Lahirnya Sang Pendekar Bag 4

Lalu dikala ajal menanti. Lamat-lamat ia mendengar suara ibunya. "Senjaya bangun nak. Bangun. Hey kau kenapa nak? Bangun.." Lalu Senjaya pun membuka matanya. Peluh keringat membanjiri tubuhnya. Sadarlah la baru saja bermimpi buruk.

"Kenapa kau nak? Kau berteriak dalam tidurmu, membuat Ibu jadi ketakutan."

"Maaf Bu, aku bermimpi buruk.."

"Mimpi apa kau Senjaya..? Namun Senjaya malu menceritakan nya. Hingga ia pun berdusta

"Ah hanya mimpi jatuh ke jurang Bu.."

"Ada-ada saja kau ini. Bangunlah. Hari sudah pagi. Ayahmu sebentar lagi berangkat. Buat lah minuman untuk Ayahmu, Ibu sedang memasak.."

"Baik Bu.."

Senjaya pun bangun untuk membantu Ibunya. Pagi itu Ki Darmala akan meninggalkan keluarganya kembali. Kali ini untuk waktu yang cukup lama. Sebagai Istri Kinasih sebenarnya agak cemas dengan kepergian Suaminya itu. Tak pernah ia ditinggal untuk waktu yang lama. Tapi Kinasih sudah pasrah. Ia tau pekerjaannya yang penuh dengan resiko. Terkadang ia pulang dengan penuh luka di tubuhnya. Kadang harus berjuang melawan racun yang terbenam di tubuhnya. Entah karena serangan senjata beracun atau binatang berbisa. Itu semua sudah dipahami oleh Kinasih. Ia hanya bisa mendoakan suaminya agar ia selamat sampai pulang nanti. Tapi entah hari itu ia agak sedikit cemas dengan kepergian dirinya.

"Kakang.. entah mengapa pagi ini hatiku cemas dengan kepergianmu. Apa tak bisa di tunda saja Kang? besok saja perginya.." Ki Darmala pun memandangi wajah Istrinya yang kemayu itu. Seakan-akan heran dengan pertanyaan itu.

"Ah..tak biasanya kau Nyai. Cemas kenapa?. Kan aku sudah biasa seperti ini. Atau mungkin karena kali ini aku pergi untuk waktu yang lama..?"

"Mungkin Kang. Entahlah mungkin perasaanku saja. Tapi ku harap seperti hari-hari yang lalu, kakang bisa menjaga diri dan pulang dengan utuh". Ki Darmala pun makin heran. Lalu ia pun tersenyum

"Haha. Utuh apanya Kinasih? Utuh hatiku begitu? Apa kau takut aku kecantol janda-janda di kademangan yang jauh itu?. Ah kau terlalu cemas Kinasih. Percayalah hatiku ini bulat-bulat hanya untukmu.." Ki Darmala pun memeluk Istrinya dan mencium keningnya.

"Sudahlah Kinasih, tak biasanya kau seperti ini. Percayalah pada Kakangmu ini. Pulang nanti aku akan membawa hati yang utuh.." Kinasih pun tersenyum manja.

"Janji ya Kang? Jangan kau obral hatimu itu.."

"Janji sayang. Tak ada lagi wanita selain engkau dihatiku.."

Ki Darmala pun pamit kepada istri dan anaknya. Berat juga hatinya melihat istri dan anaknya yang akan ditinggal untuk beberapa lama. Sebelum pergi ia amati lagi pedang dipinggang yang selalu menemaninya kemana saja. Pedang sakti yang selalu menyelamatkan dirinya dari marabahaya.

"Kita akan bertugas kembali Jagabodas. Mudah-mudah an aku tak perlu mengeluarkanmu dari sarung kali ini.." Dengan kudanya, Ki Darmala melaju menuju kademangan. Dilihatnya lagi sawahnya yang akan panen. Tebing yang curam seakan mengelilingi desa sendang galuh. Lalu bunga-bunga yang bermekaran di padang ilalang, memperindah suasana desa itu.

Sesampainya di kademangan tampak Ki Demang Chandra bercakap ria dengan Warok Jangkrik dan juga keponakannya. Diluar halaman 5 murid Warok sudah bersiap-siap disamping pedati yang berisi harta benda. Ki Demang menyambut Ki Darmala lalu berbicara sebentar tentang biaya perjalanan. Dan Ki Demang memberi beberapa kantung keping perak untuk biaya perjalanan itu.

Mereka pun bergerak meninggalkan kademangan. Mereka akan menyusuri hutan bedari yang liar dan lebat. Lalu melewati kali wetan yang besar. Lanjut terus melewati beberapa kademangan dan padukuhan. Sebuah perjalanan yang jauh menanti mereka. Didepan, Ki Darma dan Warok jangkrik dengan gagahnya berkuda, lalu pedati yang ditunggangi keponakan Ki Demang bersama barang bawaannya. Pedati itu dikelilingi oleh anak buah Warok Jangkrik yang berjalan kaki. Iring-iringan itu melaju santai.

Sementara itu di petak sawah Ki Darmala. Tampak Senjaya sibuk mengairi sawah. Lalu mencabuti rumput benalu agar tak mengganggu tanaman padi. Disela kesibukan nya ia teringat kembali mimpinya yang aneh. Tapi terasa begitu nyata. Bulu kuduknya meremang kembali ketika ingat cengkraman kelabang raksasa itu. Begitu menyakitkan.

"Huh.. untung hanya mimpi. Aku tak percaya ada kelabang sebesar itu.." Senjaya bergumam. Selagi ia sibuk dan bercengkrama dengan lamunannya. Tiba-tiba di pinggir petak itu ada seorang wanita memanggilnya.

"Hai Senjaya..apa kau tak lelah..?" Suaranya merdu sekali di telinga senjaya bagai burung pelantun yang berkicau dipepohonan. Belum pernah ia seumur-umur mendengar seorang wanita memanggilnya kecuali ibunya. Karena memang Senjaya tak pernah punya teman wanita. Kali itu dia terkejut bukan hanya karena suaranya, tapi karena ia juga mengenal namanya. Dikala Senjaya memalingkan wajahnya, terpukau pula ia dengan kecantikan gadis itu.

"Luar biasa..bidadari manakah yang mau memanggil nama ku ini..?" Senjaya terpana dalam hatinya. Ia pun terlena hingga diam tak mengucapkan apa-apa.

"Hai..kenapa kau diam saja?. Namamu Senjaya kan..?"

"Oh oh..ya ya bet betul namaku Senjaya". Senjaya menjawab dengan gugupnya. Lalu ia melanjutkan kata-katanya

"Tapi..dari mana engkau tau namaku?".

"Oh..Kau kenal Ki Chandra? Demang bantar mulya..?"

"Ya aku kenal. Karena ia sering berkunjung ke rumah.." Senjaya menjawab.

"Akulah anaknya yang terakhir. Kau pasti tak pernah melihatku. Karena aku biasa tinggal dengan Nenekku. Sekarang aku kembali kerumah ayahku. Karena 2 orang anaknya yang lain sudah pisah rumah dengan keluarganya masing-masing. Karena ayah tinggal sendiri. Jadi aku tak tega dan memutuskan untuk membantu ayah disini.."

"Oh ya pantas saja. Aku tak pernah melhatmu. Kalau anak Ki Demang yang lain aku kenal. Ya memang benar mereka semua telah menikah.." Senjaya menjawab.

"Begitulah Senjaya. Aku pernah melihatmu sewaktu kau dengan ayahmu datang ke kademangan. Aku ada didalam. Ayahku lah yang memberitahu tentang kau. Hey apa kau mau minum? Apa kau lapar Senjaya?. Marilah ini aku masih ada sisa nasi dan lauk pauk. Para pekerja Ayah disawah tak menghabiskannya.."

Sudah tentu Senjaya makin melambung hatinya. Ia berpikir apakah ini karena mimpinya yang tadi malam?. "Apa ia mimpi itu kadang artinya terbalik..?" Senjaya bergumam dalam hati.

"Kau diam lagi Senjaya. Apa kau tak mau hah?. Baiklah kalau tak mau". Senjaya pun tersadar dari lamunan nya. Tak mau ia mengecewakan Bidadari itu.

"Tunggu. Jangan pergi. A a ku hanya heran. Belum pernah aku berbicara dengan wanita sebelumnya. Kecuali Ibuku sendiri.." Gadis itu pun tersenyum manis.

"Hai kenapa kau tersenyum? Oh ya siapa namamu..?"

"Kau aneh Senjaya. Masa ia kau tak punya teman wanita satu pun..?" Senjaya juga heran dengan kejujuran dirinya

"Aku serius. Aku tak berbohong. Jujur baru kali ini aku berbicara dengan gadis. Kau belum menyebutkan namamu..?" Gadis itu pun mendelik dan duduk tak jauh dari senjaya

"Oh ya namaku Ayuni. Kau lapar tak? Marilah kita makan. Akupun sudah lapar. Ayo tak usah malu lah. Dari pada makanan ini nanti terbuang.." Senjaya pun canggung jadinya.

"Ohh nama yang cantik. Seperti orang nya". Entah setan mana yang melancarkan bicaranya itu. Tiba-tiba saja keluar dari mulutnya tanpa sengaja. Ayuni pun tersipu malu.

"Ah ternyata kau pintar merayu Senjaya.."

"Oh maaf ayuni. Tiba-tiba saja keluar perkataan itu. Tapi aku tak merayu. Karena Itulah yang kulihat kenyataan nya.." Ayuni pun makin tersipu malu

"Terima kasih Senjaya. Oh ya. Aku melihat Ayahmu tadi pagi pergi mengawal kepulangan Pamanku ke jati gandar.."

"Begitulah pekerjaan Ayahku Ayuni. Kali ini untuk waktu yang lama pula. Pekerjaan yang penuh dengan resiko.."

"Kenapa kau tak ikut dengannya senjaya..?"

"Aku harus menggantikan ayahku untuk mengurus petak-petak sawah ini. Lagi pula aku juga harus menjaga Ibuku. Aku anak satu-satunya Ki Darmala.."

"Aku dengar tentang Ayahmu. Ia seorang yang ditakuti para perampok. Pasti ilmunya tinggi. Apa kau pandai beladiri juga Senjaya..?" Senjaya pun berdesir hatinya dikala mendengar pertanyaan itu.

"Ohh..aku tak berminat Ayuni. Biarlah aku menjadi petani saja. Aku tak suka berkelahi.." Sebetulnya agak kecewa Ayuni dengan jawaban itu.

"Hmm Senjaya. Aku pun tak suka melihat orang berkelahi. Tapi suatu saat kalau aku nanti menikah. Pastilah aku menginginkan suami yang bisa mempertahankan martabat keluarganya. Yang sudah tentu ia harus pandai beladiri. Bukan kah wajar bila seorang wanita mendambakan suaminya bisa mengalahkan orang-orang yang mengganggu istrinya?". Hati Senjaya pun berdesir kembali.

"Entahlah Ayuni. Mungkin sekarang aku tak memerlukan nya. Tapi kedepan mungkin saja aku berubah pikiran.."

Terpopuler

Comments

Wan Trado

Wan Trado

tidak baik memberi tapi mengatakan daripada nanti terbuang.. karena bermakna makanan sisa dan terkesan merendahkan juga..

2024-12-12

0

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

meskipun belum memikirkan istri. dia kan jaga ibunya, trus kalo terjadi sesuatu dia mau lawan pakai cangkul?

belum nyerang dia mental duluan🤭✌️

2024-08-05

1

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

malamnya langsung olga/Tongue/

2024-08-05

0

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
118 Menuju tanah pasundan bag 46
119 Menuju tanah pasundan bag 47
Episodes

Updated 119 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45
118
Menuju tanah pasundan bag 46
119
Menuju tanah pasundan bag 47

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!