Chadfael masuk ke kamarnya dan mengurung dirinya.
Air matanya tak dapat lagi terbendung, akhirnya mengalir begitu saja.
Jadi begini rasanya, melihat orang yang kau cinta bersama orang lain? Sakit bagai ditoreh sembilu.
Tapi aku bisa apa? Aku sendiri juga sudah menyakitinya. Aku pun merasa tak pantas bersamanya lagi. Ma'afkan aku, Athalla.
Ma'af aku sudah menyakitimu, menyia-nyiakan cintamu dan ma'af kini aku telah mencintaimu, tak rela melihatmu bersama orang lain. Meskipun tahu, kau bukanlah untukku.
Apa aku masih bisa berharap padamu? Berharap memiliki kesempatan bersamamu lagi?
🌸🌸🌸
Chadfael duduk di kursi penonton, dia terlihat stres.
Baldwin duduk disampingnya dan menepuk pundaknya.
"Kamu masih memikirkan yang kemarin?" tanya Baldwin.
"Hmm." Chadfael mengangguk.
"Beritahu aku, perasaan kamu yang sesungguhnya pada Athalla.
Beritahu aku, kalau kau masih ingin bersamanya," ucap Baldwin.
"Untuk apa? Semua sudah terlambat kan?" tanya Chadfael putus asa.
"Katakan dulu padaku. Maka akan aku beritahu sesuatu padamu," ucap Baldwin.
"Baiklah. Iya, Win. Aku mencintai Athalla dan aku masih berharap bersamanya kembali," jawab Chadfael.
Baldwin tersenyum lebar, "kalau begitu, aku beritahu padamu tentang kelanjutan cerita yang kemarin."
Chadfael hanya diam, dia menunggu Baldwin melanjutkan.
"Kamu sudah siap, Fael?" tanya Baldwin memastikan.
Chadfael hanya mengangguk sebagai jawaban.
"Baiklah, jadi kemarin itu Athalla dan Sannan .... "
Chadfael menutup telinganya, "cukup Win. Sepertinya aku gak sanggup mendengarnya lagi. Mereka sudah bersama kan?"
Baldwin menarik tangan Chadfael yang menutup telinganya, "iih, aku belum selesai Fael. Makanya jangan dipotong dulu.
Mereka tidak berkencan, Athalla menolak Sannan.
Sekarang kau puas, Tuan Pradipta?"
Chadfael bernafas lega.
"Yes!
Tapi, aku merasa tak pantas lagi untuknya Win.
Aku yakin akan ada pria yang lebih baik untuknya."
"Hey, pesimis sekali sih.
Kalau kau sungguh menyukainya, buktikan dong!
Berjuang Fael untuk dapetin dia kembali." Baldwin menyemangati.
"Menurutmu aku masih pantas bersamanya?" tanya Chadfael ragu.
"Jujur ya Fael, perbuatanmu itu sangat fatal bagi Athalla. Ya jelas saja dia kecewa karena ketulusan dibalas kepalsuan.
Tapi, ketika kamu menyadari dia sangat berarti untukmu. Kamu bisa mema'afkan kesalahannya dan mencoba memperbaikinya." Tutur Baldwin.
Dia kembali melanjutkan, "aku yakin Athalla masih mencintaimu, Fael. Mungkin dia bisa menerimamu kembali. Tapi, kau harus berjuang lebih keras, Fael. Buktikan padanya kau bersungguh-sungguh."
Baldwin terdiam beberapa saat, kemudian berkata lagi, "dia tak mengizinkan orang lain memasuki hatinya.
Meskipun mulutnya bilang dia sudah melupakanmu, tapi hatinya tidak bisa berbohong. Aku sangat mengenal Athalla. Dia bisa membohongi semua orang, tapi tidak denganku."
"Lalu apa yang harus aku lakukan, Win?" tanya Chadfael.
Baldwin terlihat kesal, "kau bertanya padaku? Seharusnya kau bisa memikirkannya sendiri. Apa yang harus kamu lakukan, agar Athalla bisa percaya dan kembali lagi padamu."
"Win, Athalla biasanya selalu memberiku kue saat aku latihan waktu sekolah, kan? Dia tahu kue kesukaanku, kue stroberi.
Apa kau tahu makanan kesukaannya? Aku ingin membalasnya." Mata Chadfael berbinar.
"Kau bertanya padaku? Selama kalian berkencan, apa saja yang kau ketahui tentangnya?" Baldwin sedikit emosi.
"Aku tidak begitu memperhatikannya. Dia selalu memakan apa yang aku berikan padanya. Jadi, aku tidak tahu makanan apa yang dia sukai?" Chadfael tertunduk.
"Ya ampun, Fael. Dasar tak perhatian sekali ya?
Kamu ingat gak? Ketika dia setiap menonton latihanmu, dia selalu membawa apa di tangannya?" tanya Baldwin.
"Apa ya? Sebuah kotak makan? Snack?" Chadfael kembali mengingat-ingat.
"Iya dia bawa kotak makan dan snack, tapi yang ada dalam kotak makannya apa?" Baldwin kembali memberi clue.
Chadfael nyengir ke arah Baldwin, dia berpikir keras tapi dia tak mendapatkannya. Baldwin hanya geleng-geleng.
"Dia suka kue coklat dan minuman cappucino."
"Oh iya itu, aku baru ingat sekarang," ucap Chadfael cengengesan.
"Nanti aku membelikannya, kamu bantu aku memberikannnya ya?" sambung Chadfael lagi.
"Ya ampun, kenapa aku hanya sebagai perantara mengantarkan makanannya saja sih?" Baldwin ngedumel.
"Haha iya, Win. Nanti kamu juga dapat, kok.
Mau pizza kan?" bujuk Chadfael.
Baldwin tersenyum lebar, "begitu dong! Sudah, cepat kita kembali ke lapangan!"
🌼🌼🌼
Kelas 11-3.
Baldwin duduk di tempatnya dan menyerahkan kue dan minuman kesukaannya Athalla.
"Widih, tumben sekali Win.
Dalam rangka apa nih ngasih makanan dan minuman kesukaan aku?" selidik Athalla.
"Lagi pengen saja, tadi melewati tempat yang jual ini. Jadi, mampir sebentar sekalian beli snack," ucap Baldwin beralasan.
"Oh, aneh saja tiba-tiba. Biasanya kan kalau ada sesuatu dulu, baru ngasih." Goda Athalla.
"Negative Thinking amat kamu neng!" Baldwin cemberut, dia terlihat sebal.
"Bercanda kali ah, Win. Gitu aja marah." Athalla tertawa.
"Mana bisa aku marah padamu, Thal." Baldwin menggeleng-geleng.
Athalla tersenyum, "iya deh, my bestfriend."
"Pulang sekolah makan di kafe yuk?" ajak Baldwin.
"Kamu mau traktir? Lagi banyak duit?" tanya Athalla heran.
"Hehe enggak Thal, pengen ngajak makan saja." Baldwin kembali beralasan.
"Ok deh, kalau gitu aku saja yang traktir. Sebagai balasan terima kasih aku atas pemberian kamu ini." Gadis itu menunjuk yang dimaksud.
"Eh, enggak Thal. Gak perlu lagi, kita bayar masing-masing saja ya?
Yang ini, aku ikhlas memberikan ke kamu, ya?
Gak perlu dibalas lagi, ok?" ucap Baldwin.
"Ya sudah sih, kalau itu mau kamu." Athalla pasrah.
WhatsApp • Pesan Baru • Sekarang
From: Kak Lintang Xenos
"Thal, pulang sekolah ke kafe yuk?"
Athalla menghadap ke arah Baldwin, "Win, kak Lintang ngajakin ke kafe nih?"
"Ya sudah, kita berangkat bertiga saja Thal," jawab Baldwin santai.
"Duh, salah ya Win. Aku cewek berteman dengan cowok?" Athalla menghela nafas, dia terlihat stres.
"Kamu mikirin perkataan orang lain lagi ya?" tanya Baldwin khawatir.
"Mereka bilang, kenapa aku bisa dekat dengan cowok kakak kelas dan adik kelas yang populer. Aku hanya berpura-pura tomboy untuk menarik perhatian banyak cowok.
Win, aku sama sekali gak bermaksud seperti itu. Kamu kan tahu, awalnya aku ini introvert. Bagaimana mungkin aku ingin menarik perhatian? Aku sendiri sering menghindar kan dari banyak orang?" Athalla murung.
"Iya, aku tahu Thal. Please, gak usah mikirin perkataan orang lain lagi. Yang jalanin kehidupan itu kamu, mereka gak tahu yang sebenarnya," ucap Baldwin menenangkannya.
"Awalnya aku gak peduli, Win. Tapi, lama kelamaan perkataan mereka semakin hari semakin menyakitkan. Hiks ..., " Athalla meneteskan air matanya, hanya di depan Baldwin. Di depan Chadfael juga pernah, dulu saat mereka putus. Dia sulit menahan tangisnya waktu itu. Baldwin segera mengusap air mata Athalla.
"Sudah ya, Thal. Jangan dipikirin lagi, kamu tutup telinga saja. Bagaimana pulang sekolah, kita gak jadi ke kafe? Kita ke Am*zone saja?"
"Terserah kamu, Win. Thanks ya Win?" Gadis itu tersenyum.
"Eh, menurut aku Thal. Kamu harus terus terang dengan kak Lintang juga. Supaya dia tak terus-terusan berharap." Nasehat Baldwin.
"Hmm." Athalla mengangguk.
Pulang sekolah, mereka kini telah berdiri di depan gerbang sekolah menunggu Lintang.
"Kak Zeva gak ikut, Win?" tanya Athalla.
"Gak, dia masih ada jam kuliah," ucap Baldwin.
Lintang menghampiri Baldwin dan Athalla.
"Kita naik mobil aku ya? Hari ini aku bawa mobil."
"Iya kak," jawab Baldwin.
"Thal, kamu duduk di depan ya?" Pinta Lintang.
Athalla melihat ke arah Baldwin minta pendapat. Baldwin mengangguk.
"Baik kak," akhirnya Athalla setuju.
🌻🌻🌻
Am*zone/Tempat Bermain.
Mereka telah sampai di Am*zone, mereka langsung menuju arena permainan yang ingin mereka mainkan.
Baldwin menuju arena ring basket. Athalla mengikutinya, begitu juga Lintang.
"Kak Lintang, suka basket?" tanya Baldwin.
"Sedikit. Lagi pengen main juga, lihat kalian main." Pria itu tersenyum kecil.
Mereka memainkan berbagai jenis permainan, akhirnya mereka mulai merasa lelah.
"Capek, Thal? Kita ke resto yuk? Pasti kamu juga sudah lapar?" ajak Lintang.
"Iya kak," Athalla mengangguk setuju.
Mereka berada di restoran dan sudah memilih menu. Mereka sedang menunggu pesanan.
"Aku ke toilet dulu ya, Thal?" ucap Baldwin.
"Iya, Win. Jangan lama-lama," sahut Athalla.
"Ih, aku tahu aku ngangenin. Tapi, jangan juga sih takut ku tinggal lama-lama," ucap Baldwin bernada menggoda.
"Apa sih, Win? Sudah pergi sana!" usir Athalla.
Lintang hanya tertawa melihat kelakuan dua sahabat ini.
Entah suatu kebetulan atau memang sudah takdir, Chadfael berada di restoran yang sama dia sedang makan bersama teman-teman kuliahnya. Dia tak sengaja melihat Athalla bersama Lintang dari kejauhan. Hatinya kembali terasa sakit.
Mungkin dia menolak Sannan, karena dia sudah dekat dengan Lintang. Ah, kenapa aku berpikir dia masih mencintaiku? Bodoh sekali kamu, Chadfael. Batin Chadfael.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
W.Willyandarin
next up kak
2020-09-18
1
FauLia
aku hadir ka Noor
2020-09-17
1
Mei Shin Manalu
Okee aku like...
2020-09-08
1