Lahirnya Sang Pendekar Bag 5

"Kamu ini aneh, Senjaya. Di mana-mana, bila ayahnya seorang pendekar sakti, pastilah anaknya mengikuti jalan ayahnya, seperti buah yang jatuh tak jauh dari pohonnya. Seharusnya kamu pun begitu, Senjaya," kata Ayuni. Saking asyiknya berbicara, mereka tak sadar sisa makanan yang dibawa telah habis. Tiba-tiba, dari jauh seorang lelaki tegap dan tinggi menghampiri mereka.

"Hai Ayuni, kenapa kamu berlama-lama di sini? Siapa pria itu?" Ayuni mengenal pria itu, tapi ia tak suka dengan nada bicaranya yang agak membentak.

"Kakang Randu, tak usahlah kamu mengagetkan kami," tegur Ayuni.

"Bukan begitu, Ayuni. Kamu tak boleh sembarangan berbicara dengan pria asing. Kalau ayahmu tahu bisa dimarahi kamu. Lagipula ayahmu mencarimu. Sebaiknya kamu pulang," kata Randu. Senjaya menatap heran pria itu, tapi ia diam saja tak berbicara apa-apa.

"Siapa bilang pria ini asing? Aku mengenalnya, dan Ayah pun mengenalnya. Kamu jangan sembarangan berbicara, Kang Randu," balas Ayuni. Randu pun melihat sinis ke arah Senjaya.

"Siapa kamu, anak muda? Tak sopan kamu berbicara dengan anak gadis Demang Chandra," bentak Randu. Senjaya tersentak kaget.

"Oh, aku Senjaya, anak Ki Darmala. Apa kamu mengenalnya?"

"Ya, aku mengenalnya. Jadi, kamu lah anak Ki Darmala yang lemah dan tak bisa silat itu?" Ayuni tak suka dengan pertanyaan itu.

"Kang Randu, bisakah kamu bertanya dengan baik? Tanpa menyakiti perasaan orang?" Mendengar jawaban Ayuni, Randu heran jadinya. Kenapa ia membela pria itu?

"Baiklah, Ayuni. Bila kamu mengenalnya. Tapi tak patut kamu berlama-lama bercengkrama dengan pria yang bukan apa-apa kamu itu. Lebih baik kamu cepat pulang. Ayahmu menunggu," kata Randu, lalu membalikkan badannya dan bergegas pergi. Ayuni yang melihat Senjaya menatap keheranan, menjelaskan tentang orang itu.

"Tak usah kamu pikirkan, Senjaya. Orang itu memang angkuh. Ia seorang pengawal kademangan yang dipercaya oleh ayahku. Sikapnya aneh. Mentang-mentang Ayah mempercayainya, seenaknya saja ia mengawasi kegiatanku. Entah apa maksudnya. Padahal Ayah tak pernah menyuruh dia mengawasiku tiap hari. Kadang aku tak betah di rumah. Oh, ya Senjaya, bolehkah kapan-kapan aku main ke rumahmu? Aku ingin mengenal ibumu," tanya Ayuni. Makin melayanglah hati Senjaya. Entah sekarang ia sudah ada di langit yang keberapa. Senang betul ia mendengar pertanyaan itu.

"Boleh, Ayuni. Tapi rumahku buruk. Nanti kamu gatal-gatal pula di dalam rumahku," canda Senjaya.

"Lho, kok gitu, Senjaya? Aku tak pernah melihat orang dari rumahnya. Bagiku, asal orangnya baik, pastilah aku suka berkunjung," jawab Ayuni.

"Ya, gimana Ayuni saja. Kalau dirimu mau ke rumahku, aku dan ibuku akan senang sekali," kata Senjaya.

"Baiklah, Senjaya. Aku pulang dulu. Nanti kalau aku mau ke rumahmu aku beritahu lagi. Apa kamu besok ada di sini?"

"Ya... tiap hari pasti aku ada di sini berkubang lumpur. Oh, ya Ayuni, kuucapkan terima kasih atas makanannya," ucap Senjaya.

"Hehe, sama-sama, Senjaya. Sampai ketemu besok," balas Ayuni, lalu pergi meninggalkan Senjaya. Senjaya memperhatikannya terus hingga Ayuni menghilang dari penglihatan.

"Luar biasa bidadari itu. Sepertinya malam ini aku tak akan bisa tidur," Senjaya bergumam dalam hati. Hari pun mulai sore. Senjaya bergegas untuk pulang. Tapi entah mengapa ia ingin mandi dulu di air terjun. Sudah lama sekali ia tak ke sana. Hingga ia pun berbelok ke arah air terjun yang besar itu. Jaraknya dekat dengan Hutan Bedari.

Di bawah air terjun itu terdapat kubangan besar dengan beberapa batu sebesar kerbau. Airnya jernih sekali hingga ikan pun terlihat jelas. Suara deru air terjun membahana. Di kanan kiri tumbuh pohon-pohon yang tinggi, pemandangan yang indah.

Senjaya pun menurunkan kakinya ke dalam kubangan itu. Ia membuka bajunya dan berenang hanya memakai celana. Tak ada siapa-siapa di situ. Hanya Senjaya seorang.

"Ah, segar sekali air ini. Huhh... badanku pun ikut segar jadinya. Hmmm... Ayuni... kenapa kamu tiba-tiba mengganggu pikiranku? Belum pernah aku seperti ini, jadi seperti orang mabuk jadinya... haha..." Begitulah Senjaya, seperti orang yang dimabuk kepayang. Sambil berenang, ia selalu memikirkan Ayuni yang cantik itu. Seperti itulah rasanya berkenalan dengan seorang gadis. Rasanya seperti terbang di pelangi yang indah. Selagi menikmati suasana sambil berenang ke sana kemari, tiba-tiba Senjaya mendengar suara gemersik rumput yang menyibak dari dalam hutan. Dirinya pun menoleh ke arah suara itu. Tapi ia tak melihat apa-apa.

"Ah, mungkin ada orang lewat," pikir Senjaya, lalu kembali berenang ke sana kemari. Tapi suara itu terdengar kembali. Kali ini diikuti dengan suara seperti bilah bambu yang dipukul-pukul dan suara mendesis, "Trak tak tak tak. Ssssttt..." Senjaya menoleh kembali ke arah itu.

"Hai, siapa itu? Keluarlah. Jangan bersembunyi. Kalau mau mandi, kemarilah. Air ini segar sekali. Mumpung hari masih sore," panggil Senjaya ke arah suara itu. Tapi tak ada yang menyahut.

Tiba-tiba Senjaya tertegun bukan main. Dari dalam hutan yang gelap, rumput menyibak. Keluarlah sosok bayangan yang besar dan panjang, menjalar cepat ke arahnya. Sosok itu mendesis, "Trak tak tak tak. Ssssssttt..." Setelah keluar dari kegelapan hutan, terlihatlah dengan jelas sisiknya yang besar hitam berkilauan memantulkan cahaya matahari. Ruas-ruas kakinya yang banyak mengeluarkan bunyi bagai suara bambu yang dipukul. Kepala yang merah itu bergoyang mengikuti irama tubuhnya. Sungguh pemandangan yang mengerikan. Hati Senjaya mengecut bukan main.

"Tidak mungkin. Ohh tidak... itu kelabang raksasa yang ada dalam mimpiku. Tidak mungkin jadi kenyataan," gumam Senjaya. Ia pun berenang sekuat tenaga ke tepian. Kemelut hatinya mendesak untuk segera menyelamatkan diri. Tapi takdir berkata lain. Kelabang itu lebih cepat menjalar memasuki kubangan dan merenggut tubuhnya dengan kakinya yang banyak. Senjaya melawan sekuat tenaga. Ia meronta dalam air.

Tapi sia-sia, cengkraman itu sangat kuat. Kubangan itu bergetar hebat menyibakkan air. Lalu Senjaya kehabisan napas dan akhirnya tak sadarkan diri. Kubangan itu pun menjadi tenang kembali.

Lalu kelabang itu menyeret Senjaya ke tepian. Tubuh itu ditelungkupkan oleh kelabang itu, hingga tubuh Senjaya dalam keadaan tengkurap. Kelabang pun mendesis hebat. Ia menjulurkan sungutnya yang hanya satu itu ke arah tengkuk Senjaya. "Clab..." Senjaya pun menggelepar sebentar lalu pingsan. Sungut itu menyisakan lubang di tengkuknya. Kelabang mendesis kembali dan menggerakkan tubuhnya. "Trak tak tak tak. Sssssst..." Lalu dari tepi sisiknya keluar seekor kelabang hijau sebesar keris. Menjalar ke tengkuk yang berlubang itu, lalu masuk ke dalamnya. Terlihat tonjolan kelabang hijau itu menjalar di dalam kulit menuju punggung Senjaya. Lalu kelabang hijau itu berhenti pas lurus di tulang belakangnya. Sejenak kelabang itu bersinar kehijauan di dalam kulit, lalu sebentar kemudian redup. Dan tonjolan kelabang hijau itu pun hilang, seakan terbenam di tubuhnya. Lubang di tengkuknya pun sirna.

Kelabang raksasa kembali mendesis panjang. Lalu merambat ke dalam kegelapan hutan, meninggalkan Senjaya yang dalam keadaan pingsan.

Malam itu, bulan sabit berwarna kemerahan. Cahaya yang merah bagai darah membias di permukaan air di kubangan itu, seakan-akan menandakan peristiwa yang barusan terjadi. Malam pun makin larut. Senjaya masih dalam posisi tengkurap pingsan. Dari kejauhan terdengar suara serigala melolong menggetarkan suasana di sekitar air terjun. Suara itulah yang membangunkan Senjaya.

Perlahan-lahan ia membuka matanya. Lalu ia berusaha bangun dan duduk bersila. Ia berusaha kembali mengingat apa yang baru saja terjadi dengan dirinya. Mengapa ia ada di tempat itu hingga larut malam. Dan tersentaklah ia dikala ingatannya kembali pulih.

Terpopuler

Comments

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

maknya pasti nyariin

2024-08-05

2

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

aduh geli

2024-08-05

2

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

🇮  🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐

eh kok belut sih. kelabang 😨

2024-08-05

2

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
118 Menuju tanah pasundan bag 46
119 Menuju tanah pasundan bag 47
120 Menuju tanah pasundan bag 48
121 Menuju tanah pasundan bag 49
122 Menuju tanah pasundan bag 50
123 Menuju tanah pasundan bag 51
124 Menuju tanah pasundan bag 52
125 Menuju tanah pasundan bag 53.
126 Menuju tanah pasundan bag 54
127 Menuju tanah pasundan bag 55
128 Menuju tanah pasundan bag 56
129 Menuju tanah pasundan bag 57
130 Menuju tanah pasundan bag 58
131 Menuju tanah pasundan bag 59
132 Menuju tanah pasundan bag 60
133 Menuju tanah pasundan bag 61
134 Menuju tanah pasundan bag 62
135 Menuju tanah pasundan bag 63
136 Menuju tanah pasundan bag 64
137 Menuju tanah pasundan bag 65
138 Menuju tanah pasundan bag 66
139 Menuju tanah pasundan bag 67
140 Menuju tanah pasundan bag 68
141 Menuju tanah pasundan bag 69
142 Menuju Tanah pasundan bag 70
143 Menuju Tanah pasundan bag 71
144 Menuju tanah pasundan bag 72
145 Menuju tanah pasundan bag 73
146 Menuju tanah pasundan bag 74
147 Menuju tanah pasundan bag 75
148 Menuju tanah pasundan bag 76
149 Menuju tanah pasundan bagian 77
150 Menuju tanah pasundan bag 78
151 Menuju tanah pasundan bag 79
152 Menuju tanah pasundan bag 80
153 Menuju tanah pasundan bag 81
154 Menuju tanah pasundan bag 82
155 Menuju tanah pasundan bag 83
156 Menuju tanah pasundan bagian 84
157 Menuju tanah pasundan bag 85
158 Menuju tanah pasundan bag 86
159 Menuju tanah pasundan bag 87
160 Menuju tanah pasundan bag 88
161 Menuju tanah pasundan bagian 89
162 Menuju tanah pasundan bag 90
163 Menuju tanah pasundan bag 91
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45
118
Menuju tanah pasundan bag 46
119
Menuju tanah pasundan bag 47
120
Menuju tanah pasundan bag 48
121
Menuju tanah pasundan bag 49
122
Menuju tanah pasundan bag 50
123
Menuju tanah pasundan bag 51
124
Menuju tanah pasundan bag 52
125
Menuju tanah pasundan bag 53.
126
Menuju tanah pasundan bag 54
127
Menuju tanah pasundan bag 55
128
Menuju tanah pasundan bag 56
129
Menuju tanah pasundan bag 57
130
Menuju tanah pasundan bag 58
131
Menuju tanah pasundan bag 59
132
Menuju tanah pasundan bag 60
133
Menuju tanah pasundan bag 61
134
Menuju tanah pasundan bag 62
135
Menuju tanah pasundan bag 63
136
Menuju tanah pasundan bag 64
137
Menuju tanah pasundan bag 65
138
Menuju tanah pasundan bag 66
139
Menuju tanah pasundan bag 67
140
Menuju tanah pasundan bag 68
141
Menuju tanah pasundan bag 69
142
Menuju Tanah pasundan bag 70
143
Menuju Tanah pasundan bag 71
144
Menuju tanah pasundan bag 72
145
Menuju tanah pasundan bag 73
146
Menuju tanah pasundan bag 74
147
Menuju tanah pasundan bag 75
148
Menuju tanah pasundan bag 76
149
Menuju tanah pasundan bagian 77
150
Menuju tanah pasundan bag 78
151
Menuju tanah pasundan bag 79
152
Menuju tanah pasundan bag 80
153
Menuju tanah pasundan bag 81
154
Menuju tanah pasundan bag 82
155
Menuju tanah pasundan bag 83
156
Menuju tanah pasundan bagian 84
157
Menuju tanah pasundan bag 85
158
Menuju tanah pasundan bag 86
159
Menuju tanah pasundan bag 87
160
Menuju tanah pasundan bag 88
161
Menuju tanah pasundan bagian 89
162
Menuju tanah pasundan bag 90
163
Menuju tanah pasundan bag 91

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!