"Ehem ehem. Tumben nih Senjaya. Baru kali ini bibi melihat kau berjalan dengan seorang gadis. Cantik pula hehe.." Ayuni pun tersipu malu.
"Oh Bi Narsih. Ini anak Ki Demang Bi..."
"Loh Bibi tak pernah melihatnya. Bukanya anaknya yang dua orang sudah menikah..?"
Lalu Ayuni menyahuti
"Bibi betul. Aku lah anak yang terakhir. Sedari kecil aku tinggal di rumah nenek ku. Setelah kakak ku semua menikah. Aku kembali kesini menemani ayah.."
"Oh begitu. Siapa namamu cah ayu..?"
"Namaku Ayuni Bi"
"Wah nama yang cantik seperti orangnya. Cocok bila bersanding dengan nama Senjaya". Bibi itu pun menggodanya. Membuat mereka jadi tersipu malu.
"Ah Bibi bisa aja. Mari.."
"Iya cah ayu. Kapan-Kapan mampirlah kerumah Bibi.."
"Terima kasih Bi. Ya mungkin kapan-kapan Bi.." Mereka pun melanjutkan langkahnya menuju rumah Senjaya. Tiba-tiba Ayuni mencubit lengan Senjaya.
"Adaww. Hei kenapa kau mencubitku Ayuni..?" Senjaya mendelik keheranan
"Kenapa tadi kau berhenti Senjaya?. Seharusnya kita jalan terus.."
"Hah??. Kau ini bagaimana. Ada orang bertanya masa kita jalan terus. Itu kan tak sopan namanya.."
"Tapi aku jadi malu tau ih.."
"Ah kau ini. Bibi Narsih memang dekat dengan ibuku. Wajarlah ia bertanya.."
"Tapi Senjaya aku malu sepanjang perjalanan tetangga-tetanggamu seperti tak berkedip memperhatikan kita.."
"Hmm..kalau aku boleh jujur. Mungkin baru kali ini mereka melihat gadis secantik kau. Tak ada gadis di desa ini yang secantik dirimu. Jadi wajarlah kau jadi pusat perhatian. Nah kita sudah sampai. Inilah rumahku ayuni. Itu ibuku yang sedang membersihkan beras di pendapa.." Kinasih pun menyambut dengan senyuman juga wajah yang keheranan. Tapi Ayuni senang dengan senyuman itu. Tampaknya Ibu Senjaya orang nya baik.
"Aku pulang ibu. Air disawah sudah mengalir lancar. Rumput benalu pun sudah habis ku babat. Burung-burung hama itu sudah kuusir dari sawah kita. Pokoknya semua beres Bu.." Kinasih mendelik. Tak pernah senjaya berkata seperti orang laporan kepada atasannya.
"Aku tak menanyakan itu Senjaya. Yang aku tanyakan siapa gadis yang kau bawa ini?". Gugup lah Senjaya.
"E... ee. Ini..anak Ki Demang Bu.."
"Ooo..Ki Demang Chandra maksudmu..?"
"Betul Bu. Namaku ayuni. Aku kawan Senjaya.." Ayuni yang menjawab.
Kinasih memperhatikan gadis itu. Betapa cantik putri Ki demang ini. Yang lebih mengherankan lagi Senjaya. Mimpi apa ia bisa dapat kawan seorang gadis yang cantik. Padahal ia kebanyakan dirumah bermain dengan kucingnya. Hebat juga Senjaya ini. Pikir Kinasih.
"Ayuni. Bukankah anak Ki demang itu cuma dua..?"
"Tidak Bu. Aku yang ketiga. Tapi sejak kecil aku tinggal dengan nenek ku. Sekarang aku kembali lagi kesini menemani ayah.."
"Oh ya ya. Pantas Ibu tak pernah melihatmu. Nah marilah masuk. Kau pasti kepanasan. Ibu akan buat minuman untukmu. Dan kau Senjaya, Ibu butuh kayu bakar lagi. Ke belakang lah lebih dahulu.."
"Baiklah Bu". Senjaya pun ke belakang. Sementara Kinasih dan Ayuni masuk ke rumah yang sederhana itu. Ayuni hanya meminta air putih saja. Karena ia memang haus sekali. Lalu Kinasih bercakap ria dengannya.
"Cah ayu. Dimana kau mengenal Senjaya..?"
Dengan malu-malu Ayuni pun menjawab
"Disawah Bu. Aku bertugas membawakan makanan untuk karyawan ayah yang di sawah. Lalu secara tak sengaja aku berkenalan dengan Senjaya.."
"Oh begitu. Lalu sejak kapan kau jadi kawannya.." Agak canggung Ayuni mendengar pertanyaan itu.
"Hmm belum lama ko Bu.."
"Lalu apakah ayahmu tau tentang hal ini? Apa ki demang tak marah..?"
"Tidak ko bu. Ayah tau aku berkawan dengan Senjaya. Ayah juga tau Senjaya itu seperti apa.."
"Anakku itu orang yang aneh Ayuni. Ia orang yang jarang keluar rumah. Kecuali ke sawah atau ke ladang. Lalu pulang bermain dengan kucing-kucingnya. Tapi tiba-tiba ia sudah berkawan dengan gadis secantik kau. Anak Ki Demang pula.."
"Ah ibu. Biasa aja ko bu. Walau anak Demang. Akupun sama dengan anak yang lain Bu. Butuh kawan juga. Aku tak pernah pilah pilih kawan. Asal ia baik, aku pun pasti mau jadi kawannya.."
"Jadi kau pun sudah punya banyak kawan didesa ini Ayuni..?"
"Tidak juga Bu. Selama ini temanku hanya pembantu-pembantu ayah dirumah.."
"Baiklah. Ibu mau menghangatkan nasi dulu. Kau panggil lah Senjaya. Kita akan makan bersama.."
Dibelakang rumah. Ayuni melihat Senjaya yang membelah balok kayu hanya dengan sekali tebas. Padahal gelondongan kayu itu besar juga. Ia kagum akan tenaga Senjaya yang kuat itu.
"Oh kau Ayuni. Ada apa..?"
"Berhentilah dahulu Senjaya. Kita makan bersama.."
"Baiklah. Marilah Ayuni. Kau pasti sangat lapar.."
"Kau juga kan kakang..?" Senjaya mendelik ke Ayuni. Tapi ia senang sekali dipanggil kakang.
"Kau memanggilku Kakang Ayuni..?"
"Iya..apa tak boleh..?"
"Tentu boleh. Malah aku senang dipanggil kakang hehe. Nah marilah kita makan.."
Didalam Kinasih sudah menyiapkan sayur kacang. Tempe dan tahu goreng. Lalu yang membuat sedap adalah sambal terasi. Makanan yang sederhana. Tapi Ayuni lahap sekali menyantapnya. Hingga Kinasih tersenyum melihatnya. Setelah makan mereka pun bercakap ria. Terkadang Ayuni tertawa dikala ibu Senjaya menceritakan tentang Senjaya. Tentang masa kecilnya hingga dewasa. Senjaya malu kalau ibunya sudah mulai menceritakan tentang hal-hal pribadi tentang dirinya. Tapi ia tak marah. Karena memang begitulah Senjaya dengan segala sifatnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
aduh kakang Senjaya
2024-08-05
0
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
meralah pipinya/Chuckle/
2024-08-05
0
Teteh Lia
sambal terasi.....timun, daun kemangi, kacang panjang. mantep abis.
2024-05-18
3