"Ah kenapa aku seberani ini? Tak sepatutnya se orang wanita mendatangi rumah kawan lelakinya.." Hati Ayuni pun bergejolak.
"Tapi apa salahnya?. Aku kan hanya ingin berkenalan dengan ibunya. Lagipula aku sudah terlanjur mengatakan nya ke Senjaya. Ya aku akan berkunjung kerumahnya.." Ayuni pun ke dapur, mempersiapkan makanan untuk dibawa ke pekerja ayahnya. Ia pun pamit. Dan bergegas menuju sawah. Tapi ditengah perjalanan ia dihadang oleh Randu.
"Mau kemana kau Ayuni..?" Ayuni memandang Randu dengan heran.
"Apa kau tak lihat apa yang kubawa ini kang Randu..?"
"Hmm bukankah ada Mbok Arum yang biasa mengerjakan itu. Kenapa kau mau bersusah payah menggantikan pekerjaanya Ayuni?. Aku tau. Kau pasti ingin bertmu Senjaya yang lemah itu. Iya kan..?"
"Itu bukan urusan mu Randu. Apa kepentinganmu sebenarnya hah..?" Ayuni membentak.
"Hay. Kenapa kau jadi galak begitu. Aku hanya melakukan tugasku. Ayahmu cemas bila kau lama berduaan dengan Senjaya. Ayahmu tak menyukainya. Lebih baik kau menjauhinya. Lagi pula anak itu lemah. Bisa apa dia? Kalau ada hal yang buruk diperjalanan, mana bisa ia menolongmu.."
"Hahaha. Randu. Sebagai pengawal ayahku. Seharusnya kau mendoakan ku yang baik-baik. Bukan yang buruk. Lagi pula tau apa kau tentang ayahku..?" Wajah Randu pun menegang. Tak disangka Ayuni bersikap seperti itu.
"Kau keras kepala Ayuni. Baiklah. Tapi bila ada apa-apa dengan dirimu. Aku tak bertanggung jawab.."
"Aku bisa menjaga diriku sendiri. Lebih baik kau yang menyingkir dari hadapanku.." Merah lah wajah Randu. Hatinya membara, tapi ia tahan perasaan itu. Tak dinyana ia di hina seperti itu.
"Baik Ayuni..baik. silahkan.." Ia pun memberi jalan kepadanya. Lalu dalam hati ia bergumam.
"Aku harus berbuat sesuatu atas Senjaya keparat itu. Hmm lihat saja nanti.." Lalu ia meninggalkan tempat itu.
Senjaya yang telah lelah menyangkul tanah untuk mengairi sawah beristirahat sambil menggoyang boneka sawah. lalu burung hama pun berterbangan. Sejenak ia pun teringat dengan Ayuni yang kemarin menemaninya disini. "Begitu cantik gadis itu. Mengapa ia berani sekali berkenalan denganku. Hmm kemanakah bidadari itu. Sepertinya hari ini ia tak datang.." Senjaya bergumam dalam hati.
Matahari telah sampai di tengah langit. Para petani mulai meninggalkan sawahnya. Sementara Senjaya yang menunggu Ayuni mulai resah. Ia berpikir mungkin ayah Ayuni telah melarangnya pergi ke sawah. Atau mungkin saja memang Ayuni tak berminat lagi bertemu dengan dirinya.
"Lebih baik aku pulang saja bermain dengan kucingku. Ketimbang menunggu Ayuni. Siapalah diriku ini? Seharusnya aku sadar.. aku hanya se orang petani yang buruk. Lagi pula pastilah ayahnya melarang. karena kemarin pengawal itu pasti mengadu..ah sudahlah aku pulang saja.."
Senjaya tak tahu dibalik sebuah pohon ada Ayuni yang mendengar keluh kesahnya. Ia sengaja bersembunyi untuk menggoda Senjaya. Tetapi hati Ayuni senang mendengar keluh kesah Senjaya. Itu berarti Senjaya memang telah menunggu dirinya. Lalu dari balik pohon. Ayuni pun berkata.
"Kenapa kau berkata seperti itu Senjaya..?" Senjaya kaget mendengar suara itu. Ia menoleh kekanan dan kekiri. Tapi ia tak melihat siapapun.
"Ayuni. Kau kah itu? Dimana kau? Kenapa bersembunyi..?" Lalu dari balik sebuah pohon Ayuni pun menampakkan dirinya dengan malu-malu. Senjaya tertegun.
"Hay Ayuni. Kenapa kau bersembunyi? Apa kau mendengar yang tadi kukatakan..?"
"Sudah tentu aku mendengarnya. Pohon ini dekat dengan tempatmu duduk.." Merah lah wajahnya. Hatinya berdesir. Bukan main malunya senjaya. Hingga ia pun menjadi diam bagai batu kali sebesar kerbau.
"Hihihi. Kenapa kau jadi diam dan gugup begitu Senjaya..?"
"Aku malu. Siapalah aku ini. Tak sepatutnya aku berkata seperti itu. Maafkan aku Ayuni.." Ayuni pun mengerutkan keningnya
"Senjaya. Kau tak perlu minta maaf. Kamu tak bersalah apa-apa denganku. Buat apa kau minta maaf?. Dan kau pun tak perlu merendahkan dirimu. Aku tak pernah melihat seseorang dari rumahnya, dari pekerjaanya atau apalah itu.."
"Tapi kau anak seorang Demang Ayuni. Aku takut nanti ayahmu memarahiku bila kau sering berjumpa denganku.." Ayuni pun kembali tertawa cekikikan
"Hihihi..Senjaya kau ini aneh. Kau tak tau banyak tentang ayahku. Tapi se akan-akan kau paham siapa ayahku itu. Sudahlah Senjaya. Kau tak perlu bersikap seperti ini. Hei tadi kau mengatakan kau punya kucing peliharaan..?" Ayuni mengalihkan pembicaraan.
"Ya Ayuni. Aku punya 5 kucing peliharaan. Mereka lah yang menemaniku dikala senggang dirumah. Mereka masih kecil-kecil.."
"Wah pasti kucing itu lucu-lucu. Aku mau melihatnya. Dirumahku tak boleh memelihara kucing. Ayahku pasti mengusirnya bila ada satu saja kucing dirumah. Padahal waktu aku tinggal dirumah nenekku, aku juga memelihara kucing. Tapi cuma satu.."
"Ah kucing-kucing itu nakal Ayuni. Suka mencakar dan menggigit. Nanti kau pasti di gigitnya.."
"Hmmm tak apalah senjaya. Namanya juga kucing. Aku pun tau sifat-sifatnya. Apa mereka ada dirumahmu..?"
"Ya mereka pasti sedang ada dikamarku bermalas-malasan.."
"Marilah kita kerumahmu Senjaya. Oh ya maaf senjaya hari ini makananku habis.."
"Tak apa Ayuni. Marilah kalau kau mau kerumahku. Nanti kau makan saja disana.." Ayuni pun tersenyum senang. Lalu merekai melangkah menuju rumah Senjaya. Hari yang terik membuat Ayuni kepanasan. Mereka melewati jalan-jalan kecil melewati rumah tetangga Senjaya. Para tetangga pun heran melihat Senjaya berjalan dengan seorang gadis cantik. Siapakah ia? Saudaranya kah? Teman wanitanya kah?. Warga dusun sendang galuh memang tak pernah melihat wanita itu. Karena Ayuni yang tak pernah keluar rumah. Baru kali ini lah Ayuni berjalan jauh. Seorang wanita paruh baya dekat rumah Senjaya pun menyapa.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
👁Zigur👁
lagi apa sih urusan randu ini menghalangi ayuni. padahal ia cuma pengawal saja. dasar koplok
2024-07-04
2
Teteh Lia
sombong sekali sampai menyepelekan orang seperti itu.
2024-05-18
2
☆White Cygnus☆
kak, yang divisi alam gaib nya dihapus kah? kok gak ada. Btw semangat.
2024-04-19
2