Lahirnya Sang Pendekar Bag 3

Maka jelaslah kesetiaan mereka pada Warok Jangkrik. Sejak ia menjadi kawan Ki Darmala, mereka pun kerap ikut mengawal dan mendapatkan tambahan uang. Masyarakat di luar hutan juga merasakan kebaikan Warok Jangkrik. Bila hasil panen dan kebun melimpah, dirinya akan membagikannya kepada warga desa secara gratis. Padahal, dulu betapa takutnya mereka kepada Warok yang garang itu, tapi sekarang semuanya sudah berubah. Bahkan, Desa Sendang Galuh merasa aman dan tidak pernah terjadi perampokan lagi.

"Hei Darwo, sudahlah berhenti. Mukamu terlihat pucat, mari minum," ajak Jangkrik 6, menghentikan lari Darwo menuju pinggir lapangan.

"Kakang Juda, aku takut dimarahi guru. Aku baru sampai hitungan 187," kata Darwo.

"Tak apa. Minumlah. Guru yang menyuruhku, jadi ia tidak akan marah. Tapi lain kali jangan makan ubi kalau mau latihan. Justru kamu akan terasa cepat lelah karena perutmu kembung. Kamu mengerti?" jelas Juda.

"Baik, Kang, memang sial aku hari ini. Gara-gara ubi itu, hehe," jawab Darwo. Tidak lama setelah itu, Darwo yang sedang minum, melihat seorang berkuda dari kejauhan. Debu mengepul di belakangnya, mengarah ke padepokan itu.

"Kang Juda, apa kamu lihat orang berkuda itu?" tanya Darwo.

"Ya, aku lihat. Sepertinya itu Ki Darmala. Hmmm... mari kita beritahu guru," ajak Juda. Mereka pun bergegas ke pendapa tempat gurunya sedang beristirahat. Sesampainya di pendapa, mereka memberitahukan bahwa mereka melihat Ki Darmala menuju padepokan. Warok Jangkrik pun bergegas ke luar halaman padepokan lalu menyambut Ki Darmala yang telah tiba.

"Wahai sobatku, sore hari yang indah ini kulihat kamu makin gagah saja," Warok Jangkrik menyambut dengan memuji Ki Darmala.

"Ah, kamu Jangkrik, masih saja suka bergurau. Padahal, tentu saja kamu pun melihat ubanku ini yang makin banyak," balas Ki Darmala.

"Hmm... uban itulah yang membuat kita makin gagah, Ki Darmala. Ibarat kelapa yang sudah tua, menghasilkan santan yang lebih baik. Hehe. Marilah masuk, sobat, baru saja para Jangkrik selesai latihan," ajak Warok Jangkrik.

Mereka pun menuju pendapa. Sementara itu, murid-murid menyiapkan minum dan sedikit camilan untuk Ki Darmala yang sudah mereka kenal itu. Secangkir kopi panas dan ketan serut kelapa memang sangat sedap dipandang. Ketan itulah kesukaan Ki Darmala. Padi ketan yang ditanam di tengah hutan itu menghasilkan ketan yang lembut dan empuk, hingga Ki Darmala pun tak pernah bosan bila berkunjung ke padepokan, itulah yang dicari.

"Mantap betul ketan ini. Beda dengan yang di luaran, rasanya kasar dan pera. Hmmm... hasil panenmu pasti laku keras di pasar ya, Warok?" puji Ki Darmala.

"Ya, Kang, lumayanlah. Kalau bukan karena Kakang yang mempunyai ide untuk membuat padepokan ini, mungkin anak buahku ini masih berjibaku dengan dunia perampokan. Sekarang mereka sudah mandiri, bisa mencari nafkah yang halal buat anak istri. Dari hasil sawah, ladang, dan ternak, lumayanlah, Kang. Semua ini juga berkatmu. Bila aku tak pernah bertemu dengan dirimu, mungkin sekarang aku pun masih berkubang dengan barang haram," jawab Warok Jangkrik.

"Kamu salah, Jangkrik. Aku hanya perantara saja. Yang mentakdirkan itu Yang Maha Kuasa. Dialah yang mempertemukan kita. Kamu harus banyak mengucap syukur kepadanya dengan banyak beramal dan ibadah. Jangan lupa itu, Jangkrik. Itulah bekal buatmu nanti di akhirat. Karena semua yang kita punya tak ada arti di hadapannya, kecuali kita gunakan untuk kebaikan kepada sesama. Nah, kulihat kamu sudah membuat langgar, apa kamu dan murid-muridmu rutin menggunakannya?" tanya Ki Darmala.

"Ya, Kang. Sedikit-sedikit aku pun sudah mulai belajar mengaji. Yah, walau cuma ayat pendek, tapi bisa dipakai untuk menjadi Imam," jawab Warok Jangkrik.

"Bagus, Warok. Aku bangga jadi sahabatmu. Kamu sudah mulai memikirkan hari akhiratmu. Kulihat murid-muridmu pun berwajah cerah," puji Ki Darmala.

"Ah, para Jangkrik itu masih saja ada satu dua yang suka berjudi dan minum arak, jiwa bengal para Jangkrik masih saja ada, walau lebih banyak yang benar-benar lurus. Tapi kalau soal merampok, mereka sudah tak berani lagi, Kang. Bisa kupilin leher mereka satu per satu," gurau Warok Jangkrik.

Ki Darmala tertawa mendengar hal itu. Warok Jangkrik memang suka bertindak tegas dan sangat galak menghadapi tingkah laku para Jangkriknya. Pernah suatu hari dirinya memergoki muridnya yang sedang berjudi dan minum arak, lalu ia menghukumnya dengan berendam di kolam ikan sehari semalam. Tidak ada yang berani membantah. Selain hormat, mereka pun tahu siapa guru mereka itu yang mempunyai kesaktian tak jauh dari Ki Darmala. Selama melanglang buana dunia perampokan, gurunya itu tak pernah gagal walau lawannya seorang sakti mandraguna sekalipun. Baru dengan Ki Darmala saja gurunya kalah, tapi itu pun hanya beda selapis kesaktiannya dengan Ki Darmala.

"Haha, kamu yang harus sabar, Warok. Memang tak mudah mengubah batu menjadi bongkahan kecil. Tapi air pun bisa menghancurkan batu, kamu tahu itu, Warok?" kata Ki Darmala.

"Ya, Ki. Begitulah seharusnya. Memang tak mudah. Tapi sedikit demi sedikit aku berusaha mengubahnya. Dan aku pribadi pun demikian, Ki Darmala. Aku juga berjuang untuk menjadi pribadi yang lebih baik lagi," jawab Warok Jangkrik.

"Ya, ya, Warok. Kamu betul, aku pun juga begitu. Tak ada yang sempurna. Kita hanya berusaha untuk menjadi lebih baik dari yang lalu. Nah, kedatanganku ke sini juga karena sesuatu. Kita punya tugas lagi, Warok. Ki Demang Bantar Mulya meminta kita mengawal keponakannya yang ingin pulang untuk menikah. Mereka akan membawa beberapa peti uang kecil dan perhiasan," jelas Ki Darmala. Warok Jangkrik mengerutkan keningnya heran.

"Hmm... apakah semua itu bantuan dari Ki Demang?" tanya Warok Jangkrik. Ki Darma pun menganggukkan kepalanya.

"Luar biasa Demang Chandra. Tak tanggung-tanggung membantu keponakannya," puji Warok Jangkrik.

"Ya... keponakannya itu sepertinya meminta bantuan pamannya, karena memang ia dari keluarga yang kekurangan," kata Ki Darma.

"Baiklah, Ki. Aku bersedia ikut. Kapan kita ke sana?" tanya Warok Jangkrik.

"Besok pagi kita sudah harus berada di Gedung Kademangan. Dari situ kita akan menuju Kademangan Jati Gandar, tepatnya di Desa Gujar," jawab Ki Darmala. Agak terkejut Warok Jangkrik setelah mengetahui jarak yang akan ditempuh.

"Hmm. Jarak yang sangat jauh, Ki. Ini di luar daerah yang biasa kita kawal. Aku pernah ke daerah itu dulu sekali. Kita akan menjumpai hal yang kita belum pahami. Kita harus benar bersiap untuk hal itu," ucap Warok Jangkrik.

"Kamu betul, Warok. Kita tak tahu apa yang akan kita hadapi. Tapi mudah-mudahan saja lancar. Kita tak usah berprasangka apa-apa dulu. Aku pun sebenarnya tak berminat dengan tugas ini. Tapi karena yang meminta Ki Demang, mau tak mau lah. Tapi jangan cemas dengan biaya. Demang Chandra sudah memastikan itu," jelas Ki Darmala.

"Baik, Ki. Aku akan tiba besok pagi sekali. Aku akan membawa serta lima Jangkrik. Apakah cukup?" tanya Warok Jangkrik.

"Ya, kukira cukuplah lima muridmu saja. Ingat, ini adalah sebuah perjalanan yang jauh. Kamu harus mempersiapkan murid-muridmu itu," kata Ki Darmala.

"Baik, Ki. Apa kamu akan pulang dahulu atau menginap di sini?"

"Aku pulang dahulu, Warok. Besok kita berjumpa di kademangan."

Maka, mereka pun mempersiapkan diri masing-masing untuk sebuah perjalanan yang panjang: pakaian ganti, senjata-senjata utama dan rahasia, serta bekal uang perjalanan. Sementara itu, Ki Darmala pun sampai di rumah dan juga mempersiapkan diri. Istrinya, Kinasih, sibuk. Sementara Senjaya masih saja bermain dengan kucing-kucingnya.

Sebenarnya, ia anak yang rajin dan patuh kepada orang tuanya. Tapi keengganannya berlatih beladiri membuat orang tuanya kecewa. Baginya, hal itu hanya akan membuat permusuhan dan menyakiti sesama manusia. Tidak ada hal baik dari beladiri, begitu menurutnya. Ada sedikit pujian atas Senjaya: karena ia giat dan rajin bekerja di sawah ladang, membuat tubuhnya kekar dan kuat. Walau tak bisa beladiri, tenaganya besar. Namun, sekembalinya di rumah, ia jarang keluar bermain dengan kawan-kawannya. Ia lebih suka bermain dengan kucingnya, sehingga ia pun kurang bermasyarakat.

"Hei Senjaya, tidurlah, Nak. Besok ayahmu akan pergi jauh. Butuh waktu enam hari pulang pergi. Andai saja kamu bisa beladiri, Ibu pun jadi tak cemas bila ditinggal ayahmu. Cobalah kamu berubah, Nak, demi ibumu ini," Kinasih mencoba menasihati anaknya yang tak bisa beladiri itu.

"Tapi, Bu. Selama ini kan kita baik-baik saja kalau ditinggal ayah bertugas?" jawab Senjaya.

"Kamu tak boleh bilang begitu. Walau kita menginginkan keadaan yang demikian, tapi kita harus tetap punya bekal buat menghadapi hal yang tidak kita inginkan," tegas Kinasih.

"Yah, bagaimana lagi, Bu. Ibu kan tahu aku tak cocok dengan kegiatan itu. Lagipula aku pernah melihat dua orang berkelahi dengan ilmunya, lalu seorang terbunuh. Dari situlah aku menganggap berlatih beladiri hanya akan menyakiti sesama," kilah Senjaya.

"Alasan itu lagi yang kamu pakai, Senjaya? Sekarang Ibu tanya. Bagaimana bila nyawaku yang terancam, atau malah nyawa kamu yang terancam, hah?" tanya Kinasih.

"Ya, tak tahu lah, Bu. Selama ini kita baik-baik saja kok. Mengapa kita harus memikirkan hal yang belum terjadi?" balas Senjaya.

"Ibu pun demikian, Senjaya. Ibu juga tak mau hal itu terjadi. Tapi bila memang terjadi bagaimana? Sementara kamu pun tak bisa melindungi dirimu sendiri. Kamu lihatlah kawanmu yang seumuran sudah pandai beladiri, karena mereka sadar kalau itu akan menjadi bekal mereka untuk menyelamatkan orang lain atau diri sendiri," jelas Kinasih.

Mendengar ribut-ribut itu dari ruang tamu, Ki Darmala pun menghampiri bilik anaknya lalu duduk di samping Senjaya.

"Senjaya, yang dikatakan Ibumu itu benar. Beladiri memang ilmu tentang kekerasan. Tapi kita bisa menggunakannya dengan baik. Memang ada yang menggunakannya dengan jalan yang sesat, dan banyak pula. Nah, tugas kita lah memperbaiki yang sesat itu. Tentu tak mungkin hanya dengan kata-kata. Menghadapi mereka yang berilmu tinggi, kita harus bisa melawannya, bukan untuk sewenang-wenang membunuh lawan, tapi untuk menyadarkannya dari jalan yang sesat," terang Ki Darmala.

"Tapi, Yah, bila mereka tak mau sadar juga bagaimana?" tanya Senjaya.

"Senjaya, manusia hanya bisa mengingatkan. Ayah pun bukan orang yang mulia. Ayah juga bukan orang yang sempurna. Terkadang dengan terpaksa sekali aku membunuh perampok karena mereka tak mau menyerah, hingga aku pun melawan hingga tetes darah penghabisan. Begitulah dunia ayah, dunia persilatan yang sesungguhnya. Kita sekarang hidup di zaman ini. Kita harus bisa membela diri kita dan juga membela kehormatan dan keselamatan orang lain. Bukankah itu termasuk juga pahala di sisi kita, Senjaya? Nah, kamu pikirkanlah apa yang aku dan ibu katakan. Semuanya demi kebaikanmu juga. Sekarang tidurlah. Sudah hampir tengah malam," nasihat Ki Darmala.

Kemudian, Senjaya pun menganggukkan kepalanya. "Baik, Yah." Ki Darmala dan Nyai Kinasih pun keluar bilik anaknya dengan sebuah pengharapan akan anaknya yang mau berubah. Sebenarnya, ia memikirkan hal itu di pembaringan. Nasihat orang tuanya mengiang-ngiang di kupingnya, hingga membuatnya sulit tidur. Senjaya berpikir keras, tapi hatinya pun masih meragukan dirinya sendiri.

"Apa aku bisa belajar beladiri? Apa aku harus berkelahi? Kenapa dunia ini seperti punya dua sisi bagai uang koin? Yang satu buruk dan yang satu baik?" Senjaya bergumam dalam hatinya seakan diombang-ambing oleh kenyataan itu.

Tapi akhirnya, ia pun tertidur pulas dan bermimpi. Dalam mimpinya, ia bertemu dengan seekor kelabang raksasa. Badannya bersisik-sisik besar berwarna hitam, sementara kepalanya berwarna merah dengan capit yang besar dan menyeramkan. Senjaya pun bergidik melihatnya. Ia pun lari terbirit-birit saking takutnya. Tapi apa lacur, kelabang itu berlari lebih cepat lagi dengan kaki-kakinya yang banyak. Senjaya pun meremang bulu kuduknya. Tak pernah ia melihat binatang sebesar itu. Macan yang pernah ia lihat di hutan ternyata masih jauh lebih kecil. Betapa takutnya ia dikala kelabang raksasa itu menyergap dan mencengkeram dirinya dengan kakinya yang banyak itu. Senjaya meronta-ronta, tapi tak ada yang mendengar. Nasib sudah. Ia berpikir mungkin ini akhir hidupnya, dimakan kelabang raksasa hidup-hidup.

Terpopuler

Comments

Reogkhentir

Reogkhentir

Awal mula Sanjaya mau berlatih ilmu beladiri karena sebuah mimpi yang hampir merenggut nyaeanya

2024-06-18

3

Jimmy Avolution

Jimmy Avolution

terus

2024-06-18

3

Mpit

Mpit

tobatlah para jangkrik 😔

2024-05-04

2

lihat semua
Episodes
1 Lahirnya Sang Pendekar
2 Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3 Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4 Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5 Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6 Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7 Kisah Cinta Senjaya
8 Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9 Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10 Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11 Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12 Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13 Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14 Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15 Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16 Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17 Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18 Makhluk Terkutuk
19 Makhluk Terkutuk Bag 2
20 Makhluk Terkutuk Bag 3
21 Makhluk Terkutuk Bag 4
22 Makhluk Terkutuk Bag 5
23 Makhluk Terkutuk Bag 6
24 Makhluk Terkutuk Bag 7
25 Makhluk Terkutuk Bag 8
26 Makhluk Terkutuk Bag 9
27 Makhluk Terkutuk Bag 10
28 Makhluk Terkutuk Bag 11
29 Makhluk Terkutuk Bag 12
30 Penempaan diri
31 Penempaan Diri Bag 2
32 Penempaan Diri Bag 3
33 Penempaan Diri Bag 4.
34 Penempaan Diri Bag 5
35 penempaan Diri Bag 6
36 Penempaan Diri Bag 7
37 Penempaan Diri Bag 8
38 Penempaan Diri Bag 9
39 Penempaan diri Bag 10
40 Penempaan diri Bag 11
41 Penempaan diri Bag 12
42 Penempaan diri Bag 13
43 Penempaan diri Bag 14.
44 Penempaan Diri Bag 15
45 Penempaan Diri Bag 16
46 Penempaan Diri Bag 17
47 Penempaan Diri Bag 18
48 Penempaan Diri Bag 19
49 Penempaan Diri Bag 20
50 Penempaan Diri Bag 21
51 Penempaan Diri Bag 22
52 Penempaan Diri Bag 23
53 Penempaan Diri Bag 24
54 Penempaan Diri Bag 25
55 Penempaan Diri Bag 26
56 Penempaan Diri Bag 27
57 Penempaan Diri Bag 28
58 Penempaan Diri Bag 29
59 Penempaan Diri Bag 30
60 Penempaan Diri Bag 31
61 Penempaan Diri Bag 32
62 Penempaan Diri Bag 33
63 Penempaan Diri Bag 34
64 Penempaan Diri Bag 35
65 Penempaan Diri Bag 36
66 Penempaan Diri Bag 37
67 Penempaan Diri Bag 38
68 Penempaan Diri Bag 39
69 Penempaan Diri Bag 40
70 Penempaan Diri Bag 41
71 Penempaan Diri Bag 42
72 Menuju Tanah Pasundan
73 Menuju tanah pasundan bag 2
74 Menuju tanah pasundan bag 3
75 Menuju tanah pasundan bag 4
76 Menuju tanah pasundan bag 5
77 Menuju tanah pasundan bag 6
78 Menuju tanah pasundan bag 7
79 Menuju tanah pasundan bag 8
80 Menuju tanah pasundan bag 9
81 Menuju tanah pasundan bag 10
82 Menuju tanah pasundan bag 11
83 Menuju tanah pasundan bag 12
84 Menuju tanah pasundan bag 13
85 Menuju tanah pasundan bag 14
86 Menuju tanah pasundan bag 15
87 Menuju tanah pasundan bag 16
88 Menuju tanah pasundan bag 17
89 Menuju tanah pasundan bag 18
90 Menuju tanah pasundan bag 19
91 Es dawet cendol
92 Menuju tanah pasundan bag 20
93 Menuju tanah pasundan bag 21
94 Menuju tanah pasundan bag 22
95 Menuju tanah pasundan bag 23
96 Menuju tanah pasundan bag 24
97 Menuju tanah pasundan bag 25
98 Menuju tanah pasundan bag 26
99 Menuju tanah pasundan bag 27
100 Menuju tanah pasundan bag 28
101 Menuju tanah pasundan bag 29
102 Menuju tanah pasundan bag 30
103 Menuju tanah pasundan bag 31
104 Menuju tanah pasundan bag 32
105 Menuju tanah pasundan bag 33
106 Menuju tanah pasundan bag 34
107 Menuju tanah pasundan bag 35
108 Menuju tanah pasundan bag 36
109 Menuju tanah pasundan bag 37
110 Menuju tanah pasundan bag 38
111 Menuju tanah pasundan bab 39
112 Menuju tanah pasundan bag 40
113 Menuju tanah pasundan bag 41
114 Menuju tanah pasundan bag 42
115 Menuju tanah pasundan bag 43
116 Menuju tanah pasundan bag 44
117 Menuju tanah pasundan bag 45
118 Menuju tanah pasundan bag 46
119 Menuju tanah pasundan bag 47
120 Menuju tanah pasundan bag 48
121 Menuju tanah pasundan bag 49
122 Menuju tanah pasundan bag 50
123 Menuju tanah pasundan bag 51
124 Menuju tanah pasundan bag 52
125 Menuju tanah pasundan bag 53.
126 Menuju tanah pasundan bag 54
127 Menuju tanah pasundan bag 55
128 Menuju tanah pasundan bag 56
129 Menuju tanah pasundan bag 57
130 Menuju tanah pasundan bag 58
131 Menuju tanah pasundan bag 59
132 Menuju tanah pasundan bag 60
133 Menuju tanah pasundan bag 61
134 Menuju tanah pasundan bag 62
135 Menuju tanah pasundan bag 63
136 Menuju tanah pasundan bag 64
137 Menuju tanah pasundan bag 65
138 Menuju tanah pasundan bag 66
139 Menuju tanah pasundan bag 67
140 Menuju tanah pasundan bag 68
141 Menuju tanah pasundan bag 69
142 Menuju Tanah pasundan bag 70
143 Menuju Tanah pasundan bag 71
144 Menuju tanah pasundan bag 72
145 Menuju tanah pasundan bag 73
146 Menuju tanah pasundan bag 74
147 Menuju tanah pasundan bag 75
148 Menuju tanah pasundan bag 76
149 Menuju tanah pasundan bagian 77
150 Menuju tanah pasundan bag 78
151 Menuju tanah pasundan bag 79
152 Menuju tanah pasundan bag 80
153 Menuju tanah pasundan bag 81
154 Menuju tanah pasundan bag 82
155 Menuju tanah pasundan bag 83
156 Menuju tanah pasundan bagian 84
157 Menuju tanah pasundan bag 85
158 Menuju tanah pasundan bag 86
159 Menuju tanah pasundan bag 87
160 Menuju tanah pasundan bag 88
161 Menuju tanah pasundan bagian 89
162 Menuju tanah pasundan bag 90
163 Menuju tanah pasundan bag 91
Episodes

Updated 163 Episodes

1
Lahirnya Sang Pendekar
2
Lahirnya Sang Pendekar Bag 2
3
Lahirnya Sang Pendekar Bag 3
4
Lahirnya Sang Pendekar Bag 4
5
Lahirnya Sang Pendekar Bag 5
6
Lahirnya Sang Pendekar Bag 6
7
Kisah Cinta Senjaya
8
Kisah Cinta Senjaya Bag 2
9
Kisah Cinta Senjaya Bag 3
10
Kisah Cinta Senjaya Bag 4
11
Kisah Cinta Senjaya Bag 5
12
Kisah Cinta Senjaya Bag 6
13
Kisah Cinta Senjaya Bag 7
14
Kisah Cinta Senjaya Bag 8
15
Kisah Cinta Senjaya Bag 9
16
Kisah Cinta Senjaya Bag 10
17
Kisah Cinta Senjaya Bag 11
18
Makhluk Terkutuk
19
Makhluk Terkutuk Bag 2
20
Makhluk Terkutuk Bag 3
21
Makhluk Terkutuk Bag 4
22
Makhluk Terkutuk Bag 5
23
Makhluk Terkutuk Bag 6
24
Makhluk Terkutuk Bag 7
25
Makhluk Terkutuk Bag 8
26
Makhluk Terkutuk Bag 9
27
Makhluk Terkutuk Bag 10
28
Makhluk Terkutuk Bag 11
29
Makhluk Terkutuk Bag 12
30
Penempaan diri
31
Penempaan Diri Bag 2
32
Penempaan Diri Bag 3
33
Penempaan Diri Bag 4.
34
Penempaan Diri Bag 5
35
penempaan Diri Bag 6
36
Penempaan Diri Bag 7
37
Penempaan Diri Bag 8
38
Penempaan Diri Bag 9
39
Penempaan diri Bag 10
40
Penempaan diri Bag 11
41
Penempaan diri Bag 12
42
Penempaan diri Bag 13
43
Penempaan diri Bag 14.
44
Penempaan Diri Bag 15
45
Penempaan Diri Bag 16
46
Penempaan Diri Bag 17
47
Penempaan Diri Bag 18
48
Penempaan Diri Bag 19
49
Penempaan Diri Bag 20
50
Penempaan Diri Bag 21
51
Penempaan Diri Bag 22
52
Penempaan Diri Bag 23
53
Penempaan Diri Bag 24
54
Penempaan Diri Bag 25
55
Penempaan Diri Bag 26
56
Penempaan Diri Bag 27
57
Penempaan Diri Bag 28
58
Penempaan Diri Bag 29
59
Penempaan Diri Bag 30
60
Penempaan Diri Bag 31
61
Penempaan Diri Bag 32
62
Penempaan Diri Bag 33
63
Penempaan Diri Bag 34
64
Penempaan Diri Bag 35
65
Penempaan Diri Bag 36
66
Penempaan Diri Bag 37
67
Penempaan Diri Bag 38
68
Penempaan Diri Bag 39
69
Penempaan Diri Bag 40
70
Penempaan Diri Bag 41
71
Penempaan Diri Bag 42
72
Menuju Tanah Pasundan
73
Menuju tanah pasundan bag 2
74
Menuju tanah pasundan bag 3
75
Menuju tanah pasundan bag 4
76
Menuju tanah pasundan bag 5
77
Menuju tanah pasundan bag 6
78
Menuju tanah pasundan bag 7
79
Menuju tanah pasundan bag 8
80
Menuju tanah pasundan bag 9
81
Menuju tanah pasundan bag 10
82
Menuju tanah pasundan bag 11
83
Menuju tanah pasundan bag 12
84
Menuju tanah pasundan bag 13
85
Menuju tanah pasundan bag 14
86
Menuju tanah pasundan bag 15
87
Menuju tanah pasundan bag 16
88
Menuju tanah pasundan bag 17
89
Menuju tanah pasundan bag 18
90
Menuju tanah pasundan bag 19
91
Es dawet cendol
92
Menuju tanah pasundan bag 20
93
Menuju tanah pasundan bag 21
94
Menuju tanah pasundan bag 22
95
Menuju tanah pasundan bag 23
96
Menuju tanah pasundan bag 24
97
Menuju tanah pasundan bag 25
98
Menuju tanah pasundan bag 26
99
Menuju tanah pasundan bag 27
100
Menuju tanah pasundan bag 28
101
Menuju tanah pasundan bag 29
102
Menuju tanah pasundan bag 30
103
Menuju tanah pasundan bag 31
104
Menuju tanah pasundan bag 32
105
Menuju tanah pasundan bag 33
106
Menuju tanah pasundan bag 34
107
Menuju tanah pasundan bag 35
108
Menuju tanah pasundan bag 36
109
Menuju tanah pasundan bag 37
110
Menuju tanah pasundan bag 38
111
Menuju tanah pasundan bab 39
112
Menuju tanah pasundan bag 40
113
Menuju tanah pasundan bag 41
114
Menuju tanah pasundan bag 42
115
Menuju tanah pasundan bag 43
116
Menuju tanah pasundan bag 44
117
Menuju tanah pasundan bag 45
118
Menuju tanah pasundan bag 46
119
Menuju tanah pasundan bag 47
120
Menuju tanah pasundan bag 48
121
Menuju tanah pasundan bag 49
122
Menuju tanah pasundan bag 50
123
Menuju tanah pasundan bag 51
124
Menuju tanah pasundan bag 52
125
Menuju tanah pasundan bag 53.
126
Menuju tanah pasundan bag 54
127
Menuju tanah pasundan bag 55
128
Menuju tanah pasundan bag 56
129
Menuju tanah pasundan bag 57
130
Menuju tanah pasundan bag 58
131
Menuju tanah pasundan bag 59
132
Menuju tanah pasundan bag 60
133
Menuju tanah pasundan bag 61
134
Menuju tanah pasundan bag 62
135
Menuju tanah pasundan bag 63
136
Menuju tanah pasundan bag 64
137
Menuju tanah pasundan bag 65
138
Menuju tanah pasundan bag 66
139
Menuju tanah pasundan bag 67
140
Menuju tanah pasundan bag 68
141
Menuju tanah pasundan bag 69
142
Menuju Tanah pasundan bag 70
143
Menuju Tanah pasundan bag 71
144
Menuju tanah pasundan bag 72
145
Menuju tanah pasundan bag 73
146
Menuju tanah pasundan bag 74
147
Menuju tanah pasundan bag 75
148
Menuju tanah pasundan bag 76
149
Menuju tanah pasundan bagian 77
150
Menuju tanah pasundan bag 78
151
Menuju tanah pasundan bag 79
152
Menuju tanah pasundan bag 80
153
Menuju tanah pasundan bag 81
154
Menuju tanah pasundan bag 82
155
Menuju tanah pasundan bag 83
156
Menuju tanah pasundan bagian 84
157
Menuju tanah pasundan bag 85
158
Menuju tanah pasundan bag 86
159
Menuju tanah pasundan bag 87
160
Menuju tanah pasundan bag 88
161
Menuju tanah pasundan bagian 89
162
Menuju tanah pasundan bag 90
163
Menuju tanah pasundan bag 91

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!