Makhluk Terkutuk

"Ada apa Ayuni?" Sambil terisak menahan tangis Ayuni pun menjelaskan

"Entahlah Ayah..tiba-tiba saja Senjaya limbung dan mau pingsan.." Ayuni berkata sambil memangku Senjaya

"Sudahlah Ayuni. Biar Aku papah Senjaya ke kamarnya. Kau panggil ibunya.." Ayuni pun bergegas ke dapur setelah Senjaya dipapah Ayahnya.

"Ibu..ibu Senjaya Bu.." Ayuni menangis tersedu-sedu

"Kenapa kau nak. Kenapa kau menangis? Ada apa dengan Senjaya..?"

"Senjaya pingsan bu.." Mendengar itu Kinasih pun tertegun dan mulai cemas

"Ohhh..dimana ia sekarang..?"

"Dikamarnya Bu. Tadi Ayah memapahnya.."

"Baik. Marilah kita kesana.." Mereka pun meninggalkan dapur. Sesampai nya dikamar. Kinasih langsung mendekati Senjaya. Ia cemas melihat wajah senjaya yang pucat.

"Kau kenapa Senjaya?. Apa kau kelelahan Nak..?"

"Tidak Bu. Aku tidak apa-apa. Ibu tak usah khawatir. Sebentar lagi aku pulih.." Lalu Senjaya menoleh ke Ki Demang.

"Ki Demang.." Senjaya berusaha mengumpulkan Kekuatannya

"Ya Senjaya.."

"Tadi aku seperti mendapatkan penglihatan.."

"Penglihatan apa itu senjaya..?"

"Dari penglihatan itu. Aku punya firasat bahwa nanti malam akan terjadi sesuatu. Kita harus bersiap-siap.." Mereka yang ada dikamar itu menegang.

Walau ragu Ki Demang memang memperhitungkan bila saat itu akan tiba juga. Maka setelah mendengar keterangan senjaya akhirnya Ki Demang mengamininya.

"Baiklah Senjaya. Aku percaya ucapanmu. Aku akan menambah dan memperketat pengawalan. Kau tenang saja. Beristirahatlah.."

Lalu Ki Demang pun pergi keluar rumah. Lalu memanggil beberapa warganya yang berbadan kuat untuk dijadikan pengawal kademangan sementara. Beberapa orang laki-laki bersedia melakukannya. Apalagi mereka tahu kalau Ki Demang adalah orang yang baik kepada warganya.

Sementara dikamar itu Ayuni yang masih cemas dengan keadaan Senjaya pun mendekatinya. Lalu ia meraih tangannya.

Sambil terisak ia berkata.

"Kakang cepatlah pulih. Aku Khawatir.." Kinasih yang melihat ini jadi pangling. Ia pun melepaskan pegangan itu. Dan berbicara dengan lemah lembut.

"Ayuni...ibu mengerti perasaanmu. Tapi tak baik kau melakukan hal ini nak. Kau dan Senjaya belum ada hubungan apa-apa.."

"Maaf Bu. Aku hanya khawatir dengan keadaan Senjaya.." Lalu Senjaya menyahut.

"Dengarkanlah ibuku Ayuni. Ibu bermaksud baik pada kita.."

"Baik kakang. Aku hanya tak tega melihat dirimu.." Ayuni masih saja terisak.

"Tapi Bu. Aku ingin mengatakan sesuatu. Aku dan Ayuni sudah saling mencintai bu". Kinasih terkejut mendengarnya. Lalu menoleh ke Ayuni.

"Benarkah itu Ayuni..?" Ia pun mengangguk. Lalu Kinasih memeluk dirinya. Hal ini membuat Ayuni makin terisak. Tapi kali ini tangis itu tangis bahagia.

"Ohhh Ibu bahagia mendengarnya. Aku takut Senjaya yang pendiam ini akan susah mendapatkan jodoh.."

"Dan satu hal lagi Bu. Aku sudah berjanji kepada Ayuni bahwa aku akan menikahinya tahun ini. Setelah aku menimba ilmu kepada Ayah. Ya bu. Aku akan berlatih beladiri dahulu.." Kinasih pun makin memeluk erat Ayuni.

"Syukurlah Senjaya. Aku merestui hubungan kalian. Juga aku bersyukur denganmu senjaya. Akhirnya kau mau juga berlatih. Tapi bagaimana dengan Ayahmu Ayuni..?"

Lalu Ayuni pun menjawab.

"Suatu saat aku dan Senjaya akan berbicara langsung ke Ayah. Tapi untuk sementara biarlah ini jadi rahasia kita bertiga dulu Bu. Setidaknya sampai Senjaya selesai berlatih dengan Ayahnya.."

Mendengar itu Kinasih pun menyetujui rencana mereka

"Baiklah ibu percaya dengan kalian berdua. Dan kalian juga sebaiknya menjaga kepercayaan ibu ini. Kalian dengar..?" Ayuni dan senjaya menjawab bersamaan.

"Baik Bu."

Lalu malam pun tiba. Ki Demang dan para pengawal memperketat penjagaan. Sementara didalam, penghuninya menunggu dalam keadaan cemas. Senjaya telah pulih kembali seperti sedia kala. Tetapi ibunya dan ayuni masih menemani senjaya. Mereka berada di tempat tidur. Sementara senjaya menggelar tikar dibawah. Ki Demang memang memerintahkan agar mereka bertiga tetap bersama dan tak terpisah. Mengingat firasat Senjaya yang dipercayai olehnya.

Malam pun makin larut. Warga kademangan sudah terlelap di rumah mereka masing-masing. Didepan gerbang rumah Ki demang. para pengawal yang berjumlah enam orang tampak bersiaga. Tiba-tiba dari kejauhan para pengawal itu melihat dua orang memakai penutup wajah berjalan cepat ke arah mereka. Para pengawal itu pun curiga dan mempersiapkan diri. Kedua orang yang dicurigai itu pun sampai di depan gerbang. Salah seorang pengawal menahan mereka.

"Mau kemana kau Kisanak? Mengapa kalian memakai penutup wajah..?"

"Aku ingin bertemu Ki Demang. Panggil ia keluar..' Tapi pengawal itu menjawab

"Tidak bisa Kisanak, Ki Demang sudah tidur. Bukalah penutup wajahmu atau Lebih baik kau pergi dan kembali lain kali.." Orang itu pun tertawa.

"Hahaha. Kau pengawal bodoh. Kau tak tahu berhadapan dengan siapa. Cepat panggil Ki Demang atau nyawamu tak selamat.."

Mendapat ancaman itu para pengawal yang berjumlah enam orang heran kepada kedua orang itu. Berani sekali mereka mengancam. Padahal mereka cuma berdua.

"Kau yang bodoh Kisanak. Kau berani mengancam kami yang berjumlah enam orang..?" Orang itu kembali tertawa.

"Hahaha. Jadi kau tak percaya hah? Baiklah sebentar lagi kalian berenam akan mati. Kau dengar itu..?"

Mendengar hal itu para pengawal langsung memasang kuda-kuda dan mengelilingi kedua orang itu.

"Bagus...kalian memang ingin cepat mati.."

Maka kedua orang itu langsung menyerang berputar-putar dengan cepat sekali. Para pengawal yang terkejut dengan gerakan yang cepat itu tak sempat melawan. Tiba-tiba senjata mereka telah terlempar ke segala arah.

"Hahaha kalian memang pengawal yang bodoh. Sudah ku bilang kalian akan mati malam ini.."

Para pengawal itu pun bersurut ke belakang. Hati mereka menjadi kecut. Ternyata mereka bukan orang sembarangan. Tapi mereka tak mau mengecewakan Ki Demang. Hingga mereka pun kembali menyerang.

"Seraaaang..!!!" Perkelahian pun kembali berlanjut. Dengan cepat kedua orang itu berputar kembali ke segala arah. Para pengawal itu tak bisa menyentuh sama sekali. Kedua orang itu begitu cepat menghindar dan menyerang. Hingga dalam waktu singkat, empat orang telah terkapar bersimbah darah. Lalu diam tak bernafas lagi. Mendengar ribut-ribut itu Ki Dmang yang sedari tadi mengawasi dari dalam menjadi cemas. Lalu ia pun memutuskan untuk keluar.

Terpopuler

Comments

Teteh Lia

Teteh Lia

kalau sudah cinta, apapun pasti khawatir sama yang di cinta.

2024-05-22

2

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
118 Menuju tanah pasundan bag 46
119 Menuju tanah pasundan bag 47
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45
118
Menuju tanah pasundan bag 46
119
Menuju tanah pasundan bag 47

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!