"Aku akan mencoba merayap di dinding rumah ini.." Ia pun bersiap. Lalu perlahan lahan ia memanjat dinding rumah yang terbuat dari batu bata itu. Dinding rumah Ki Demang memang lebih tinggi dari tetangganya.
"Luar biasa. Kalau aku bisa memanjat seperti cicak di dinding ini. Pastilah aku bisa memanjat tebing yang tinggi.." Senjaya yang mengagumi dirinya itu tak sadar. Dibawahnya Ayuni sedang tertegun keheranan ketika Melihat Senjaya seperti cicak raksasa.
"Kakang apa yang kau lakukan?. Turunlah kang aku cemas melihatmu. Nanti kau jatuh kang.." Terkejut Senjaya mendengar suara Ayuni. Tapi ia tak turun.
"Tidak Ayuni. Aku tak akan jatuh. Aku sedang mempelajari keanehan baru pada diriku. Kau lihatlah aku seperi cicak saja. Hebat bukan,?"
"Apa kau ingin membuatku marah Senjaya.." Senjaya pun tersenyum. Sudah dua kali Ayuni bertanya seperti itu.
"Tentu tidak Ayuni,"
"Nah turunlah Kang. Sudah ku bilang aku cemas melihatmu. Kau masih saja seperti tokek di dinding.." Senjaya makin tersenyum.
"Baiklah bidadariku.." Senjaya jadi berdebar-debar. Tak sengaja ia mengatakannya. Kata-kata itu seperti keluar begitu saja.
"Kakang apa aku tak salah dengar,?"
"Mendengar apa Ayuni,?"
"Ihh kau jangan menggodaku Senjaya. Coba katakan lagi cepat,"
"Yang mana ayuni??. Ohh yang telur dadar itu,?"
"Kenapa jadi telur dadar sih? Memang wajahku seperti telur sadar Senjaya hah..?" Senjaya jadi tertawa kecil.
"Ihhh Senjaya. Mengapa kau malah jadi tertawa?. Apa kau ingin membuatku marah,?"
"Tentu tidak Ayuni. Baiklah bidadariku. Nah kau sudah mendengarnya. Sekarang apa kau ingin menamparku,?"
"Tidak Kakang. Tapi aku masih mau bertanya. Kenapa kau memuji ku seperti itu?. Katakanlah sesuatu.." Senjaya kembali gugup.
"Maaf Ayuni. Aku takut kau benar-benar akan marah,"
"Hmmm kalau kau tak jujur jelas aku marah. Nah katakanlah kakang,"
"Baiklah Ayuni. Jujur aku memang mencintaimu. Nah sekarang kalau kau mau menamparku silahkan,"
Ayuni memang mendekatinya. Dan senjaya pun sudah bersiap untuk di tampar. Tapi Senjaya malah tertegun dan gugup. Tiba-tiba Ayuni memeluknya.
"Kakang benarkah yang kau katakan itu.?" Masih dalam pelukannya Senjaya menjawab.
"Ya Ayuni. Aku pikir kau akan marah. Maukah kau terima cinta petani buruk ini Ayuni,?"
"Kau bukan petani yang buruk Kakang. Tapi walau begitupun aku menerima cintamu,"
Senjaya senang sekali mendengar jawaban itu. Tapi ia ingin segera melepaskan pelukan Ayuni. Ia cemas bila Ki Demang melihatnya.
"Ayuni. Aku takut Ayahmu melihat,"
"Biarlah. Aku tak peduli,"
"Hey..jangan begitu. Nanti Ayahmu bisa mencekik ku sampai mati" Sambil tertawa kecil ayuni pun melepaskannya.
"Kakang kalau kau memang serius mencintaiku kau harus cepat-cepat menikahiku. Kau harus melamarku.." Pikiran senjaya pun jadi berputar. Entah ia mau berkata apa. Tapi ia berkata juga.
"Tidak secepat itu Ayuni. Aku masih bingung. Aku belum punya apa-apa untuk membahagiakanmu,"
"Kau tak usah bingung Kakang. Kita bisa tinggal disini. Ayah pasti akan senang bila kau selalu ada disini. Kau bisa jadi pengawal pribadi Ayah,"
"Kau benar. Tapi aku perlu waktu ayuni. Aku ingin menyempurnakan kemampuanku dulu. Aku ingin belajar beladiri dengan Ayah. Dan aku berjanji. Di tahun ini, aku akan menikahimu,"
Ayuni pun tersenyum gembira. Hatinya jadi berbunga-bunga mendengar janji itu.
"Baiklah Kakang aku mengerti perasaanmu. Aku pegang janjimu. Tapi jangan kau mengecewakan aku,"
Namun hal yang tiba-tiba saja terjadi. Tubuh Senjaya bergetar hebat...wajahnya langsung pucat. Ia pun limbung. Ayuni yang terkejut, Langsung menahan tubuh Senjaya yang lemas. Dan langsung berteriak memanggil Ayahnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 119 Episodes
Comments
🇮 🇸 💕_𝓓𝓯𝓮ྀ࿐
kan/Joyful//Joyful//Joyful/
2024-08-05
0
👁Zigur👁
hmm cerita cintanya kurang greget bang moan. tapi oke lah ini kan novel silat. no problem.
2024-07-05
2
Teteh Lia
aman Ayuni, udah nempel sama dinding.
2024-05-22
2