Obsesi

Di Restoran.

Athalla mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Lintang mengikuti arah pandang Athalla.

"Kamu ngeliatin apa, Thal?" tanya Lintang.

"Oh, gak ada kok kak. By the way, Baldwin beneran lama nih," gerutu Athalla.

"Jadi, kamu kangen nih sama Baldwin?" Goda Lintang.

"Ah, kakak bisa saja." Athalla dan Lintang tertawa.

Mereka terdiam beberapa saat, sehingga Lintang berdehem memecahkan keheningan antara mereka.

"Hmm ...

Thal, aku mau ngomong sesuatu ke kamu." Wajah Lintang terlihat serius.

"Apa kak?" tanya Athalla.

"Sebenarnya aku sudah lama menyukaimu, Thal. Entah kamu merasa atau enggak. Aku gak tahu," tutur Lintang. Athalla masih diam.

Lintang kembali melanjutkan, "jujur, aku cemburu melihat kamu berkencan dengan Chadfael waktu itu. Aku juga cemburu melihatmu bersama Sannan. Tapi, aku juga merasa bahwa aku gak berhak cemburu padamu karena status kita hanya teman,

Ma'af jika aku egois, aku ingin kita lebih dari sekedar teman. Aku ingin kamu menjadi kekasihku, Thal."

Athalla menunduk, dia sedang memikirkan jawaban untuk Lintang. Dia sendiri sudah tahu, cepat atau lambat Lintang akan menyatakan perasaannya.

"Kak, aku minta ma'af. Aku tidak bisa, kak.

Aku ingin kita berteman saja. Ku harap kakak bisa mengerti. Aku sudah menganggap kakak seperti kakak aku sendiri," ucap Athalla.

"Aku tahu, perasaan tak bisa dipaksakan. Tapi, aku mohon padamu, Thal. Beri aku kesempatan lagi untuk membuktikannya." Lintang meyakinkan.

"Kak, please jangan berharap padaku. Aku gak mau menyakiti kakak," ucap Athalla.

"Thal, aku tahu kamu mungkin masih belum move on dari Chadfael. Mungkin juga kamu mengalami trauma, sehingga sulit untuk membuka hatimu untuk orang lain.

Tapi, kamu gak boleh seperti ini terus. Kamu sama saja menyakiti dirimu sendiri," ucap Lintang.

Lintang melanjutkan, "kamu juga berhak bahagia, Thal. Buka hatimu dan beri aku kesempatan. Aku berjanji akan membuat kamu bahagia bersamaku." Lintang memohon.

Athalla terdiam, dia berpikir beberapa saat, lalu dia menjawab, "baiklah kak, aku akan mencoba membuka hatiku, tapi aku gak mau kakak berharap padaku."

Lintang tersenyum, setidaknya dia sudah bisa mengetuk pintu hati Athalla. Baldwin sudah kembali.

"Kok kamu lama banget, Win?" tanya Athalla.

"Antri tadi, Thal. Terus tadi dicegat banyak cewek, mau minta foto bareng sama aku," ucap Baldwin narsis.

"Sok artis banget sih," cibir Athalla tak terima.

"Itulah kenyataannya." Baldwin nyengir.

Lintang tertawa melihat kenarsisan Baldwin.

"Coba lihat ke arah sebelah kiri, cewek-cewek itu terus memperhatikan ke meja ini.

Tapi, kayanya bukan ke aku sih, ke kak Lintang tepatnya." Baldwin menunjuk ke arah yang dimaksud.

"Gak Win, mereka perhatiin kamu kok," ucap Lintang tersenyum.

"Sudah kak, nih anak gak bisa dipuji sedikit. Nanti semakin tinggi hati dia," sahut Athalla.

"Tenang, Thal. Hati aku masih ukuran normal kok." Baldwin membusungkan dada.

"Terserah kamu Win," sahut Athalla malas.

Mereka terus berdebat sampai makanan mereka telah habis.

"Kenyang banget," ucap Baldwin mengusap perutnya.

Lintang membayar semua pesanan mereka.

"Berapa kak?" tanya Athalla.

"Sudah, aku yang traktir kalian," ucap Lintang tersenyum.

"Benarkah? Wah, terima kasih banyak kak Lintang. Punya kakak kelas sebaik ini, kak Lintang the best!" Baldwin mengacungkan dua jempolnya.

"Terima kasih, kak. Lain kali, kalau ngajak makan jangan traktir lagi. Gantian aku yang traktir kakak," ucap Athalla.

"Gak apa-apa, Thal. Ya ampun santai saja kali."

Mereka pulang dengan Lintang yang mengantar mereka ke rumah masing-masing.

🌼🌼🌼

Kamar Athalla.

Athalla menelepon Baldwin, dia menceritakan tentang pembicaraan Athalla dengan Lintang tadi siang.

📞: "Jadi aku harus bagaimana, Win?" tanya Athalla.

📞: "Kamu sendiri bagaimana, Thal?" Baldwin bertanya balik.

📞: "Sebenarnya aku itu kurang jelas bagaimana lagi sih, Win? Aku sudah menolaknya secara tegas dan melarangnya berharap padaku. Tapi, dia bersi keras banget Win." Athalla memijit kepalanya.

📞: "Kak Lintang begitu terobsesi denganmu, Thal."

📞: "Kau tahu, aku khawatir Win. Setiap kali aku dekat dengannya, aku khawatir dia mengartikan sikapku terhadapnya itu sebagai balasan perasaannya.

Aku khawatir dia salah paham tentangku, Win." Athalla terdiam.

Dia melanjutkan kembali, "Jujur aku ingin menghindarinya lagi seperti yang telah ku lakukan padanya dulu. Tapi, kamu bilang aku harus menghadapinya. Mengatakannya dengan jelas padanya.

Kini aku sudah melakukannya, tapi malah membuatku semakin gak nyaman, karena kak Lintang menganggapku seperti memberinya harapan."

📞: "Kau benar, Thal. Kenapa kak Lintang sebegitu menyukaimu ya? Padahal banyak cewek yang menyukainya. Seharusnya dia tak perlu repot mengejarmu, ketika dia sendiri bisa untuk tinggal memilih salah satu dari mereka dengan mudah," gerutu Baldwin.

📞: "Entahlah, Win. Sekarang aku bingung harus bagaimana lagi? Menghindar salah, gak menghindar juga salah."

📞: "Begini saja, Thal. Kamu tetap saja berhubungan baik dengannya sebagai teman, tapi sikapmu kepadanya cuek saja. Seolah gak perduli begitu, bagaimana?" Saran Baldwin.

📞: "Kau benar, Win. Akan aku ku coba. Thanks Win.

Sudah larut malam, sebaiknya kau tidur," ucap Athalla.

📞: "Aku baik-baik saja, setelah ini aku mau menelepon Zeva, Thal. Aku benar-benar merindukannya, sekarang sulit sekali bertemu dengannya." Baldwin curhat.

📞: "Iya deh, iya. Kalau begitu, aku duluan deh ya? Good evening, Win. Bye~"

📞: "Ok, Thal. Good night and have a nice dream for you Princess."

📞: "Hmm." Athalla mematikan sambungan teleponnya. Dia merebahkan diri ke kasurnya.

🌸🌸🌸

Di sekolah, siswa-siswi SMAN 1 sedang melaksanakan Apel pagi. Athalla hari ini bangun kesiangan, alhasil dia terlambat. Dia menaiki pagar di belakang sekolah dengan tangga, dia masuk mengendap-endap. Lintang sedang berpatroli sekitar sekolah dan melihat Athalla. Dia menepuk pundak Athalla dari belakang. Athalla terkesiap.

"Ma'af pak, saya telat. Saya janji gak akan mengulanginya lagi." Athalla memohon, dia menutup matanya.

Lintang tertawa. Athalla pun berbalik.

"Kak Lintang?

Ya ampun, aku takut banget tadi. Aku pikir Pak Satpam." Athalla mengelus dadanya.

"Sebentar lagi Apel selesai, sebaiknya kamu langsung masuk kelas saja. Biar gak ketahuan terlambat," ucap Lintang.

"Beneran nih, gak apa-apa kak?" tanya Athalla.

"Kamu mau minta dihukum?" Lintang balik bertanya.

"Ah, enggak bukan itu maksudku. Baiklah, kalau begitu aku masuk kelas, kak. Terima kasih," pamit Athalla.

"Bagaimana sebagai balasannya, kita jalan sore ini?" ajak Lintang.

"Hah? Aku .... "

"Sibuk? Ngerjain tugas di perpustakaan? Aku tungguin kok, Thal." Lintang menjawab seolah bisa membaca pikiran Athalla.

Kak Lintang hapal banget alasan aku. Duh, sulit banget nih. Batin Athalla.

"Baiklah, kak. Aku gak ada tugas, kok. Nanti sore ya?" tanya gadis itu memastikan.

"Baguslah kalau begitu, nanti sore ya aku jemput ke rumah?" ucapnya tersenyum.

"I-iya, kak." Athalla mengangguk ragu.

"Dan satu lagi. Kita jalan berdua saja ya?" ucap Lintang.

Athalla mengangguk. Lintang tersenyum.

"Aku antar ke kelas ya?" tawar Lintang.

"Tapi, kak .... "

"Sudah, gak apa-apa. Buruan Thal, nanti ketahuan Guru."

Athalla pasrah, dia akhirnya mengikuti kemauan Lintang. Lintang menggenggam tangan Athalla dan membawanya berlari menuju kelas Athalla.

"Terima kasih, kak. Aku sudah sampai,"

Athalla segera melepas genggaman tangan Lintang.

Para siswa sudah menuju kelas masing-masing, Apel sudah berakhir.

"Ok, sampai jumpa nanti ya?" ucap Lintang. Athalla mengangguk dan segera masuk ke kelasnya.

Baldwin sudah duduk di tempatnya, dia melihat Athalla berlari ke tempat duduknya.

"Kenapa kamu lari-lari, Thal? B**y the way, kamu telat ya? Dihukum tadi?" tanya Baldwin.

"Iya, aku telat Win. Gak dihukum, tadi di selametin kak Lintang," jawab gadis itu sambil membuka tasnya.

"Ciyee ... pagi-pagi sudah mesra-mesraan. Aku sempat lihat kalian berdua pegangan tangan. By the way, kalian berkencan ya sekarang?" Goda Baldwin.

"Win ...

Aku kan sudah bilang padamu, aku sudah menolaknya. Tapi, dia masih mengejarku.

Dia mengajak aku jalan sore ini, Win. Dia bilang sebagai balasan terima kasihku karena sudah dia selametin tadi.

Terus aku harus bagaimana, Win?" Athalla terlihat stres, gadis itu mengambil buku fisikanya.

"Kamu bertanya padaku terus, apa yang harus kamu lakukan. Begini ya, Thal. Kalau hal seperti ini, sebenarnya aku gak bisa memberi kamu pandangan terus-terusan, karena kita dari sudut pandang yang berbeda. Aku ini pria dan kamu wanita, Thal.

Mungkin kamu perlu minta pendapat dari Zeva?" usul Baldwin.

"Kamu benar, Win. Kak Lintang kenapa sih gak menyerah saja?" gerutu Athalla.

"Mungkin dia serius, jadi dia terus mencoba meluluhkan hatimu, Thal," ucap Baldwin mengangkag bahunya.

"Win, sebenarnya aku juga sedang berusaha. Tapi, entah kenapa aku tidak bisa membuka hatiku untuknya?" Athalla menghela nafas.

"Aku gak tahu lah, Thal. Sebaiknya kamu bicara sama Zeva." Baldwin mengangkat bahunya.

Guru sudah memasuki kelas mereka, pelajaran pun dimulai.

🍃🍃🍃

Jam istirahat.

Athalla dan Baldwin sedang menikmati makanan mereka, tiba-tiba Sannan datang duduk di depan mereka. Sannan menyodorkan segelas cappucino pada Athalla.

"Hmm, jadi cuma Athalla nih yang dikasih?" Goda Baldwin.

"Makanan kalian aku yang traktir," jawab Sannan.

"Wuihh ... gitu dong!" puji Baldwin.

"Eh gak usah, Nan. Kami bisa bayar sendiri kok." Tolak Athalla.

"Sudah, kak. Jangan menolak. Kalian kan kakakku?" Sannan tersenyum.

Athalla menunduk, Baldwin pun merasa tak nyaman.

"Eh, Nan. By the way, beberapa hari ini kamu gak kelihatan, kemana saja?" tanya Baldwin.

"Aku masuk terus kok, cuma di kelas saja beberapa hari ini," jawab Sannan, dia tersenyum hambar.

Athalla merasa Sannan masih sedih. Dia juga sedikit merasa gak nyaman, namun mencoba terlihat senatural mungkin.

"Terima kasih ya, Nan. Nanti aku beliin kamu juga minuman kesukaan kamu. Cepat makan, sebentar lagi bel masuk," ucap Athalla.

"Hmm, baiklah kak," sahut Sannan.

Baldwin berusaha mengalihkan pembicaraan untuk memecahkan suasana awkward tersebut dengan membahas hal lain. Dia membahas tentang ekskul musik dan basket.

Sorenya.

Lintang sudah di depan rumah Athalla, dia minta izin dengan orangtua Athalla untuk mengajaknya jalan.

"Kak, kita kemana?" tanya Athalla.

"Ada deh, kamu ikut saja." Lintang tersenyum.

"Baiklah, terserah kakak." Athalla pasrah.

Terpopuler

Comments

FauLia

FauLia

semangat kakak

2020-09-17

1

Sanny Rama

Sanny Rama

Asek udah up. Semangat terus kak.
Mampir juga ya
"CINTA KEMBARKU" sequel DUREN MANIS
"PENJAHIT HATI"
"MY INTROVERT MAN"
jangan lupa like, komen, rate bintang 5

2020-09-10

1

Mei Shin Manalu

Mei Shin Manalu

Tetap semangat 💪... Ditunggu kelanjutannya... Aku kasih 5 like untuk Author... 👍

Ksih feedback jga ya di novelku... Danke 😊

2020-09-08

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!