Di kediaman Chadfael, pasca pertengkaran Chadfael dan Lintang di sekolah, Baldwin mengikuti Chadfael ke rumahnya.
"Ngapain kamu ikut ke rumahku?" tanya Chadfael ketus.
"Mau nginap dong." Baldwin nyengir.
"Ngapain nginap segala?" tanya Chadfael.
"Ya suka-suka aku lah," jawab Baldwin santai.
Chadfael menggeleng-geleng, "aku lupa kamu orang yang seenaknya."
Baldwin tertawa, Chadfael duduk di depan meja belajarnya. Baldwin tiduran di kasurnya.
Dia menengok ke arah Chadfael.
"Ngapain kamu Fael?" tanya Baldwin, dia asyik memainkan handphonenya.
"Lagi senam," jawab Chadfael ketus.
"Iya kali senam duduk di depan meja belajar?" ucap Baldwin.
"Ya kamu juga sudah tahu, aku di depan meja belajar ya lagi belajar! Kenapa bertanya lagi?" jawab Chadfael kesal.
"Dih, sensitif banget," ucap Baldwin sewot.
Chadfael hanya geleng-geleng kepala.
"Fael, aku boleh teleponan gak sama teman aku?" tanya Baldwin.
"Apa aja, asal jangan mengganggu aku disini.
Terus jangan berisik!" ancam Chadfael.
"Ya sudah, aku teleponan di balkon saja."
Chadfael menatap ke arah Baldwin yang sedang asyik teleponan. Dia sedikit mendengar pembicaraan Baldwin.
"Pasti teleponan sama cewek itu." Batinnya.
Baldwin selesai, dia masuk ke kamar Chadfael dan segera merebahkan diri di kasur.
"Teleponan sama cewek itu? Memang apa sih hubungan kamu dengannya? Bukannya kamu sudah punya Zeva?" tanya Chadfael.
"Santai dong bro, bertanyanya satu-satu dong," Baldwin menghela nafas, "dia sahabatku, Fael. Dan Zeva adalah kekasihku. Mereka dua orang yang penting di hidupku."
"Kelihatannya kamu tu perhatian banget gitu sama dia, Zeva gak marah?" tanya Chadfael.
"Gak, tuh. Cemburu memang sering sih, tapi aku dan Zeva memiliki rasa saling percaya. Bagiku itu sudah cukup.
Bukannya kita sudah sama-sama dewasa ya? Masa hal yang begitu saja, mau dipermasalahin?" ucap Baldwin.
"Wooo salut aku sama kamu Win, baru kelas 10, sudah ngomongin hubungan yang dewasa," ucap Chadfael.
"Kamu tuh, bagaimana? Gak tertarik sama cewek apa bagaimana?" tanya Baldwin.
Chadfael melempar bantal ke arah Baldwin, "sembarangan! Ada lah cewek yang aku suka, Win."
"Siapa?" tanya Baldwin.
Chadfael tertawa kecil, "teman sekelasku juga, sudah ah gak usah kepo."
"Aku penasaran, Fael," ucap Baldwin dengan nada manja.
"Lupain lah, Win. By the way, temen kamu itu suka sama Lintang ya?" tanya Chadfael.
"Kenapa bertanya? Kamu tertarik padanya?" goda Baldwin.
"Enak aja, iya kali, tertarik sama cewek tomboy yang bar-bar gitu." Chadfael bergidik.
"Jangan sembarangan ngomong, kamu belum kenal benar dengan dia.
Sebenarnya bukan dia yang suka kak Lintang, tapi sebaliknya." Baldwin mengubah posisinya, dia duduk bersandar.
"Hah? Serius? Duh si Lintang, seleranya." Chadfael berdecak, "tapi, cocok sih. Lintang juga jutek gitu orangnya," sambungnya.
"Please, Fael. Don't judge book by the cover!
Lagian sudut pandangmu terhadap keduanya itu salah besar! Karena kamu gak kenal mereka dengan baik," ucap Baldwin tegas.
"Sudah ah, kau malah belain mereka berdua dibanding aku. Kan yang keluarga kamu itu aku." Chadfael kembali menatap bukunya dan mulai mengerjakan tugasnya lagi.
"Habisnya, gak mau dengerin aku sih.
Ciye ngakuin diri sebagai keluarga nih?" goda Baldwin.
Chadfael memang enggak pernah menang kalau melawan Baldwin adu mulut dengannya.
Akhirnya Chadfael melempar bantal lagi yang ada di sofa ke arah Baldwin, dia kesal. Baldwin hanya tertawa.
"Jangan tidur di kamarku!
Tidur di luar saja kamu sana, Win!" ucap Chadfael jutek.
"Jahat kamu Fael," Baldwin memasang wajah memelasnya.
"Siapa suruh gangguin aku?" ucap Chadfael.
"Kamu ngambek, Fael?" Baldwin masih menggodanya.
"Bisa diam gak sih? Atau kamu benar-benar aku suruh tidur di luar?" ancam Chadfael.
Baldwin tertawa merasa menang.
"Ok, ma'af deh. Gak lagi.
Aku mau tidur duluan deh. Besok harus bangun pagi, mau berganti seragam." Pria itu merebahkan dirinya dan menarik selimut.
"Siapa suruh nginap gak bawa apa-apa?" ucap Chadfael.
"Ya, habisnya lihat kamu tadi marah banget. Aku khawatir saja kamu ngamuk di rumah," jawab Baldwin.
"Kau kira aku bocah?" ucap Chadfael.
"Iya, bocah tua," sahut Baldwin.
"Masih gak mau diam?" ancam Chadfael.
Baldwin berposisi menarik jarinya di mulut seolah-olah sedang menutup retsleting di mulutnya.
"Ok, aku mau tidur duluan. Bye," Baldwin menarik selimutnya sampai ke lehernya.
"Eh, tunggu. Mending kamu mandi, bersihkan dirimu. Aku gak mau tidur bersama kuman-kuman," Chadfael menarik selimut yang menutupi Baldwin dan menarik Baldwin agar segera bangun dari tempatnya.
Baldwin dengan ogah-ogahan terpaksa bangun, meski kantuk telah menyerang. Dia mendecih, "nyebelin kamu, Fael."
Meskipun begitu, dia tetap menurut karena memang sejak mereka sampai di rumah Chadfael. Baldwin gak langsung mandi.
Selesai mandi Baldwin segera tidur. Sementara itu Chadfael masih di depan meja belajarnya, waktu sudah menunjukkan pukul 23.50 wib.
Dia menelepon seseorang.
"Halo, Ran? Kamu belum tidur?" ucap Chadfael.
"Belum, ada apa?" tanya seseorang di telepon.
"Aku sedang mengerjakan tugas fisika, ada soal yang belum ku mengerti. Apa kau sudah selesai? Jika sudah aku ingin bertanya padamu." Chadfael menggaruk tengkuknya.
"Sudah, nomor berapa kamu yang tidak mengerti?" ucap seseorang tersebut.
"Nomor 30, itu memakai rumus yang mana ya?" tanya Chadfael.
" .... "
Mereka teleponan kira-kira hampir setengah jam, Baldwin hanya sempat mendengar kalimat awal Chadfael. Setelah itu dia tertidur.
Baldwin merasa harus mencari tahu seseorang yang ada nama panggilan 'Ran', di kelas Chadfael. Baldwin yakin, dia adalah wanita yang sedang dikejar Chadfael.
🌸🌸🌸
Keesokan paginya, masih di kediaman Chadfael.
"Fael, aku rasa kita perlu ketemu Athalla dan kak Lintang," ucap Baldwin.
"Ngapain? Mau ngelanjutin pertengkaran?" tanya Chadfael.
"Heh! Bukan gitu, aku pengen kalian damai aja," ucap Baldwin.
"Gak sudi!" ucap Chadfael dengan nada keras.
Baldwin berdecak. "Fael, aku tu gak mau kamu punya musuh di sekolah."
"Gak apa-apa, dia bukan orang penting juga bagi aku. Paling juga nanti aku lupa," sahut Chadfael santai.
Baldwin hanya geleng-geleng kepala menghadapi sikap Chadfael yang sulit diberitahu.
"Sudah cepat sana berangkat, nanti kamu telat." Perintah Chadfael.
"Iya, iya."
Di sekolah, Athalla berpapasan dengan Chadfael, dia ingin menyapa. Namun dia urungkan, melihat ekspresi Chadfael yang sama sekali gak bersahabat.
Baldwin baru sampai di sekolah dan menarik tangan Athalla. Dia kaget, karena Athalla masih terpaku di tempatnya sejak Chadfael lewat di depannya.
"Pagi-pagi sudah melamun saja neng?
Ke kantin yuk!" ajak Baldwin.
"Bagaimana tidur kamu malam tadi nyenyak?" tanya Athalla.
"Loh kok bertanya sama aku? Aku jelaslah tidur nyenyak, seharusnya itu pertanyaan aku ke kamu. Bagaimana tidurmu tadi malam? Kamu bisa tidur kan?" Baldwin menghela nafas.
"Iya, Win. Berkat kamu. Aku bisa tidur." Gadis itu tersenyum.
"Tapi, ku lihat matamu sedikit berkantung. Serius kamu bisa tidur tadi malam?" tanya Baldwin memastikan.
Athalla mengangguk, "iya, serius bisa. Cuma agak larut saja tidurnya."
"Jam berapa?" tanya Baldwin.
"2 pagi," jawab Athalla santai.
"What? Ngapain aja kamu?" Baldwin menampilkan ekspresi kagetnya.
"Lari-lari mengelilingi komplek!" ucap Athalla dengan nada serius.
"Hah?!" pekik Baldwin.
Athalla tertawa, "gak usah gitu juga ekspresinya kali ah. Aku bercanda, Win. Kamu kan tahu aku suka baca, jadi aku baca novel sampai merasa ngantuk."
"Hih, kirain beneran," ucap Baldwin bernafas lega, "tapi, aku gak tahu Chadfael tadi malam tidur jam berapa," sambungnya pelan.
"Hah? Tadi kamu bilang siapa?" tanya Athalla.
"Ah gak kok, kamu salah dengar. Kita sarapan saja dulu yuk," Baldwin segera mengalihkan topik.
Zeva mendatangi meja mereka, Lintang melihat dari kejauhan pun segera mendatangi meja mereka.
Athalla kaget melihat Lintang, dia ingin segera menghindar. Tapi, dicegah Lintang.
"Eh, Win. Aku mau ke kelas duluan ya?" Athalla berdiri.
"Gak boleh, duduk disini habiskan dulu makananmu," ucap Baldwin tegas.
"Tapi, Win..," ucap Athalla gelisah.
"Thal, Are you okay?
Aku khawatir tadi malam, kamu gak angkat telepon aku," Lintang memegang tangan Athalla.
Baldwin menarik Athalla agar kembali duduk.
"Aku baik-baik saja kak, aku agak sibuk malam tadi. Jadi, gak sempat buka handphone. Terus aku ketiduran," Athalla grogi, Baldwin merasa harus membantu.
"Iya kak, kami mempunyai tugas banyak banget. Padahal dikumpulinnya minggu depan, tapi karena Athalla rajin, dia kerjain semua tadi malam," Baldwin menambahkan, agar meyakinkan.
"Loh, kemarin kan sudah dikerjain di perpustakaan?" tanya Lintang.
"Iya, selesai satu mata pelajaran. Sisanya masih ada, kak," Athalla berusaha senatural mungkin.
"Oh, ini aku belikan jus. Minum ya?
Aku mencari kamu, cuma buat mastiin kamu baik-baik saja. Kalau begitu, aku pergi ke kelas duluan." Lintang meraih tangan Athalla agar menerima jus pemberiannya.
Setelah Lintang menjauh, Baldwin minta penjelasan.
"Iya, Win. Iya, aku paham," ucap Athalla.
Zeva yang sedari tadi hanya sebagai penonton masih belum mengerti.
"Ze, nanti aku jelasin ke kamu ya? Sekarang kita masuk kelas masing-masing," Baldwin paham dengan kekasihnya yang sedang bingung, akhirnya Zeva hanya tersenyum dan mengangguk.
Kelas 10-3, para siswa sudah duduk di tempat masing-masing namun masih ada beberapa yang masih berdiri untuk menyelesaikan tugas piketnya. Baldwin dan Athalla sudah duduk di tempatnya.
"Jadi, gimana ceritanya Thal?
Oh, aku paham. Pantas kamu menonaktifkan WhatsApp. Untung aku punya banyak pulsa menelepon kamu."
"Iya, sejak pulang dari sekolah, sudah aku nonaktifkan. Dia terus menelepon juga di telepon biasa.
Tapi, gak aku angkat. Terus karena aku kesal, aku blokir sementara nomornya," ucap Athalla, dia sedikit merasa bersalah karena mengabaikan Lintang seperti itu.
"Wah gila sih, sampai blokir nomor," ucap Baldwin kaget.
"Tapi, pagi tadi sudah ku buka kok blokirannya," ucap Athalla.
"Segitunya? Kamu marah sama kak Lintang?" tanya Baldwin.
Athalla mengangkat bahunya, "aku gak tahu, Win."
"Kenapa kamu marah sama dia coba? Dia kan kemarin itu bertengkar karena ingin membela kamu," ucap Baldwin menggeleng.
"Iya, aku tahu. Sebenarnya aku marah ke diri aku sendiri." Gadis itu meremas roknya.
"Sudah dong, Thal. Kan aku sudah bilang, berhenti mikirin masalah kemarin," ucap Baldwin.
Athalla menghela nafas, "aku mau minta ma'af ke kak Chadfael, Win. Tapi, aku gak tahu bagaimana caranya?"
"Itu nanti dulu ya.
Aku gak mau kamu bermasalah dengan kak Lintang juga. Sebaiknya kamu perbaiki dulu hubungan kamu dengan kak Lintang," ucap Baldwin.
Baldwin melanjutkan, "Aku tu merasa kamu jelas banget menghindari kak Lintang. Aku gak mau, kak Lintang jadi merasa gak nyaman juga dan menjauhi kamu. Bagaimanapun juga, kak Lintang gak salah apa-apa."
Athalla mengangguk, "iya, Win. Aku siapin diri dulu deh."
"Sebenarnya, perasaan kamu ke kak Lintang gimana sih?" tanya Baldwin dengan nada serius.
Bel tanda masuk telah berbunyi, guru telah memasuki kelas 10-3. Pembicaraan merekapun terhenti.
🌻🌻🌻
Tentang Chadfael, sang idola sekolah.
Chadfael Jericho Pradipta, senior populer nomor 1, kaya, tampan, pintar, disukai banyak wanita, mengikuti kegiatan ekstrakurikuler Basket.
Pujaan hati para wanita, terkadang bersikap ramah, terkadang bersikap dingin. Tergantung mood dan situasi, sulit ditebak. Tapi, yang pasti tetap menjadi siswa populer.
Chadfael mempunyai banyak mantan kekasih di sekolah, tentunya dia memilih wanita yang cantik dan juga populer. Namun, saat kelas 12, dia berhenti menjadi playboy. Dia sedang menyukai salah satu temannya di kelas dan sedang dalam masa pendekatan.
Dia juga mampu membawa tim basket sekolah ke Kejuaraan Nasional dan pulang membawa Piala sebagai Juara 1.
Ayahnya bernama Chandra Ankaa Pradipta dan Ibunya bernama Kartika Bennett.
Dia sebagai anak kedua dari dua bersaudara, kakaknya perempuan, bernama Caroline Elara Pradipta, dia sudah menikah dan tinggal di luar negeri bersama suaminya, tepatnya di Korea Selatan.
Chadfael memiliki banyak sepupu, namun yang paling dekat cuma Baldwin Bennett. Ya, Ibu Chadfael adalah kakak dari Ayah Baldwin.
Baldwin tak pernah memanggil Chadfael dengan sebutan kakak, karena mereka sering bermain bersama sejak kecil. Meskipun Baldwin lebih muda. Tapi, Chadfael tidak mempermasalahkan panggilan tersebut.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 41 Episodes
Comments
Sepi Ramadhani
Semangat, kakak
Ceritanya bagus, ditunggu kelanjutan ceritanya😙😘😗
Jangan lupa mampir baliknya di DEWA BELADIRI dan karyaku yang lainnya
2020-09-18
1
Ita Yulfiana
next
2020-09-08
1
Mei Shin Manalu
Siang Author... Aku lanjutt mmpir ke novel ini ❤️🤗
2020-09-06
1