Sannan Arjune Favian

Sannan Arjune Favian, seorang adik kelas yang populer, kelas 10-1. Dia tampan, berbakat memainkan piano, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler musik dan *da*nce.

Dia bersikap dingin pada yang mendekatinya, dia merasa tak ada yang membuatnya tertarik, sehingga dia diberi gelar "Pangeran Es". Sampai pada akhirnya dia bertemu dengan Athalla, dia merasa berbeda. Athalla terlihat cuek namun sebenarnya dia perduli pada orang disekitarnya. Sannan awalnya tak sengaja memperhatikan Athalla, dia berpikir gadis itu sama saja dengan yang lain.

Waktu itu Sannan mendaftar di ruang klub musik, para wanita lain berkerumun mendekatinya, mengajaknya bicara. Namun, Sannan sama sekali tak menghiraukan mereka. Berbeda dengan Athalla, gadis itu malah terlihat fokus bermain biolanya. Tak menghiraukan keributan yang ada di sekitarnya. Athalla terlihat sangat menghayati lagu yang sedang dimainkan.

Sannan masih bersikap biasa melihatnya. Setelah beberapa kali melihat Athalla, mulai muncul perasaan aneh di dadanya. Sannan melihat Athalla tersenyum saat memainkan biolanya, dia terpana beberapa saat. Akhirnya lama kelamaan, Sannan mulai menyadari perasaannya pada Athalla.

Awalnya Sannan mendekati Athalla hanya karena penasaran, namun Athalla memperhatikan Sannan dengan sangat baik. Hati Sannan yang beku, akhirnya luluh mencair karena sifat hangat Athalla padanya.

Sannan belum mengetahui fakta bahwa Lintang juga menyukai Athalla.

🌻🌻🌻

Di kelas 10-1. Sannan menopang dagunya, melamun memikirkan Athalla.

"Nan, kamu lagi mikirin apaan sih?" tanya Sandy.

Sandy adalah teman dekat Sannan, di kelasnya.

Sannan menghela nafasnya, "wajar gak sih, kalau aku suka sama cewek tomboy?"

"Ya, wajar saja. Dia kan masih cewek juga? Hanya berbeda penampilan saja.

*B*y the way, siapa Nan? Apa aku kenal sama dia?" tanya Sandy mulai penasaran.

"Kakak Athalla," jawab Sannan.

Sandy berpikir sambil mengingat, namanya terdengar familiar. Kemudian dia berkata, "aku ingat! Dia baru ikut ekskul yang sama denganku, taekwondo. Rambutnya sebahu kan?

Kalau cantik sih enggak juga, tapi lumayan manis lah."

"Yang benar, San? Dia ikut taekwondo?" Sannan terlonjak kaget. Dia melanjutkan, "dia cantik dan manis, San," ucap Sannan tersenyum.

"Iya, iya terserah kamu saja.

Serius Nan, dia baru bergabung juga. Lumayan jago juga sih, padahal anggota baru." Sandy terlihat membanggakan Athalla.

Sannan menyentuh dagunya sambil berpikir, "aku jadi mau ikutan juga deh, San."

"Gak diterima, nanti malah mengganggu konsentrasi para anggota cewek di ekskul kami, lagi." Tolak Sandy cepat.

"Apa sih? Ketuanya bukan juga, seenaknya saja bilang menolak.

Kamu takut kegantenganmu kalah sama aku? Terus gebetanmu berpindah ke lain hati?

Tenang saja sih, aku gak tertarik juga." Gerutu Sannan.

"Ya gak juga, aku lebih ganteng daripada kamu ya!

Pokoknya gak boleh ikut masuk ekskul taekwondo!" Sandy menyilangkan tangan di dada.

Sannan hanya tertawa menanggapi Sandy dan berkata padanya, "tenang saja sih, ya elah santai San. Lagian aku sudah ikut 2 ekskul juga, jadi kayanya gak sanggup ikut lagi."

Sandy pun tersenyum lebar mendengar penuturan Sannan.

"Memang siapa gebetanmu di ekskul, San?" tanya Sannan.

"Ada deh." Sandy mencoba menutupi.

"Ya sudah sih, kalau gak mau beritahu.

Aku khawatir saja nanti, kalau tiba-tiba bisa dekat sama dia. Dan aku gak tau, kalau dia gebetanmu," goda Sannan, Sandy cemberut.

"Iya, iya. Gebetanku Julia, kelas 10-3.

Sekarang kamu sudah tahu, jangan sampai dekatin dia!" ancam Sandy.

Sannan hanya tertawa, mudah sekali terpancing Sandy pikirnya. Bagaimanapun mereka teman dekat. Mereka memegang rahasia masing-masing.

🌼🌼🌼

Di kantin, Sannan duduk bersama teman-temannya. Mereka membicarakan tentang ekskul yang mereka ikuti.

"Nan, kamu ikut ekskul musik juga?

Terus kata orang kamu jago main piano?" tanya Fery, pria itu mengunyah makanannya.

"Biasa saja sih, awalnya iseng saja. Aku sebenarnya gak terlalu suka, bermain piano itu hanya saat senggang. Tapi, sekarang aku sangat menyukainya,"

Sannan tersenyum. Sandy mengerti maksud lain Sannan.

"Padahal iseng, tapi jago. Bagaimana kalau diseriusin? Jago banget pasti," sahut Reno.

"Kalian berlebihan. Kalian ikut ekskul apa?" tanya Sannan.

"Aku dan Fery ikut ekskul basket," sahut Reno.

Sannan hanya menjawab, "oh."

Sementara itu Athalla dan Baldwin baru sampai di kantin, mereka mulai mencari tempat. Sannan melihat mereka dari kejauhan, Sannan melambai kepada mereka, Baldwin mengajak Athalla mengikutinya.

"Gak usah, Win. Kita cari tempat lain saja. Gak enak gabung anak kelas 10. Mana aku cewek sendiri lagi?" ucap Athalla.

"Tumben mikir sampai kesitu? Biasanya gak mempermasalahkan hal begitu.

Baru merasa neng, kalau kamu cewek?

Gak apa-apa kali, Thal. Gak usah mikirin apa-apa, yuk. Sekalian menambah teman," ajak Baldwin.

Akhirnya Athalla pasrah mengikuti Baldwin. Mereka telah sampai di depan meja teman-teman Sannan.

"Eh, guys. Mereka kakak kelas kita, mereka kelas 11-3. Ini kak Athalla dan ini kak Baldwin." Sannan memperkenalkan mereka kepada teman-temannya.

"Kalau kak Baldwin kami kenal banget kali, Nan. Dia kan sekarang kapten tim basket," sahut Fery.

"Jadi, ini namanya kak Athalla? Kakak keren juga. Ah, kenalin, aku Reno. Ini Fery dan ini Sandy," ucap Reno sambil memperkenalkan teman-temannya.

Athalla tersenyum kepada mereka, ternyata mereka cukup ramah, pikirnya. Baldwin tertawa, Athalla heran.

"Dimana letak kerennya Athalla? Nih cewek, cuek iya," ucap Baldwin. Athalla hanya menatapnya tajam.

"Kak Athalla baru ikutan bergabung dengan ekskul taekwondo kan? Keren saja gitu kelihatannya," ucap Reno.

"Terima kasih, aku gak sekeren itu Ren. Aku baru belajar juga," sahut Athalla.

"Kakak rendah diri banget, teman-teman aku mengakui kehebatan kakak Athalla," sahut Fery.

"Wah, Athalla terkenal dong sekarang?" sahut Baldwin tak percaya.

"Iya, kakak Athalla mantannya kak Chadfael kan? pelatih tim basket kita. Kakak keren," ucap Reno mengacungkan dua jempolnya.

Sannan, Sandy, Baldwin, tak terkecuali Athalla sendiri kaget mendengar ucapan Reno.

Menciptakan suasana awkward diantara mereka.

Athalla berhenti menyentuh makanannya.

"Eh, aku salah ngomong ya?" Reno merasa bersalah.

Sannan mulai mengingat-ingat, dia merasa familiar mendengar nama Chadfael. Sedangkan Athalla kaget, bagaimana bisa anak kelas 10 bisa mengetahui hal tersebut?

Dia menatap Baldwin, mencari jawaban. Baldwin menggeleng, karena dia juga tak tahu.

"Kamu mendengar dari siapa, Ren? Seingatku, aku gak pernah bilang siapa-siapa, itu hanya masa lalu aku.

Yang tahu itu teman seangkatanku dan kakak kelas 12, sama alumnus satu tahun yang lalu," ucap Athalla mengorek informasi.

"Aku mendengar gosip ini dari teman-teman yang lain.

Aku gak tahu, kalau mereka menggali informasi sedalam itu. Ma'af ya kak?

Tapi, menurut aku, kakak itu keren. Kakak cocok kok sama kak Chadfael," ucap Reno.

"Jadi, kalian suka menggosip di belakang kami?" Baldwin menggebrak meja.

"Ma'af kak," cicit Reno, dia merasa bersalah.

"Kamu sih, Ren. Itu kan privasi mereka, kenapa juga diungkit segala sih. Ma'afkan kami ya kak?" ucap Fery.

Sandy menatap Sannan, dia mengerti perasaan temannya tersebut.

"Ya sudah sih, kan masih banyak hal lain yang bisa dibahas?

Kakak Athalla di ekskul musik, main alat musik apa?" Sandy mengalihkan pembicaraan mereka.

"Aku main biola, San," sahut Athalla, dia masih murung. Namun, berusaha tersenyum.

"Wah, Sannan main piano kan? Sannan bisa gak kak main piano kak?" tanya Sandy.

Sannan dan Baldwin masih terlihat bad mood.

"Iya, dia jago kok. Aku saja diajarin sama dia," jawab Athalla. Gadis itu menyedot es cappucinonya.

"Kak Baldwin, aku ikut kalian pulang bareng ya?" tanya Sannan.

Athalla menatap Baldwin, dia menggeleng, tanda tak setuju. Tapi, Baldwin tetap mengiyakan.

"Eh bisa saja sih, Nan. Tapi, kami sudah ada janji mau nonton bareng, sama Zeva juga." Baldwin menyendokkan makanan ke mulutnya.

"Aku ikut kalian, boleh gak?" tanya Sannan, meminta persetujuan.

"Eh, kakak-kakak sekalian. Kami permisi duluan ya?" pamit Reno dan Fery.

"Nan, aku duluan ya?" pamit Sandy.

"Iya, San." Sannan mengangguk.

Athalla ingin menolak. Tapi, Baldwin berpikir untuk saat ini Athalla juga perlu seseorang yang menemani dan menghiburnya.

"Ok, deh Nan. Kita pergi berempat nanti, kumpul di depan sekolah ya?" Baldwin menepuk pundak Sannan.

"Yes!

Aku kembali ke kelas duluan ya kak?

Sampai jumpa pulang sekolah." Sannan melambaikan tangan.

Setelah Sannan menjauh.

"Thal? Are you okay? Tentang Chadfael dan Sannan." Baldwin khawatir melihat ekspresi Athalla yang bad mood.

Athalla mengangguk lemah, aku sudah gak apa-apa. Aku baik-baik saja, Win."

"Kalau kamu memang gak ada perasaan apa-apa sama Sannan, sebaiknya kamu terus terang saja padanya. Supaya dia gak berharap.

Kamu gak mau kan kejadian kamu dan kak Lintang terulang lagi?" Baldwin menghela nafas.

Kemudian dia melanjutkan, "kamu terus menghindari kak Lintang, karena kamu gak mau menyakiti dia. Pada akhirnya semakin kamu menghindar, bukan hanya dia yang tersakiti, kamu juga jadi gak nyaman, kan?" tanya Baldwin.

Dia berkata kembali, "jika kamu terus melarikan diri tanpa kejelasan pada mereka, itu hanya membuat mereka terus menunggumu, Thal.

Mereka juga pasti merasa bimbang, antara mau melepaskan atau meneruskan. Karena gak ada kejelasan darimu, Thal. Jadi, sebaiknya kamu bicara terus terang pada Sannan."

Athalla tersenyum dan mengangguk, "baklah, Win. Thanks sudah memberi pencerahan."

🍀🍀🍀

Saat pulang sekolah.

Baldwin, Athalla dan Sannan sudah bersiap untuk berangkat. Sannan mengajak mereka untuk naik mobilnya. Mereka menjemput Zeva di kampusnya.

Kini mereka sudah ada di Mall, menuju bioskop.

Mereka memesan popcorn dan minuman.

Di kursi penonton. Formasi duduk mereka, di samping kanan Sannan ada Athalla, di sampingnya ada Zeva, disampingnya lagi Baldwin.

Zeva bersandar ke bahu Baldwin sambil berpegangan tangan.

Athalla terlihat fokus menonton, Sannan mengambil popcornnya, dia ingin menyuapi Athalla.

Awalnya Athalla ingin menolak, dia tak mau membuka mulutnya. Dia ingin mengambilnya sendiri. Sannan bersi keras, akhirnya Athalla mengalah dan menerimanya. Sannan tersenyum, dia menyentuh tangan Athalla. Athalla segera menjauhkan tangannya dan berpura-pura memeriksa handphonenya.

"Kak, besok sibuk gak?" tanya Sannan.

"Gak tau, Nan. Kalau ada tugas, aku sibuk." Athalla terlihat fokus dengan handphonenya.

"Oh, aku boleh nemenin kakak gak?" tanya Sannan.

Athalla menatapnya dan bertanya, "untuk apa? Aku bersama Baldwin, kok."

Sannan menghela nafas, "aku tahu, aku cuma ingin ikutan saja."

"Terserah kamu, Nan. Kamu kan sukanya maksa, aku gak bakal menang melawan kamu," ucap Athalla pasrah.

Sannan hanya tersenyum. Tanpa mereka sadari, pasangan Zeva dan Baldwin, sebenarnya memperhatikan mereka.

Terpopuler

Comments

FauLia

FauLia

yuhuuu aku hadir

2020-09-12

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Thor, sdikit saran... Paragraf pertama stelah kata 'kelas 10-1' itu lebih baik diksih tnda titik bukan koma...

2020-09-08

1

Ita Yulfiana

Ita Yulfiana

kereen

2020-09-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!