Baldwin Bennett

Baldwin Bennett adalah teman sebangku Athalla sekaligus sahabatnya. Dia mengikuti kegiatan ekstrakurikuler basket dan sekarang mengikuti ekstrakurikuler musik.

Dia sepupu Chadfael, tapi tidak ada yang tahu. Orang lain hanya mengira mereka teman akrab, karena mereka tak pernah menyebutkan hubungan keluarga mereka ke teman-temannya.

Dia kekasih Zeva. Meskipun Zeva kakak kelas, tidak menjadi alasan untuk menghalangi mereka berkencan. Baldwin bertemu Zeva, saat dia masih SMP kelas 8 dan Chadfael kelas 10. Zeva ke rumah Chadfael untuk mengerjakan tugas kelompok bersama teman-temannya dan waktu itu Baldwin sedang main ke rumah Chadfael.

Waktu itu mereka mengobrol biasa, tak disangka nyambung. Akhirnya mereka berteman, saling mengirim pesan. Padahal mereka baru dua kali bertemu, tak disangka saat Baldwin lulus kelas 9, mereka memutuskan untuk berkencan.

Dia sangat perhatian dan paling mengenal Athalla. Mereka berteman sejak SD, namun berbeda SMP. Kembali bertemu di SMA. Tak membuatnya menjauhi Athalla, begitupun Athalla. Mereka tetap berteman baik.

Baldwin memiliki sifat narsis dan cerewet. Meskipun awalnya banyak wanita yang mengejarnya, namun setelah tahu sifatnya yang sungguh berisik, akhirnya mereka semua mundur.

Saat masuk kelas 10, semua langsung tahu kalau dia berkencan dengan Zeva. Dia seseorang yang mudah bergaul, banyak yang menyukainya sebagai teman. Meskipun dia selalu mengajak Athalla bersamanya saat berkumpul dengan teman-temannya, tetap saja Athalla terlihat cuek dengan yang lain. Athalla merasa seolah diabaikan oleh yang lain, karena Athalla tidak bisa mencari topik untuk memulai obrolan.

Akhirnya Baldwin berpikir untuk selalu menemani Athalla, dia bersyukur Zeva mengerti hubungan persahabatannya dengan Athalla dan Athalla juga bisa berteman dengan Zeva.

🌸🌸🌸

Di kantin, Athalla dan Baldwin sedang makan dan sambil mengobrol.

"Thal, sumpah ya susah banget tugas kimia. Aku menyerah sebelum bertempur." Balwin mengunyah makanannya.

"Bilang saja malas belajar kamu, Win. Aku juga perlu berpikir keras mempelajarinya," omel Athalla.

Baldwin cengengesan.

"Eh, Win. Sebenarnya aku terpikir juga sih, bagaimana perasaannya kak Zeva pas lihat kita selalu berdua.

Aku yakin kak Zeva tu pasti mempunyai rasa cemburu." Athalla memasukkan bakso ke mulutnya.

"Hei gak usah berpikir kaya gitu. Kami mempunyai rasa saling percaya, itu saja sudah cukup.

Aku gak mau mengekang dia, begitupun dia.

Lagian ya, dia juga tahu kamu suka Chadfael. Dan aku gak suka cewek tomboy." Baldwin tertawa.

"Win! Nyebelin banget sih!" Athalla kesal diejek cewek tomboy, meskipun benar adanya.

Dari kejauhan Athalla melihat Lintang dan Jaya. Sebenarnya dia ingin menghindar, tapi dia memikirkan perkataannya dengan Jaya. Akhirnya dia pasrah, tetap duduk di tempatnya.

"Thal, kayanya aku bakal berhenti di ekskul musik pas kita kelas 11 nanti." Baldwin menyedot jusnya.

"Memang kenapa?" tanya Athalla, dia terhenti dari makannya.

"Aku merasa kaya sulit saja membagi waktu dengan ekskul basket." Baldwin mengangkat bahunya.

Lintang dan Jaya menghampiri mereka.

"Kami boleh ikut duduk disini?" tanya Jaya.

"Tentu, silahkan saja kak," ucap Baldwin mempersilahkan.

"Ngomongin apa nih?" tanya Jaya penasaran.

Lintang terlihat tak bersemangat. Athalla merasa bersalah dengan Lintang.

Apa aku penyebab kak Lintang sampai seperti ini? Masa sih? Tapi, kenapa? Batin Athalla.

"Tugas kimia kak. Susah banget," gerutu Baldwin.

"Mau diajarin Lintang? Lintang jago pelajaran Kimia loh!" ucap Jaya.

"Serius kak?" Mata Baldwin berbinar.

Jaya mengangguk, "iya, serius."

Jaya memperhatikan Lintang dan Athalla, "kalian berdua diam-diaman aja, kaya pasangan suami istri yang lagi ngambek."

Ucapan Jaya berhasil membuat mereka berdua tersedak makanan masing-masing, akhirnya mereka berdua sama-sama mengambil minum.

"Duh, mana barengan lagi tersedak sampai minumnya juga," celetuk Jaya.

"Jay, kau ini kenapa deh?" ucap Lintang.

Jaya tertawa, Baldwin hanya menyimak. Dia ingin membantu Athalla juga Lintang.

"Eh, kak Lintang. Ajarin kami ya kimia?

Kakak bisa, gak?" tanya Baldwin.

"Baiklah, pulang sekolah di perpustakaan ya?" jawab Lintang.

"Ok, terima kasih kak," sahut Baldwin cepat.

Akhirnya Athalla juga bersuara, "terima kasih, kak Lintang."

Lintang tersenyum, akhirnya ada respon dari Athalla.

🌼🌼🌼

Pulang sekolah, di perpustakaan. Baldwin dan Athalla menunggu Lintang. Sementara itu Lintang celingukan mencari Athalla dan Baldwin, akhirnya dia menemukan mereka dan menghampiri meja mereka.

"Sudah lama menunggu?" tanya Lintang.

"Gak juga sih kak," jawab Baldwin.

Athalla yang sudah lebih dulu membuka bukunya pun mulai penasaran mencari jawaban, dia mulai pusing dan memijit kepalanya.

"Yang mana, yang gak kamu pahami Thal?"

Lintang duduk mendekati Athalla.

"Yang ini kak," Athalla menunjuk soal yang dimaksud.

Lintang mulai menjelaskan, Athalla memperhatikan dengan seksama.

Sementara itu, Chadfael celingukan mencari tempat untuk duduk yang semuanya kini sudah penuh.

Baldwin melihatnya dari kejauhan, dia ingin memanggil Chadfael. Tapi, merasa tak enak dengan adanya Lintang.

Akhirnya dengan sedikit ragu, dia bertanya dengan Athalla, "Thal, boleh gak kalau Chadfael duduk disini? Sepertinya dia tidak dapat tempat."

Ekspresi Lintang berubah, berbeda dengan Athalla yang mengangguk setuju karena bahagia.

Lintang mendapat pesan chat dari teman anggota Osisnya.

"Ma'af ya Thal, aku harus segera pergi. Nanti aku ajari lagi, kalau ada yang masih belum kamu mengerti," ucap Lintang.

Athalla mengangguk. Baldwin segera berdiri, dia mendatangi Chadfael.

"Gak apa-apa kak, aku sangat berterima kasih pada kakak karena sudah membantuku," ucap Athalla.

"Baiklah, aku pergi dulu," Lintang melambaikan tangan, Athalla membalasnya.

Setelah Lintang menjauh, Baldwin datang bersama Chadfael.

"Seandainya kamu gak datang mengajak aku, mungkin sekarang aku sudah duduk bersama kumpulan cewek cantik disana," tunjuk Chadfael ke arah tempat yang tak jauh dari mereka.

"Sok ganteng banget!" protes Baldwin.

Ekspresi Athalla berubah, jujur dia merasa sama sekali tak ada apa-apanya dibanding semua cewek yang mendekati Chadfael.

Sadar dengan perasaan Athalla, Baldwin berusaha membuka peluang untuk mereka.

"Ah, Fael. Kamu bisa kan pelajaran kimia?" tanya Baldwin.

"Ya bisa lah, memangnya kenapa?" Chadfael bertanya balik.

"Ajarin aku dan Athalla dong, eh gak deh. Athalla saja, aku malas belajar." Baldwin tertawa.

"Malas dipelihara, gak usah sekolah saja sekalian kamu Win," gerutu Chadfael.

"Jahat banget sih, Fael." Baldwin berpura-pura sedih.

"Aku ke perpustakaan karena sedang mencari buku dan mau mengerjakan tugas dari Guru. Dikumpulkan sore ini," ucap Chadfael menjelaskan.

"Ya sudah, kalau gak mau ngajarin," ucap Baldwin.

"Mana sih soalnya? Aku mau lihat dulu." Chadfael terlihat penasaran.

Athalla membuka bukunya, Chadfael duduk disampingnya. Athalla menunjuk soal yang dimaksud.

"Oh ini, gampang sih. Perhatikan baik-baik ya?" Chadfael menatap Athalla, dia hanya mengangguk sebagai jawaban.

Chadfael mulai menjelaskan, namun pikiran Athalla sedang terbagi sekarang. Dia tak bisa fokus, akhirnya hanya menatap Chadfael.

Chadfael selesai menjelaskan.

"Bagaimana? Sudah paham?" tanya Chadfael.

Athalla gugup, dia hanya bisa mengangguk.

"Terima kasih, kak." Athalla hanya bisa mengucapkan kalimat tersebut.

"Fael, beri nomor WhatsApp kamu dong. Kali saja nanti ada yang ingin dia tanyakan lagi," ucap Baldwin.

Chadfael mengerutkan keningnya, merasa bingung.

Athalla segera menolak.

"Ah, gak usah kak. Aku sudah mengerti kok, nanti aku malah merepotkan kakak lagi."

Chadfael mengangguk dan menjawab, "ya gak apa-apa sih, sini handphone kamu. Kamu kan sekelas dengan Baldwin, sekalian ajarin Baldwin juga ya? Soalnya dia gak mau kalau aku yang ajarin."

Baldwin menaik-turunkan alisnya menggoda Athalla.

Athalla menyerahkan handphonenya, Chadfael mengetikkan nomornya.

Dia selesai dan menyerahkan handphone Athalla padanya, "ini, kalau ada kesulitan, hubungi saja.

Aku sudah misscall ke nomor aku, jadi akan ku simpan nomormu juga.

B**y the way, siapa namamu? Aku mau menambahkan kontak."

"Athalla Putri, kak." Dia mengulum senyum.

"Wah, pantas aku pernah dengar Baldwin manggil kamu Princess, ternyata nama kamu ada 'Putri'nya.

Aku pikir dia manggil Zeva, tapi panggilan dia ke Zeva kan cuma 'Ze'?" ucap Chadfael.

"Hah? Kapan kakak pernah mendengar dia menyebut aku Princess?" tanya Athalla kaget.

Setahu Athalla, Baldwin tak pernah memanggilnya dengan sebutan Princess di depan Chadfael.

"Waktu malam dia menelpon kamu, yang pas sore itu aku bertengkar dengan Lintang," ucap Chadfael.

"Kamu menguping aku teleponan, Fael? Aku pikir kamu gak dengar, soalnya aku di balkon. Sedangkan kamu waktu itu lagi belajar," ucap Baldwin.

Sama halnya dengan Athalla yang terkejut, begitu juga Baldwin. Dia tak menyangka saja, Chadfael bisa mendengarnya.

"Eh, Fael. Apa saja yang kamu dengar dari pembicaraanku?" tanya Baldwin.

Baldwin memastikan sejauh mana yang didengar Chadfael.

"Aku cuma mendengar kalimat terakhirmu itu.

Memang kenapa? Kalian menyembunyikan rahasia?"

tatap Chadfael curiga.

Baldwin dan Athalla menggeleng, mereka bisa bernafas lega.

"Ya sudah, sekarang aku mau menyelesaikan tugasku." Chadfael kembali memperhatikan tugasnya.

"Kak, perlu bantuan gak?" tanya Athalla.

"Gak perlu, aku bisa sendiri," tolak Chadfael.

"Aku bantu mencari buku ya? Aku lihat ada 5 buku di daftar ini." Tunjuk Athalla pada selembar kertas yang dipegang Chadfael.

"Baiklah, terserah kau saja. Jika kau merasa tak direpotkan." Chadfael akhirnya setuju.

Athalla bersorak gembira dalam hati.

"Win, mau bantu nyari juga gak?" tanya Athalla.

"Gak, aku mau menyalin tugas saja." Baldwin mulai mencatat di bukunya.

"Enak banget kamu, Win! Tugas tinggal salin," gerutu Chadfael.

"Inilah enaknya menjadi diriku," ucap Baldwin membanggakan diri.

Athalla memutar bola matanya, Chadfael memilih mengabaikannya. Mereka segera menuju rak buku yang dicari.

Tidak memakan waktu lama, mereka menemukan bukunya. Athalla menemukan 2 buku dan Chadfael 3 buku.

Mereka kembali ke tempat duduknya, Chadfael mulai mengerjakan tugasnya.

"Thal, ini baru 5 soal ya?" tanya Baldwin, menunjuk bukunya.

"Iya, masih ada 5 lagi. Nih aku mau lanjutin.

Kalau gak selesai, nanti lanjutin di rumah," jawab Athalla.

"Thanks ya Princess," ucap Chadfael tersenyum.

"You're welcome Prince," Sahut Athalla, pipinya merona.

"Eh, kamu tahu arti namaku?" tanya Chadfael antusias.

"Enggak juga." Athalla tersenyum kecil dia menggeleng.

"Arti namaku Pangeran," ucap Chadfael antusias.

"Serius?" tanya Athalla.

"Iya, gak ada yang tahu loh selama ini," jawab Chadfael.

Mereka sambil mengobrol dan mengerjakan tugas masing-masing.

"Ehem, ehem... So sweet banget Pangeran dan Putri. Aku sampai dicuekin," goda Baldwin.

"Kerjakan tugas kamu sana. Main handphone saja dari tadi," gerutu Chadfael.

"Duh, sepertinya aku mengganggu nih," goda Baldwin.

"Apaan sih, Win? Kak Chadfael benar, kamu kerjakan tugas juga dong," omel Athalla.

"Bela saja terus Pangeranmu, bela...

apalah dayaku yang cuma sebagai obat nyamuk," celetuk Baldwin.

"Ih, serius ya Win. Kamu mau, tidak aku kasih contekan?" Pipi Athalla merona, Baldwin terus-terusan menggodanya di depan Chadfael.

"Ok, ok. Kalau sudah selesai, jangan lupa beri tahu aku," ucap Baldwin.

"Gak mau," ucap Athalla dengan nada ngambek.

"Pelit banget. Seharusnya kamu bersyukur, hari ini sudah diajari 2 kakak kelas populer dan itu berkat aku." Baldwin kembali membanggakan diri.

Chadfael serius dengan tugasnya, namun dia masih mendengar.

"Sombong sekali Anda Tuan," ucap Athalla.

"Wah, memang benar kan?" tanya Baldwin.

"Iya, iya. Terima kasih yang Mulia," ucap Athalla balas menggoda Baldwin.

"Kalian lucu sekali. Aku gak menyangka, kamu bisa bercanda juga, Princess." Chadfael tertawa.

Sumpah, setiap kali mendengar kak Chadfael menyebutku Princess, jantungku berdegup sangat kencang yang memompa darah ke pipiku, berhasil menciptakan semburat merah.

Ah, aku malu. Ya Tuhan... Batin Athalla.

"Pipimu memerah Thal? Kamu malu?"

Baldwin tertawa. Athalla menyentuh pipinya yang menghangat.

Sial, menyebalkan banget sih kamu Win! Harus ya disebutkan di depan kak Chadfael? Batin Athalla.

Chadfael hanya tertawa melihat tingkah laku dua sahabat di depannya ini.

Akhirnya sore itu adalah menjadi salah satu hari yang bahagia menurut Athalla. Dia tak menyangka bisa sedekat itu dengan Chadfael.

Flashback Off

Terpopuler

Comments

FauLia

FauLia

semangat kakak

2020-09-12

1

Ita Yulfiana

Ita Yulfiana

like

2020-09-07

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Menarik banget ceritanya... Sembari menunggu kelanjutannya, aku tinggalin 5 like untuk Author... Semangat nulisnya ♥️

Jgn lupa juga nih mmpir ke novelku... Danke 😊

2020-09-06

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!