Jayadarma Kusuma

Jayadarma Kusuma yang lebih akrab dipanggil Jaya. Seorang senior yang populer, tampan, pintar, kaya, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Musik dan pandai bernyanyi. Sahabat karibnya Lintang Xenos, mereka berteman sejak SMP. Namun berbeda kelas.

Semua kelebihannya yang menonjol dibarengi dengan kepribadiannya yang ramah dan humoris, menjadikannya pria sempurna di sekolah.

Dia sudah memiliki bangunan apartemen sejak kelas 10. Memiliki mobil lamborghini, hadiah ulang tahun yang ke 17.

Banyak wanita yang mendekatinya tapi dia sama sekali tak tertarik, dia selalu menguji wanita yang mendekatinya. Tentu saja, belum ada yang lulus. Dia tahu, semuanya mendekatinya karena harta.

Dia memutuskan pindah sekolah dan merahasiakan identitasnya. Awalnya dia bersekolah di SMKN 1 dan kini pindah ke SMAN 1.

Semua orang tahu marga Kusuma adalah orang terkaya ke 10 di Indonesia.

Setiap kali orang menanyakan tentang dia dan kaitannya dengan marga Kusuma, dia menjawab itu semua hanya sebuah kebetulan. Dia memilih berpenampilan sederhana, ke sekolah hanya menaiki motor.

🍀🍀🍀

Di kelas 11-1. Lintang duduk melamun, memikirkan hal-hal yang terjadi dalam beberapa hari ini. Dia mendengus.

Lintang menoleh ke sebelahnya, dia terlonjak kaget. Teman disebelahnya tertawa.

"Kamu mengagetkan saja, Ren," ucapnya sambil mengelus dada.

"Habisnya kamu pagi-pagi sudah melamun saja, tumben banget kelihatan stres. Baru pertama kali lihat kamu stres gini. Orang jenius bisa juga ternyata stres," ucap temannya yang bernama 'Ren' tersebut.

"Meledek? Ngaco kamu, Ren. Siapa juga yang stres?" elak Lintang.

"Terlihat jelas di wajahmu, Lin." Tunjuknya ke wajahnya Lintang.

"Gak kok, biasa saja. Ngapain juga aku stres?" ucap Lintang.

"Ya, mana aku tahu?" ucap temannya mengangkat bahu.

Rendi teman sebangkunya hanya menggeleng-geleng.

Jaya masuk kelas Lintang dan duduk di depannya.

"Lin, pulang sekolah ke ruang musik yuk?" ajak Jaya.

"Hari ini latihan vokal?" Lintang berpaling melihat ke arah luar jendela.

"Gak sih, tapi latihan alat musik kelas 10," jawab Jaya.

Lintang langsung menoleh, dia tersenyum cerah.

"Giliran denger kelas 10 saja, cepat responnya," ucap Jaya menggeleng-geleng.

Lintang hanya tersenyum menanggapinya.

"Wah ada apa nih dengan kelas 10? Apa hubungannya dengan Lintang?" tanya Rendi yang penasaran.

"Mau tahu saja," jawab Lintang.

"Jadi bagaimana Lin?" tanya Jaya.

"Ok deh, Jay!" sahut Lintang.

"Sip, kalau gitu aku balik ke kelas dulu. Sudah mau bel nih," ucap Jaya melirik jam tangannya.

"Cuma ngajakin gitu doang? Kan bisa *c*hat?" tanya Lintang.

"Silahkan cek handphone Anda, Tuan," Jaya bergaya mempersilahkan.

Lintang memeriksa handphonenya, melihat notifikasi pesan dan panggilan tak terjawab, dia hanya cengengesan.

"Ma'af gak main handphone sejak sampai di sekolah."

"Ya sudah, aku balik dulu ke kelas, Lin." Jaya berdiri. Dia mengangkat tangannya untuk high five dan disambut Lintang.

🌻🌻🌻

Pulang sekolah, di ruang musik. Anak kelas 10 sudah berkumpul di ruangan, mereka menunggu aba-aba dari kakak kelas.

"Semuanya, ambil posisi masing-masing. Sesuai alat musik yang dimainkan," Jaya mengambil alih.

"Hari ini kalian bebas memainkan alat musik sesuai lagu yang kalian inginkan," sambungnya lagi.

Mereka semua bersorak gembira. Jaya memperhatikan mereka semua. Dia melanjutkan, "kalau begitu, fokus pada alat musiknya yang dimainkan masing-masing ya.... "

Jaya menepuk pundak Athalla, "bisa kita bicara sebentar?" tanyanya.

"Bisa, kak," jawab gadis itu.

Jaya mengajaknya keluar ruangan, sementara itu dia mengisyaratkan Lintang agar ikut keluar.

Athalla terlihat bingung, melihat dua kakak kelasnya ini.

"Kalian ingin bicara apa?" tanya Athalla.

"Aku tahu, aku tak seharusnya ikut campur. Tapi, aku rasa, kamu harus berdamai dengan kak Chadfael, Lin," ucap Jaya.

"Loh? Kenapa memang?" tanya Lintang, sedikit emosi.

Jaya menunjuk ke arah Athalla dengan dagunya.

"Thal, kalau penyebab kamu menjauh dariku karena aku bertengkar dengan Chadfael.

Aku akan menurunkan egoku demi kamu, aku akan minta ma'af ke dia, semua demi kamu.

Aku gak ingin kamu menghindariku terus." Lintang menatap wajah Athalla sendu.

Athalla semakin tak tega pada Lintang, sebenarnya bukan itu alasan sesungguhnya.

Terus bagaimana dong? Apa ku biarkan saja kak Lintang minta ma'af ke Chadfael? Agar mereka berdamai? Batin Athalla.

"Aku masuk ke dalam dulu, kalian selesaikan saja,"

Jaya masuk ke ruangan, meninggalkan mereka berdua.

"Ehm ka, aku minta ma'af banget sudah membuat kakak berpikir seperti itu. Kakak gak salah sama aku. Aku gak menghindari kakak, aku gak marah sama kakak karena bertengkar dengan kak Chadfael," Athalla terdiam sejenak.

Dia melanjutkan, "ini salahku, aku saja yang tak terbiasa dekat dengan orang lain. Aku gak bisa berteman baik dengan orang lain, selain Baldwin dan kak Zeva. Ma'afkan aku kak."

Lintang tersenyum, rasa lega menjalar di tubuhnya, "jadi, kamu gak marah sama aku? Syukurlah.

Kamu gak perlu menyalahkan diri sendiri seperti itu, aku juga minta ma'af karena sudah membuatmu gak nyaman dengan sikapku yang seperti ini ke kamu."

"Aku minta ma'af banget, karena menyuruh ini ke kakak. Aku rasa sebaiknya kakak berdamai dengan kak Chadfael," ucap Athalla hati-hati, khawatir Lintang akan marah.

Ekspresi wajah Lintang berubah. Akhirnya dia hanya mengangguk pelan sebagai jawaban. Athalla tersenyum.

Mereka kembali masuk ke dalam ruang musik. Athalla menceritakan hal tersebut kepada Baldwin.

"Bantuin ya Win, kamu ajakin kak Chadfael. Aku bawa kak Lintang," ucap Athalla memohon.

"Dimana nih tempatnya?" tanya Baldwin.

"Sekarang kak Chadfael ada dimana?" tanya Athalla.

"Sekarang? Sepertinya sih di ruang olahraga.

Memang kamu mau sekarang?" tanya Baldwin lagi.

"Eh nanti saja deh, saat selesai latihan," jawab Athalla.

Mereka kembali fokus pada alat musik masing-masing.

"Adik-adik, sekarang kalian bisa istirahat. Bebas mau makan atau minum, waktunya 15 menit. Setelah itu kita kembali berlatih," intruksi Jaya.

"Ini untuk kakak," ucap Athalla, seraya menyerahkan roti dan sekaleng minuman ion kepada Jaya.

"Aku?" tunjuk Jaya kepada dirinya sendiri.

"Iya, siapa lagi?" tanya Athalla.

"Gak salah nih, bukan untuk Lintang?" tanya Jaya lagi memastikan.

"Gak kak, ini buat kak Jaya. Perlu ya dikasih tulisan disini?" ucap Athalla bercanda.

Jaya tertawa.

"Loh kok tertawa?" tanya Athalla.

"Memangnya dalam rangka apa?" tanya Jaya.

"Gak ada sih, aku cuma pengen berterima kasih saja ke kakak. Menurut aku kakak sudah ikut membantu," jawab Athalla.

"Membantu?" Jaya merasa bingung.

"Iya, membantuku buat kak Lintang dan kak Chadfael berdamai," jawab Athalla.

"Aku? Sama sekali gak merasa begitu," Jaya menggeleng.

"Tapi, aku merasanya begitu. Sudah sih, menerima ini saja sulit banget. Tinggal ambil saja kak, aku ikhlas mau ngasih ini. Terlepas dari apapun motif kakak buat bantuin," ucap Athalla dengan nada memaksa.

Athalla meraih tangan Jaya dan meletakkan roti dan minuman di tangan Jaya.

"Em, kalau gitu thanks ya Thal," ucap Jaya.

"Aku yang seharusnya terima kasih, kak.

Aku pergi dulu ke sana, waktu istirahat hampir habis," ucap Athalla.

Gadis itu meninggalkan Jaya yang masih dalam posisi kebingungan. Lintang mendekati Jaya.

"Wih, tumben nih di kasih adik kelas?" celetuk Lintang.

"Iya, terus mau tahu siapa yang ngasih?" ucap Jaya.

"Memangnya siapa?" tanya Lintang.

"Athalla," ucap Jaya sambil tersenyum.

"Yakin buat kamu? Gak buat aku?" tanya Lintang.

"Yakin, Lin. Tadi sudah ditanyain juga, kalau gak percaya, tanya langsung sana," tunjuk Jaya ke arah Athalla.

"Ya sudah sih, aku percaya. Tapi, ngapain dia ngasih kamu?" tanya Lintang lagi.

"Ada deh," ucap Jaya.

"Gak mau ngasih tahu, nih?" tanya Lintang penasaran.

"Mau tahu?" goda Jaya.

"Iya, kenapa? Apa dia suka sama kamu, Jay?" tanya Lintang.

Jaya tertawa terbahak-bahak, membuat semua adik kelasnya menatap ke arah mereka.

"Kok kamu tertawa? Apa yang lucu?" tanya Lintang.

Jaya menjawab, "sumpah, ngaco kamu Lin.

Aku tahu kamu cemburu, tapi tenang saja sih.

Athalla gak tertarik kok sama aku, begitupun aku."

"Awas saja kalau kamu nanti tertarik sama Athalla," ancam Lintang.

Jaya menaikkan alisnya sebelah, dia menggeleng-geleng.

Waktu istirahat telah berakhir, mereka kembali melanjutkan latihan.

Jam pulang, di ruang olahraga.

Athalla berjalan menuju Chadfael, diikuti oleh Lintang dan Jaya. Baldwin sudah disamping Chadfael.

"Pokoknya, kamu gak boleh emosi, Fael. Awas kamu,"

ancam Baldwin.

"Iya, iya. Bawel banget sih," sahut Chadfael kesal.

Lintang sudah berhadapan dengan Chadfael.

"Aku ke sini mau minta ma'af atas sikapku kemarin," ucap Lintang.

"Hah?" Chadfael berpura-pura tak mendengar.

Lintang mengepalkan tangannya, berusaha menahan emosi.

"Aku. Mau. Minta. Ma'af," ucap Lintang, menekankan setiap kata.

"Ok, aku ma'afin," ucap Chadfael.

Mereka berjabat tangan.

"Thal, aku sudah nepatin janji aku," ucap Lintang.

"Iya, kak. Terima kasih," ucap Athalla tersenyum.

"Ayo kita pulang, aku antar kamu," ucap Lintang kepada Athalla.

"Kak Lintang, sebaiknya pulang dengan kak Jaya saja. Aku pulang sama Baldwin. Ada yang perlu diselesaikan." Athalla berusaha menolak.

"Gak apa-apa, aku tungguin." Lintang bersi keras.

"Hah? Gak apa-apa kak, kakak pulang duluan saja," tolak Athalla.

Lintang menyerah, meskipun dia keukeuh, Athalla lebih keukeuh. Akhirnya pasrah.

"Baiklah, hati-hati ya," ucap Lintang melambaikan tangan.

"Iya kak. Kalian berdua juga hati-hati ya."

Athalla melambaikan tangan pada Lintang dan Jaya.

Setelah mereka menjauh.

"Win, pulang yuk!" ajak Athalla.

"Kamu bilang ada yang pengen diselesaikan?" tanya Baldwin, Athalla hanya tersenyum nyengir.

"Hanya alasan?

Duh ya ampun, Thal. Kapan sih kamu membuka hati untuk kak Lintang?"

Baldwin gemas dengan sahabatnya itu.

"Aku gak mau nyusahin dia. Yuk kita pulang!" ajak Athalla.

"Tapi, aku mau bareng sama Chadfael, Thal.

Eh, tunggu."

"Fael, hari ini kamu bawa mobil kan? Kami ikut ya?

Tolong anterin Thalla, please," Baldwin memohon.

"Eh, tidak usah Win. Gak apa-apa, kalau begitu aku naik taksi saja," ucap Athalla.

"Gak Thal, aku khawatir ya sama kamu," ucap Baldwin memperingati.

"Ya sudah gak apa-apa, kita pulang bareng saja," ucap Chadfael.

"I know you, Fael. Thanks bro!"

Baldwin merangkul Chadfael dan ditepisnya.

"Lebay kamu, Win."

Baldwin hanya nyengir.

Athalla sangat bahagia, dia sangat berterima kasih pada Baldwin. Mimpi apa dia semalam, bisa diantarkan Chadfael.

Terpopuler

Comments

Sepi Ramadhani

Sepi Ramadhani

Semangat, kakak

Ceritanya bagus, ditunggu kelanjutan ceritanya😙😘😗

Jangan lupa mampir baliknya di DEWA BELADIRI dan karyaku yang lainnya..

2020-09-18

2

FauLia

FauLia

semangat k

2020-09-08

1

Ita Yulfiana

Ita Yulfiana

nice

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!