena tak bisa memikirkan hal lain selain Athalla.

 

🌸🌸🌸

 

Beberapa bulan kemudian, kelas tingkat akhir telah lulus. Chadfael kuliah di Universitas Indonesia, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, dia mengambil Jurusan Ilmu Ekonomi.

Dia menjadi pelatih tim basket sekolahnya dulu, awalnya sang Ayah tidak setuju, tapi melihat dia sangat suka dengan basket, akhirnya Ayahnya setuju.

Dia menyesuaikan jadwal kuliahnya agar tidak terbentur dengan latihan tim basket.

Baldwin tetap menjadi wakil ketua tim basket, namun dia kini telah menjadi kelas 11. Dia kembali satu kelas dengan Athalla.

Chadfael selalu memperhatikan Athalla dari jauh. Biasanya Athalla selalu menonton latihan basket, duduk di kursi penonton bersama Baldwin. Namun, kini dia tak lagi datang. Membuat Chadfael sangat merindukan gadis itu.

Mereka sering berpapasan, tapi Athalla seolah tak melihatnya, begitupun Chadfael, dia sangat ingin menyapa namun dia merasa sedikit gengsi, mungkin.

Athalla dan Baldwin mengikuti kegiatan ekstrakurikuler seni musik, kini mereka memiliki anggota baru. Athalla terlihat sangat akrab dengan seorang junior, membuat Chadfael merasa cemburu. Tapi, dia sendiri tak berhak melarang Athalla dekat dengan siapapun.

Dia lega melihat Athalla sama sekali tidak sedih, saat perpisahan mereka hingga sekarang.

Chadfael duduk di kursi penonton, disamping Baldwin.

Mereka sedang berada di ruang olahraga, melakukan rutinitas latihan basket. Sekarang sedang istirahat.

“Fael, kau sedang memikirkan sesuatu?” tanya Baldwin.

“Hmm...." Chadfael mengangguk.

“Tentang apa?” tanya Baldwin lagi.

“Entahlah, aku hanya merasa... Emm... Sedikit tidak senang, melihat Athalla dekat dengan seseorang.” Pria itu meneguk air mineralnya.

“Hah? Kau cemburu? Ya ampun... Akhirnya kau merasa juga sekarang, kau telah jatuh cinta pada Athalla,” ucap Baldwin menaik-turunkan alisnya menggoda Chadfael.

“Aish, aku juga tak tahu Win," ucap Chadfael mengacak rambutnya dan mengusap wajahnya.

“Oh ayolah, kau tak mengaku? Ini akibatnya mempermainkan perasaan seseorang yang tulus padamu, akhirnya kau kena batunya kan?

Cepat mengaku padanya, sebelum dia diambil oleh orang lain." Baldwin berusaha memprovokasi Chadfael.

“Hmm, tapi aku merasa tidak pantas lagi untuknya. Aku sudah merasa sangat jahat padanya.” Chadfael tertunduk lesu.

“Hey... ayolah, kau minta ma’af padanya dan berjanji akan mengulang semuanya dari awal. Kali ini dengan kejujuran." Baldwin masih berusaha, dia memegang pundak Chadfael meyakinkannya.

Lama tak ada jawaban, akhirnya Chadfael berkata, “baiklah, akan aku coba.”

"Hari ini aku dan Athalla ada latihan vokal, aku akan memberikan waktuku bersama Athalla untukmu saja. Jadi, berbicaralah dengannya.

Kau datang saja ke ruang musik, sepulang sekolah. Kau tenang saja, hanya ada kami berdua, jadi jika aku tak datang, dia akan sendirian. Aku akan menyuruhnya menunggu.”

“Thank you Win,” ucap Chadfael tersenyum.

 

🌼🌼🌼

 

Pulang sekolah, para siswa telah berhamburan di lapangan menuju tempat parkir mereka bergegas pulang. Namun, ada sebagian yang masih di sekolah menuju ke tempat ekskul dan ada juga yang mengerjakan tugas di perpustakaan.

Chadfael gugup, pasalnya dia tak pernah sama sekali berbicara lagi pasca putusnya hubungannya dengan Athalla. Namun, kini dia harus memperbaiki semuanya, dia harus berani.

Baru saja dia sedikit membuka pintu ruang musik, dia langsung disuguhi pemandangan yang membuatnya sakit. Athalla bersama seorang junior, mereka sedang memainkan piano, junior itu terlihat seperti memeluk Athalla dari belakang dengan tangannya yang mengikuti dua tangan Athalla memainkan tuts.

“Terima kasih, Sannan. Kau mengajariku main piano. Kau tau aku hampir menyerah, karena aku lebih suka bermain biola yang menurutku lebih mudah.” Ucap Athalla pada seorang junior yang bernama Sannan.

“Tentu, kak. Aku akan terus mengajarimu bermain piano sampai kau bisa,” ucap Sannan tersenyum.

“Iya, kau hebat sekali bermain alat musik. Tapi, kenapa kau tak mau bernyanyi?” tanya Athalla.

“Sebenarnya suaraku agak fals dan aku lebih suka dance sih.” Ucap Sannan.

“Jadi, kau juga ikut klub dance?” ucap Athalla tak percaya.

“Iya.” Sannan mengangguk.

“Oh, apa kau ikut basket juga?” tanya Athalla lagi.

“Tidak. Aku tak terlalu suka basket.” Sahut Sannan.

“Oh, baiklah. By the way, kenapa jam segini Baldwin masih belum datang ya? Kemana dia? Aku telpon dia dulu deh.” Ujar Athalla.

Athalla menelpon Baldwin.

📞: “Halo, Win?"

📞: “Halo, Thal. Ada apa?" sahut suara diseberang sana.

📞: “Kau kemana saja sih? Aku sudah menunggu lama, kasian kan Sannan, dia juga ikutan menunggu karena tak membiarkanku sendirian.”

📞: “APA? Ada Sannan disana?” suara Baldwin terdengar kaget.

📞: “Iya, kenapa kau sekaget itu?” tanya Athalla.

📞: “Ah, tidak kok. Ma'af aku tadi ada urusan mendadak, lupa memberitahumu. Apa disana hanya ada kalian berdua?” tanya Baldwin.

📞: "Ish, kau ini. Memangnya kenapa Win? Disini cuma ada kami berdua.” Ucap Athalla.

Athalla celingukan memandang ke segala arah, Sannan heran.

Chadfael masih di tempatnya, namun dia berada di luar pintu. Air matanya jatuh, dia pun pergi.

📞: “Oh, baiklah. Aku sedang sibuk, sudah dulu ya? Dadah.... ” Ucap Baldwin mengakhiri pembicaraan.

📞: “Ok."

Sambungan terputus.

“Ada apa, kak?” Sannan heran.

“Ah, entahlah. Baldwin ada urusan mendadak, dan dia bertanya apa hanya ada kita berdua.

Aku heran juga kenapa dia bertanya begitu? Ah ya sudahlah, nanti saja ku tanyakan padanya.

Kalau begitu kita pulang saja.” Athalla mengangkat bahunya.

“Kakak, aku ingin mengajakmu jalan. Boleh tidak?” ajak Sannan.

“Hah? Kemana?” tanya Athalla.

“Ada deh...." Ujar Sannan dengan nada menggoda.

“Hmm, mau tidak ya?” ucap Athalla berpose berpikir.

“Mau saja deh” ucap Sannan mencolek dagu Athalla.

“Iihhh... Sannan! Kau! Hah... Ok baiklah, aku mau.

Ke tempat makan ya? Soalnya aku lapar, hehe.... " Ujar Athalla cengengesan.

"Baiklah, as your wish." Ucap Sannan tersenyum.

Merekapun pergi bersama. Chadfael yang sedari tadi bersembunyi tak jauh dari ruangan itu, melihat mereka bersama, hatinya sakit.

"Jadi, ini karma untukku ya Thal?" ucapnya lirih.

Handphone Chadfael bergetar, tanda ada panggilan masuk, dari Baldwin.

📞: "Halo, Fael." suara Baldwin.

📞: "Halo, Win."

📞: "Are you ok, bro?" tanya Baldwin.

📞: "I'm not okay."

📞: "Sorry, bro. Mending kau ke rumahku sini. Kita bicarakan lagi semuanya." Ujar Baldwin.

📞: "Bicara tentang apa lagi? Semuanya sudah jelas, Athalla bersama adik kelas itu. Mereka bahkan jalan bersama."

📞: "Oh, come on. Tak usah berasumsi seperti itu. Aku sangat kenal Athalla." Ujar Baldwin meyakinkan.

📞: "Sudah lah, Win. Aku sudah tak ada harapan lagi. Aku mau pulang sekarang." Ucap Chadfael pesimis.

📞: "Ok, nanti aku ke rumahmu ya?" tanya Baldwin.

📞: "Sebaiknya tak usah, aku ingin sendiri." Sahut Chadfael.

📞: "Ya sudah, nanti kita bahas lagi soal ini." Ujar Baldwin pasrah.

📞: "Tak perlu, sebaiknya aku menyerah saja." Ucap Chadfael.

📞: "Hey, ayolah...."

Chadfael mematikan sambungan teleponnya dengan Baldwin. Dia menghela nafasnya, dia pun beranjak dari tempatnya.

Seorang pria mencegat Chadfael.

"Apa kau Chadfael?" tanya pria itu.

"Ya? Dan kau siapa?" tanya Chadfael.

"Kau tak perlu tahu siapa aku. Sebaiknya kau menyerah tentang mendapatkan Athalla kembali," ucap pria tersebut, dia tersenyum mengejek.

"Itu bukan urusanmu! Aku tidak perduli padamu!"

Chadfael menarik kerah kemeja pria itu.

Terpopuler

Comments

Maria W.H

Maria W.H

Keren.
Mari kita saling mendukung.

2020-09-28

2

Ita Yulfiana

Ita Yulfiana

suka

2020-09-08

1

FauLia

FauLia

like like

2020-09-04

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!