"Thal, aku mau bicara sesuatu sama kamu," ucap Lintang dengan nada serius.
"Apa kak?" tanya Athalla.
"Aku.... "
Ucapan Lintang terpotong karena handphone Athalla berdering.
"Ma'af kak, aku angkat telepon dulu dari Mama."
"Oh iya, silahkan."
Athalla keluar kafe. Setelah selesai, dia kembali ke dalam dan mengambil tasnya.
"Ma'af kak, aku harus segera pulang. Mama nyuruh pulang sekarang." Pamit Athalla.
"Oh iya, tidak apa-apa. Aku antar ya?" ucap Lintang.
"Eh tidak usah, aku naik taksi saja." Tolak Athalla.
"Please jangan nolak, Thal. Aku khawatir, ini sudah hampir malam."
"Baiklah, ma'af merepotkan ya kak. Dan juga terima kasih."
"Bukan masalah."
Athalla pasrah, dia pun mengikuti Lintang, naik motor besarnya berwarna merah.
Athalla sampai di depan rumahnya.
"Terima kasih kak."
Lintang mengangguk. Mama Athalla keluar rumah.
"Eh, ada temannya Thalla. Masuk mampir dulu nak," ucap Mama Athalla tersenyum.
"Terima kasih bu. Sudah hampir malam, lain kali saja bertamu," Lintang tersenyum menolak secara halus.
"Baiklah, terima kasih ya nak sudah mengantar Thalla."
"Iya, bu. Saya langsung pamit."
"Iya, hati-hati ya nak?"
"Terima kasih bu, saya permisi," ucap Lintang pamit.
Mama Athalla mengangguk sambil tersenyum.
🍃🍃🍃
Di kediaman Lintang Xenos, pria itu merebahkan dirinya ke kasur big sizenya. Lintang mengirim pesan pada Athalla.
5 menit.
10 menit.
15 menit.
30 menit.
1 jam.
Tak kunjung ada balasan. Lintang mulai merasa sedikit kesal.
WhatsApp • 1 Pesan Baru • Sekarang
Lintang tersenyum, dia membuka pesannya.
From: Inaranti Bellisa
Senyumnya pun pudar. Kecewa, bukan balasan dari Athalla. Dia membuka pesannya dengan malas.
"Lin, besok kita rapat. Nentuin hasil seleksi."
"Iya."
"Lagi galau ya? Khawatir Athalla gak lolos?"
"Tidak sih, aku yakin dia lolos."
"Weitss, percaya diri sekali.
Jadi bagaimana? Sudah nembak?"
"Apa sih Ran? Tidak ada urusannya sama kamu."
"Widih, galak bener. Ya udah sih, aku kan cuma nanya. Aku doain deh, semoga hubungan kalian berhasil."
Lintang mengabaikan pesan dari Ranti.
Dia tiduran, melempar handphonenya sembarang di kasurnya.
Dia memikirkan tentang hari ini, dia merasa perlu berjuang sedikit lagi.
🌸🌸🌸
Keesokan harinya.
Athalla dan Baldwin nongkrong di kantin.
"Eh, gimana Thal kemarin?" tanya Baldwin penasaran.
"Apa?" Athalla merespon dengan ekspresi datar.
"Ih, kan kemarin kami tinggalin, biar kalian bisa berdua. Jadi, pasti kak Lintang ngomong sesuatu kan sama kamu?"
"Idih, kepo bener kamu Win. Tapi serius, tidak ada ngomong apa-apa sih."
"Ah, bohong nih! Momennya udah seromantis itu, masa tidak ada ngomong apa-apa?" ucap Baldwin.
"Apa sih, biasa aja kali."
Athalla memasukkan bakso ke mulutnya.
"Ih, anak ini. Orang lagi serius, dia malah makan."
"Aku laper Win, masa nungguin selesai bicara sih? Entar keburu masuk kelas nih."
"Benar tidak ada? Heh, masa iya sih? Ini kak Lintang kayanya kurang gercep (gerak cepat)."
"Emang kenapa sih Win? Kayanya kamu tahu sesuatu soal kak Lintang. Kalian menyembunyikan apa di belakangku?"
"Eh, tidak ada sih Thal. Aku tidak begitu akrab sih sama kak Lintang, ngobrol paling sekedarnya saja. Itu pun pas ada sama kamu juga.
Cuma aku punya feeling, dia suka sama kamu. Jadi, aku cuma mau bantuin saja sih," Baldwin meminum jus stroberinya.
"Itu kan cuma sekedar feeling, jadi tak ada bukti apapun yang menyatakan dengan jelas.
Jadi, semua itu bukan hal yang pasti. Sudah deh, Win. Berhenti sih urusin yang begini."
"Sulit memang kalau bicara sama cewek yang tidak peka kaya gini." Baldwin hanya menggelengkan kepalanya. Athalla memutar bola matanya malas.
"Win, pulang sekolah sibuk gak?" tanya Athalla.
"Gak deh, kenapa?" jawab Baldwin.
"Temenin aku ke perpustakaan ya? Aku mau ngerjain tugas fisika."
"Ok, Princess. Nanti, kalau sudah selesai, aku menyalin punyamu ya?"
"Tapi kamu tetap harus belajar!" ancam Athalla, gadis itu mengacungkan garpu ke arah Baldwin.
"Iya, iya. Tapi sulit sih, dijelasin bagaimanapun ya tetap saja gak paham." Baldwin mencoba menenangkan gadis itu.
"Baldwin, setidaknya kamu berusaha lah. Daripada gak sama sekali."
"Iya deh, sudah bunyi bel tuh. Masuk kelas yuk!"
Kantin sedang ramai, para siswa berdesakan buru-buru keluar kantin.
Athalla menabrak seseorang entah siapa, dia segera meminta ma'af tanpa menatap wajahnya.
"Athalla?" ucap orang tersebut.
"Eh, kak Lintang. Ku pikir siapa? Ma'af ya kak, gak sengaja," ucap Athalla, merasa bersalah.
"Iya, enggak apa-apa. Santai aja sih," jawab Lintang.
"Kak ma'af, aku buru-buru mau ke kelas."
"Eh, tunggu sebentar!" Lintang mencegatnya.
"Ya?"
"Pulang sekolah sibuk gak?" tanya Lintang.
"Sebenarnya aku mau ke perpustakaan, mau mencari buku buat ngerjain tugas fisika."
"Oh begitu, ya sudah. Sampai jumpa nanti ya?" ucap Lintang tersenyum.
"Hah?" Athalla merasa bingung.
Baldwin menarik lengan Athalla.
"Ayo Thal, nanti kita telat!"
Mereka pun kembali ke kelas, beruntung sampai tepat waktu.
🌻🌻🌻
Pulang sekolah, Athalla dan Baldwin menuju perpustakaan.
Di perpustakaan, Athalla segera mencari buku. Baldwin mencari tempat duduk untuk mereka tempati.
Athalla sedang sibuk mencari buku, tiba-tiba seseorang ada di sampingnya.
"Hey, mau aku bantuin?" tanya orang tersebut.
"Ehm, terima kasih kak. Aku bisa kok mencari sendiri," sahut Athalla.
"Jangan sungkan, kalau dibantu akan lebih cepat," ucap orang tersebut.
"Baiklah, terserah kakak saja. Jika tak keberatan," jawab Athalla pasrah.
"Tentu saja tidak," ucapnya tersenyum.
"Emm, memangnya kak Lintang gak ada jam pelajaran tambahan?"
Ya, orang tersebut adalah Lintang Xenos.
"Sebenarnya ada sih, tapi aku sudah menyelesaikan tugasnya. Jadi, boleh keluar duluan," ucap Lintang santai.
Athalla menampakkan ekspresi tak percayanya.
"Kenapa? Gak meyakinkan ya? Hahaha..., " Lintang tertawa.
"Gak bukan gitu sih, ya sulit saja dipercaya."
Ada beberapa siswi kelas 11 yang memperhatikan dari kejauhan sambil berbisik. Athalla merasa tak enak, dia sendiri berusaha untuk tidak menjadi pusat perhatian. Dan Lintang adalah sumber pusat perhatian. Dia berpikir untuk segera menjauh.
"Kak, aku pindah tempat ya? Kakak carinya di bagian sini, aku di sana." Athalla menunjuk rak yang tak jauh dari situ.
"Ok, baiklah," Athalla sambil ngedumel, bisa-bisanya jadi pusat perhatian tapi bisa sesantai itu. Mungkin karena Lintang sudah terbiasa, jadi dia menganggap hal itu biasa. Tapi tidak bagi Athalla, dia sangat anti untuk jadi pusat perhatian. Berusaha sebisa mungkin, agar tidak terlalu dikenal siswa lainnya.
Athalla terlihat seperti seorang yang introvert, tapi sebenarnya kenyataannya tidak seperti itu. Dia hanya menutup dirinya dengan orang lain. Hanya dekat dan berteman dengan beberapa orang yang menurutnya bisa dipercaya.
Athalla sudah mendapatkan buku yang dia cari. Atensinya teralihkan dengan seorang pria bertubuh tinggi yang berdiri di sampingnya, dia terlihat sibuk mencari buku. Athalla mendongak, melihat wajah sang pria, dia terpana beberapa saat. Sadar diperhatikan, sang pria menatap balik Athalla.
"Oh, halo. Apa ada yang bisa aku bantu?" tanyanya ramah.
Dia tersenyum, menampilkan dimple di pipinya. Sungguh manis, menurut Athalla. Pria itu melambai-lambai di wajahnya. Athalla tersadar, dia malu dan grogi.
"Ha... halo, kak. Ah, tidak ada kak. Aku permisi."
Athalla menunduk, dia merutuki dirinya sendiri. Kenapa bisa menatap pria tersebut hingga dia menyadarinya.
"Eh, tunggu dulu." Cegatnya.
"Kau temannya Baldwin kan?" tanya pria tersebut.
"I-iya, bagaimana kakak bisa tahu?" tanya Athalla.
Kenapa aku bisa segugup ini bicara dengannya? Batinnya.
"Aku sering melihatmu bersama Baldwin, kalian terlihat sangat dekat seperti pasangan kekasih. Tapi, aku tahu kekasihnya kan Zeva, teman sekelasku. Makanya aku tahu kau teman Baldwin. Aku dan Baldwin mengikuti ekskul yang sama yaitu basket," ucapnya menjelaskan.
"Oh iya, kak. Nama kakak?" tanya Athalla.
"Haha kau benar, aku berbicara panjang lebar. Tapi, lupa memberitahu namaku.
Aku Chadfael Jericho Pradipta, kelas 12-1. Biasa dipanggil Chadfael. Dan kamu?"
Chadfael mengulurkan tangannya, Athalla pun menyambutnya dengan senang hati.
"Aku Athalla Putri, kelas 10-3."
Beberapa cewek mendekati Chadfael.
"Kak, Chadfael. Boleh minta tolong? Bantu aku mengambil buku, raknya agak tinggi dan aku tidak sampai," ucap cewek itu.
"Baiklah, dimana?" tanya Chadfael.
"Disana," tunjuk cewek itu, sedikit jauh dari tempat mereka.
Chadfael pun menuju tempat yang ditunjuk cewek itu.
Setelah Chadfael menjauh.
1 detik....
2 detik....
3 detik....
Athalla ingin berteriak, dia berusaha menahan suaranya. Dia bahagia sekali, dia menari-nari saking bahagianya. Tiba-tiba seseorang menepuk pundaknya. Athalla kaget setengah mati, mampus, kalau ditangkap penjaga perpustakaan dia bakal di hukum karena membuat keributan.
Athalla berbalik ke arah orang tersebut, dia menutup matanya, dengan menangkupkan tangannya.
"Ma'af pak, aku tidak sengaja. Refleks doang pak."
Pria tersebut tertawa. Athalla membuka matanya.
"Kak Lintang, ku pikir penjaga perpustakaan."
"Ma'af mengagetkanmu, habisnya kau lucu sekali menari-nari seperti tadi. Tapi, aku harus menghentikanmu sebelum yang lain melihat."
"Eh? Terima kasih kak," Athalla malu, pipinya memerah.
Lintang terdiam beberapa saat menatap wajah Athalla.
Sadar Lintang menatap ke arahnya, dia segera menutup wajahnya dengan buku.
"Eh? Kau sudah menemukan bukunya?" tanya Lintang.
"Iya sudah kak," jawab Athalla.
"Aku menemukan buku ini, mungkin ini bisa menjadi tambahan," ucap Lintang menyerahkan sebuah buku.
"Iya, terima kasih banyak kak."
Lintang tersenyum.
"By the way, aku boleh tahu kenapa kamu bisa menari seperti tadi? Ada apa?" tanya Lintang.
"Aku? Ah, enggak. Reaksi alamiah saja, aku terlalu bahagia karena sudah mendapat buku ini," ucap Athalla nyengir.
"Benarkah? Jika kau bahagia, kau akan menari seperti itu?" goda Lintang.
"Eh, i-iya."
Lintang tersenyum lagi, Athalla sungguh menarik pikirnya.
"Setelah ini kamu sibuk gak?" tanya pria itu.
"Iya, aku akan segera pulang dan mengerjakan tugas di rumah," jawab Athalla.
"Oh, aku antar boleh?" tanya Lintang.
"Eh, gak usah kak. Nanti aku dijemput Mama," sahut Athalla cepat.
"Oh, baiklah. Kalau besok, kamu ada acara gak sepulang sekolah?"
Lintang terus menanyai Athalla, dia merasa tak nyaman. Baldwin menghampiri mereka. Athalla merasa terselamatkan.
"Thal, lama banget. Sudah ketemu, belum?" gerutu Baldwin.
"Sudah, nih dibantuin kak Lintang juga," ucapnya sambil memperlihatkan buku-bukunya.
"Oh, pantesan lama. Ternyata sama kak Lintang ya?" ucap Baldwin dengan nada menggodanya.
"Apaan sih Win, ayo kita balik ke tempat duduk," desak Athalla.
Mereka pun mulai membuka buku dan mengerjakan tugas. Athalla baru percaya, setelah melihat sendiri kemampuan Lintang. Dia memberikan penjelasan secara ringkas namun tepat dan mudah dipahami.
Tak terasa tugas merekapun selesai.
"Wah, gak perlu repot lagi nih menyalin tugas punya Athalla. Terima kasih ya kak Lintang," ucap Baldwin sumringah.
"Terima kasih ya kak.
Win, aku pulang duluan ya? Sudah dijemput nih.
Kak, aku duluan?" pamit Athalla.
Baldwin dan Lintang hanya mengangguk.
"Hati-hati ya, Thal!" ucap Baldwin.
Athalla hanya mengangguk dan melambaikan tangan.
Semenjak itu, Lintang terus mendekati Athalla. Tapi, entah kenapa, Lintang tak pernah bisa mengungkapkan perasaannya, selalu ada kendala.
Lintang berharap segera bisa mengatakannya sebelum semuanya terlambat.
Flashback Off ~
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Muffi
bagus
2020-09-21
1
Ita Yulfiana
jempol
2020-09-08
1
FauLia
Athalla, Arinda mampir nih
2020-09-06
1