Tak, tak, tak.
Asta melangkah kakinya memasuki perusahaan dan sesekali tersenyum untuk membalas sapaan dari beberapa karyawan yang berpapasan dengannya. Asta memang dikenal sebagai seorang atasan yang sangat ramah dan juga baik, tapi jika ada yang melakukan kesalahan fatal atau mengkhianatinya maka pria itu tidak segan-segan untuk memecatnya.
" Dia sudah datang? " gumam Asta tersenyum melihat Nita yang sudah berada di meja kerjanya.
Hari ini, Asta datang lebih pagi dari biasanya tapi ternyata Nita datang lebih pagi lagi. Sangat berbeda dengan sekretaris sebelumnya yang jarang sekali datang lebih dulu dari dirinya. Asta tidak terlalu mempermasalahkan itu selagi tidak terlambat dari jam kerja.
" Selamat pagi, Tuan Asta " sapa Nita saat Asta mendekat.
" Selamat pagi, Nita " balas Asta tersenyum.
Kemudian, Asta langsung masuk ke dalam ruangannya. Sedangkan Nita segera pergi ke pantry untuk membuatkan kopi untuk Asta. Nita sengaja tidak membuatkannya dari tadi karena tidak ingin kopi itu dingin sebelum Asta datang.
" Mau membuat kopi ya, Bu? Biar saya saja membuatnya dan nanti akan mengantarnya ke meja kerja Anda " ucap seorang OB yang melihat Nita mengambil toples berisi kopi hitam.
" Tidak usah, ini bukan untuk saya " tolak Nita karena kopi itu untuk Asta.
Nita tidak bisa membiarkan orang lain untuk membuatkan kopi untuk Asta karena pria itu mengatakan hanya ingin kopi buatannya saja.
" Oh iya, mulai sekarang saya yang akan membuatkan kopi atau yang lainnya untuk Tuan Asta dan itu perintah dari Tuan Asta sendiri. Mungkin tugas kalian hanya membersihkan ruangan Tuan Asta saja atau saat Tuan Asta membutuhkan bantuan " ucap Nita pada OB itu.
" Baik, Bu " jawab OB itu.
Setelah itu, Nita segera membuatkan kopi untuk Asta. Sepertinya sebelumnya, Nita kembali tidak menambah gula ke dalam kopi itu karena sekarang yang dia tahu jika Asta menyukai kopi pahit.
" Saya duluan ya " ucap Nita pada OB yang setelah selesai membuat kopi itu.
" Iya Bu " jawab OB itu.
Nita pun segera keluar dari pantry dan pergi ke ruangan kerja Asta dengan membawa secangkir kopi di tangannya.
" Silahkan, Tuan " ucap Nita meletakkan secangkir kopi itu di atas meja kerja Asta.
" Terima kasih, Nita " jawab Asta tanpa mengalihkan pandangannya dari layar laptopnya.
Mungkin ada sebuah pekerjaan yang sangat penting sehingga membuat Asta sangat fokus seperti itu.
" Maaf Tuan, apa yang perlu saya bantu? Kalau tidak, saya akan keluar dan kembali ke meja kerja saya " tanya Nita sebelum pamit keluar.
" Jangan, tetaplah di sini. Saya butuh bantuan kamu " jawab Asta menatap Nita sebentar.
Asta sedang memeriksa laporan dari direktur keuangan dan dia butuh bantuan Nita untuk memastikan bahwa laporan itu sudah benar serta tidak ada terjadi kecurangan. Walaupun selama ini direktur keuangan perusahaan itu adalah orang yang baik dan jujur, tetap saja Asta harus berhati-hati karena tidak ingin sampai ada pengkhianatan atau kecurangan lagi yang akan membuat perusahaan rugi.
" Kemarilah, Nita. Lihat dan periksa laporan keuangan ini dengan teliti, lalu pastikan apa sudah sesuai dengan semua pengeluaran serta pemasukan yang ada di berkas ini " perintah Asta pada Nita.
" Baik, Tuan " jawab Nita.
Nita segera mendekat dan berdiri di samping Asta agar bisa melihat semua itu dengan jelas. Nita yang sudah memiliki pengalaman bekerja di sebuah perusahaan besar tentu saja tidak akan kesulitan untuk melakukan itu, terlebih dia adalah orang yang sangat teliti.
Sementara Nita sedang memeriksa laporan keuangan itu, Asta tanpa sadar terus memandangi wajah cantik dari wanita itu. Posisi Nita yang tepat berada di samping Asta membuat wajah mereka berdua begitu dekat, apalagi Nita sedang menunduk untuk bisa melihat layar laptop di meja kerja Asta.
" Cantik " puji Asta tanpa sadar.
Saat ini Asta memang sangat terpesona dengan kecantikan yang dimiliki oleh Nita. Rasanya seperti enggan berpaling dan hanya ingin memandang wajah cantik itu saja.
" Maaf Tuan, Anda bicara sesuatu? " tanya Nita yang sempat mendengar Asta bicara sesuatu tetapi tidak jelas.
Asta pun langsung tersadar dan menggelengkan kepalanya. " Tidak. Saya tidak bicara apa-apa " jawab Asta tersenyum canggung.
Entah Nita sadar atau tidak, tetapi Asta sangat malu seperti tertangkap basah memandangi dan memuji kecantikan sekretarisnya itu.
Sedangkan Nita sendiri segera memundurkan tubuhnya dan berdiri dengan tegak setelah menyadari jarak wajahnya dan wajah Asta begitu dekat. Sayang karena gerakannya yang terlalu cepat, membuat Nita kehilangan keseimbangan tubuhnya.
" Aaaa " pekik Nita saat akan terjatuh.
Beruntung sebuah tangan yang tidak lain dan tidak bukan milik Asta menarik pinggang rampingnya, sehingga Nita tidak harus terjatuh menyentuh lantai. Nita memang tetap terjatuh tapi jatuh tepat di pangkuan Asta.
Dag, dig, dug.
Suara jantung keduanya terdengar cukup keras dan saling bersahutan. Baik Asta maupun Nita merasakan debaran yang tidak biasa di dada mereka. Mata yang saling menatap dan tubuh yang saling menempel serta tangan Asta yang masih memeluk pinggang Nita, menciptakan sebuah adegan romantis untuk orang yang melihatnya.
" Apa ini? Mungkinkah aku jatuh cinta pada Nita? Tapi rasanya ini lebih hebat dibandingkan saat aku berada di dekat Jane dulu " batin Asta tidak bisa memalingkan wajahnya dari Nita.
" Ya Tuhan, kenapa jantungku berdetak sangat kencang seperti ini ketika berada di dekat Tuan Asta? " batin Nita pula yang juga merasakannya.
Sebagai orang yang sama-sama pernah merasakan jatuh cinta, Asta dan Nita tentu paham apa yang mereka rasakan itu tapi keduanya tidak ingin terlalu cepat menyimpulkan. Apalagi mereka belum lama mengenal dan tidak memiliki kedekatan khusus, Nita juga selalu ingin membatasi hati agar tidak jatuh cinta pada atasannya itu.
" Nita, apa di dalam dadamu sedang ada pesta? Kenapa terdengar sangat ramai dan seperti ada yang sedang berdisko " ucap Asta yang membuat Nita tersadar.
" Ah, ti-dak, Tuan. Mana mung-kin ada pesta di dalam da-da saya. I-ni cuma detak jantung saya saja, bukan seperti ada yang ber-disko " jawab Nita dengan sangat gugup hingga berbicara saja sampai terbata-bata.
Selain merasa sangat gugup, Nita juga merasa sangat malu karena harus terjatuh di pangkuan Asta. Nita berusaha untuk bangkit tetapi tertahan karena tangan Asta masih memeluk pinggangnya.
" Tuan, tolong tangan Anda lepaskan dari pinggang saya " pinta Nita dengan wajah yang memerah.
" Eh iya, lupa " jawab Asta tersenyum malu.
Asta pun segera melepaskan tangannya dari pinggang Nita dan membantu wanita itu untuk bangkit dari pangkuannya. Setelah itu, mereka berdua melanjutkan pekerjaan yang memang belum selesai walaupun dengan kondisi yang sangat canggung.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments