"Kau ini aneh Senjaya. Dimana-mana. Bila ayahnya seorang pendekar sakti, pastilah anaknya mengikuti jalan ayahnya. Seperti buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Seharusnya kau pun begitu Senjaya.." Saking asyiknya berbicara hingga mereka pun tak sadar sisa makanan yang dibawa telah habis. Dan tiba-tiba saja dari jauh seorang lelaki yang tegap dan tinggi menghampiri mereka.
"Hai Ayuni. Kenapa kau berlama-lama disini? Siapa pria itu..?" Ayuni mengenal pria itu. Tapi ia tak suka dengan nada bicaranya yang agak membentak.
"Kakang Randu, tak usah lah kau mengagetkan kami.."
"Bukan begitu Ayuni. Kau tak boleh sembarangan berbicara dengan pria asing. Kalau ayahmu tau bisa dimarahi kau. Lagi pula ayahmu mencarimu. Sebaiknya kau pulang.." Senjaya menatap heran pria itu. Tapi ia diam saja tak berbicara apa-apa.
"Siapa bilang pria ini asing? Aku mengenalnya. Dan ayah pun mengenalnya. Kau jangan sembarangan berbicara Kang Randu.." Randu pun melihat sinis ke arah Senjaya.
"Siapa kau anak muda? Tak sopan kau berbicara dengan anak gadis Demang Chandra.." Senjaya tersentak kaget.
"Oh aku Senjaya, anak Ki Darmala. Apa kau mengenalnya..?"
"Ya aku mengenalnya. Jadi kau lah anak Ki Darmala yang lemah dan tak bisa silat itu..?" Ayuni tak suka dengan pertanyaan itu.
"Kang Randu. Bisakah kau bertanya dengan baik? Tanpa menyakiti perasaan orang..?" Mendengar jawaban ayuni. Randu heran jadinya. Kenapa ia membela pria itu.
"Baiklah Ayuni. Bila kau mengenalnya. Tapi tak patut kau berlama-lama bercengkrama dengan pria yang bukan apa-apa mu itu. Lebih baik kau cepat pulang. Ayahmu menunggu.." Randu pun membalikkan badannya dan bergegas pergi. Ayuni yang melihat Senjaya menatap keheranan, menjelaskan tentang orang itu.
"Tak usah kau pikirkan Senjaya. Orang itu memang angkuh. Ia seorang pengawal kademangan yang dipercaya oleh ayahku. Sikapnya aneh. Mentang-mentang ayah mempercayainya. Seenaknya saja ia mengawasi kegiatanku. Entah apa maksudnya. Padahal ayah tak pernah menyuruh dia mengawasiku tiap hari. Kadang aku tak betah dirumah. Oh ya Senjaya bolehkan kapan-kapan aku main kerumahmu..? Aku ingin mengenal ibumu.." Makin melayang lah hati Senjaya. Entah sekarang ia sudah ada dilangit yang keberapa. Senang betul ia mendengar pertanyaan itu.
"Boleh Ayuni. Tapi rumahku buruk. Nanti kau gatal-gatal pula didalam rumahku.."
"Loh ko gitu Senjaya. Aku tak pernah melihat orang dari rumahnya. Bagiku asal orang nya baik pastilah aku suka berkunjung.."
"Ya gimana Ayuni saja. Kalau dirimu mau kerumahku. Aku dan ibuku akan senang sekali.."
"Baiklah Senjaya. Aku pulang dulu. Nanti kalau aku mau kerumahmu aku beritahu lagi. Apa kau besok ada disini..?"
"Ya... Tiap hari pasti aku ada disini berkubang lumpur. Oh ya Ayuni ku ucapkan terima kasih atas makanannya.."
"Hehe, sama-sama Senjaya. Sampai ketemu besok.." Ayuni pun pergi meninggalkan senjaya. Senjaya memperhatikannya terus hingga Ayuni menghilang dari penglihatan.
"Luar biasa bidadari itu. Sepertinya malam ini aku tak akan bisa tidur.." Senjaya bergumam dalam hati. Hari pun mulai sore. Senjaya bergegas untuk pulang. Tapi entah mengapa ia ingin mandi dulu di air terjun. Sudah lama sekali ia tak kesana. Hingga ia pun berbelok ke arah air terjun yang besar itu. Jaraknya dekat dengan hutan bedari.
Di bawah air terjun itu terdapat kubangan yang besar dengan beberapa batu sebesar kerbau. Air nya jernih sekali hingga ikan pun terlihat jelas. Suara deru air terjun membahana. Dikanan kiri tumbuh pohon-pohon yang tinggi. Pemandangan yang indah.
Senjaya pun menurunkan kakinya ke dalam kubangan itu. Ia buka bajunya. Dan berenang hanya memakai celana. Tak ada siapa-siapa disitu. Hanya Senjaya seorang.
"Ah segar sekali air ini. Huhh.. badanku pun ikut segar jadinya. Hmmm...Ayuni..kenapa kau tiba-tiba mengganggu pikiranku, belum pernah aku seperti ini, jadi seperti orang mabuk jadinya..haha.." Begitu lah senjaya seperti orang yang dimabuk kepayang. Sambil berenang ia selalu memikirkan Ayuni yang cantik itu. Seperti itulah rasanya berkenalan dengan seorang gadis. Rasanya seperti terbang di pelangi yang indah. Selagi menikmati suasana sambil berenang kesana kemari, tiba-tiba Senjaya mendengar suara gemersik rumput yang menyibak dari dalam hutan. Dirinya pun menoleh ke arah suara itu. Tapi ia tak melihat apa-apa.
"Ah mungkin ada orang lewat.." Senjaya pun kembali berenang kesana kemari. Tapi suara itu terdengar kembali. Kali ini di ikuti dengan suara seperti bilah bambu yang dipukul-pukul dan suara mendesis "Trak tak tak tak. Ssssttt.." Senjaya menoleh kembali ke arah itu.
"Hay siapa itu? Keluarlah. Jangan bersembunyi. Kalau mau mandi kemarilah. Air ini segar sekali. Mumpung hari masih sore.." Senjaya memanggil arah suara itu. Tapi tak ada yang menyahut.
Tiba-tiba Senjaya tertegun bukan main. Dari dalam hutan yang gelap rumput menyibak. Keluarlah sosok bayangan yang besar dan panjang menjalar cepat ke arahnya. Sosok itu mendesis "trak tak tak tak Sssssttt.." Setelah keluar dari kegelapan hutan. Terlihat lah dengan jelas. Sisiknya yang besar hitam berkemliauan
memantulkan cahaya matahari. Ruas-ruas kakinya yang banyak menggeletak bagai suara bambu yang dipukul. Kepala yang merah itu bergoyang mengikuti irama tubuhnya. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Hati Senjaya mengecut bukan main.
"Tidak mungkin. Ohhh tidak...itu kelabang raksasa yang ada dalam mimpiku. Tidak mungkin jadi kenyataan.." Senjaya pun berenang sejadi-jadinya ke tepian. Kemelut hatinya ditekan untuk menyelamatkan dirinya dengan segera. Tapi takdir berkata lain. Kelabang itu lebih cepat menjalar memasuki kubangan dan merenggut tubuhnya dengan kakinya yang banyak. Senjaya melawan sejadi-jadinya. Ia meronta dalam air.
Tapi ayal, cengkraman itu sangat kuat. Kubangan itu bergetar hebat menyibakkan air. Lalu senjaya kehabisan nafas dan akhirnya tak sadarkan diri. Kubangan itu pun menjadi tenang kembali.
Lalu kelabang itu menyeret Senjaya ke tepian. Tubuh itu ditelungkupkan oleh kelabang itu, hingga tubuh senjaya dalam keadaan tengkurap. Kelabang pun mendesis hebat. Ia julurkan sungut nya yang hanya satu itu ke arah tengkuk Senjaya. "Clab.." Senjaya pun menggelepar sebentar lalu pingsan. Sungut itu menyisakan lubang ditengkuknya. Kelabang mendesis kembali dan menggerakkan tubuhnya. "Trak tak tak tak. Sssssst.." Lalu dari tepi sisiknya keluar se ekor kelabang hijau sebesar keris. Menjalar ke tengkuk yang berlubang itu, Lalu masuk kedalamnya. Terlihat tonjolan kelabang hijau itu menjalar didalam kulit menuju punggung Senjaya. Lalu kelabang hijau itu berhenti pas lurus di tulang belakangnya. Sejenak kelabang itu bersinar kehijauan didalam kulit. Lalu sebentar kemudian redup. Dan tonjolan kelabang hijau itu pun hilang. Seakan terbenam ditubuhnya. Lubang di tengkuknya pun sirna.
Kelabang raksasa kembali mendesis panjang. Lalu merambat kedalam kegelapan hutan, meninggalkan Senjaya yang dalam keadaan pingsan.
Malam itu bulan sabit berwarna kemerahan. Cahaya yang merah bagai darah membias di permukaan air di kubangan itu. Seakan-akan menandakan peristiwa yang barusan terjadi. Malam pun makin larut. Senjaya masih dalam posisi tengkurap pingsan. Dari kejauhan terdengar suara srigala melolong menggetarkan suasana di sekitar air terjun. Suara itulah yang membangunkan senjaya.
Perlahan-lahan ia membuka matanya. Lalu ia berusaha bangun dan duduk bersila. Ia berusaha kembali mengingat apa yang baru saja terjadi dengan dirinya. Mengapa ia ada di tempat itu hingga larut malam. Dan tersentaklah ia dikala ingatannya kembali pulih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
maknya pasti nyariin
2024-08-05
0
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
aduh geli
2024-08-05
0
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
eh kok belut sih. kelabang 😨
2024-08-05
0