Sesampainya di kebun binatang, Asta langsung mengajak Nita dan Farel untuk turun. Sebelum memasuki area kebun binatang itu, mereka harus membeli tiket terlebih dahulu agar bisa masuk dan membeli beberapa makanan untuk binatang-binatang yang diperbolehkan untuk diberikan makan.
" Nita, tolong ambil dompet di kantong celana saya dan bayar semuanya " ucap Asta yang sedang menggendong Farel.
" Ah, biar pakai uang saya saja yang bayar, Tuan " ucap Nita pada Asta.
Selain karena merasa tidak enak jika Asta yang membayar tiketnya dan sang putra, Nita juga merasa tidak sopan jika harus mengambil dompet dari dalam kantong celana Asta walaupun sang pemilik yang menyuruhnya.
" Jangan, Nita. Saya yang mengajak kamu dan Farel jadi saya yang harus membayarnya " larang Asta dengan tegas.
" Cepatlah ambil dan bayar. Masih banyak orang yang ingin membeli tiket juga di belakang kita " lanjut Asta sedikit memaksa.
Nita melihat ke belakang dan memang cukup banyak orang yang mengantri untuk membeli tiket di sana. Setiap akhir pekan memang banyak sekali pengunjung kebun binatang yang menikmati waktu bersama keluarga di sana. Mau tidak mau Nita harus mengambil dompet dari kantong celana Asta itu agar mereka bisa cepat masuk dan tidak membuat orang-orang itu mengantri semakin lama.
" Maaf, Tuan " ucap Nita dengan tidak enak hati.
Tangan Nita terulur mengambil dompet di dalam kantong Asta yang untungnya tersimpan tidak terlalu dalam. Nita mengambil dua lembar uang berwarna merah dan memberikannya kepada penjaga tiket.
" Terima kasih, Pak, Bu. Silahkan masuk dan semoga hari kalian menyenangkan " ucap penjaga tiket itu dengan ramah.
Asta dan Nita pun hanya tersenyum lalu mereka berdua bersama Farel segera masuk ke area kebun binatang itu.
" Tuan, dompet Anda bagaimana? " tanya Nita menunjukkan dompet itu dan dia sedikit ragu untuk memasukkannya kembali ke dalam kantong celana Asta.
" Kamu simpan saja dulu " jawab Asta.
Mereka berdua terus berjalan memasuki area kebun binatang itu dengan Asta yang masih menggendong Farel. Nita juga membawa makanan yang nanti akan diberikan kepada para bintang.
" Om Baik, kita ke sana ya. Aku mau melihat rusa di sana " pinta Farel melihat beberapa rusa di dalam pagar kayu.
" Oke, kita ke sana sekarang " jawab Asta segera berbelok.
Farel begitu semangat saat mereka menuju tempat para rusa itu. Sedangkan Nita yang berjalan di belakang Asta pun tersenyum karena tidak pernah melihat putranya sebahagia ini sebelumnya.
" Om Baik, Bunda, rusanya banyak sekali " ucap Farel sangat antusias melihat rusa-rusa itu.
" Farel mau kasih makan rusa-rusa itu? " tawar Nita pada sang putra.
" Iya Bunda. Farel mau kasih makan rusa-rusa itu " jawab Farel.
Asta pun segera menurunkan Farel dari gendongannya agar anak laki-laki itu lebih mudah untuk memberikan makanan pada rusa-rusa itu. Nita memberikan satu buah wortel yang sudah mereka beli untuk makan binatang-binatang itu.
" Om Baik, rusaknya tidak akan gigit tangan Farel, kan? " tanya Farel sebelum memberikan wortel di tangannya pada rusa itu.
Sepertinya Farel sedikit ragu dan takut untuk memberikan wortel itu karena ini adalah pertamanya dia memberikan makanan pada binatang yang cukup besar seperti ini.
" Tidak, Sayang. Rusa itu baik dan tidak akan gigit tangan Farel " jawab Asta tersenyum.
Kemudian Asta memberikan contoh dengan memberikan wortel itu pada salah satu rusa agar Farel tidak ragu dan takut memberikan wortel itu juga.
" Lihat kan, rusanya baik " ucap Asta setelah berhasil memberikan makanan pada rusa.
" Iya Om, rusanya baik " jawab Farel tidak takut lagi.
Farel pun segera berjalan mendekati salah satu rusa dan memberikan wortel di tangannya.
" Wah, anak Bunda ini hebat dan pemberani " puji Nita dengan tepuk tangan karena putranya itu berhasil memberikan makanan pada rusa itu.
" Benar, Farel memang sangat hebat " tambah Asta mengusap kepala Farel.
Farel merasa sangat senang karena mendapatkan pujian dari Asta dan Nita. Rasanya Farel seperti mendapatkan kasih sayang dan sosok seorang ayah dari Asta.
" Sekarang Farel mau lihat binatang apa lagi? " tanya Asta sembari mereka berjalan meninggalkan tempat rusa-rusa itu.
Mereka bertiga berjalan dengan Farel yang ada di tengah sambil menggandeng tangan Asta dan Asta di kanan kirinya. Sungguh, mereka terlihat seperti sebuah keluarga yang sangat bahagia dan sedang menikmati akhir pekan dengan mengajak anak mereka jalan-jalan di kebun binatang.
" Mau lihat jerapah, Om. Kata teman Farel yang sudah pernah pergi ke kebun binatang, leher jerapah lebih panjang daripada yang di dalam buku " jawab Farel karena salah satu temannya pernah bercerita tentang jerapah.
" Kalau begitu kita ke tempat jerapah sekarang, supaya Farel bisa melihat betapa panjangnya leher jerapah " ucap Asta pada Farel.
" Iya Om Baik " jawab Farel tersenyum.
Nita hanya menurut dan ikut saja kemana perginya Asta dan Farel.
" Kenapa Tuan Asta sebaik ini? Bahkan Farel sangat senang dan bahagia saat bersama dengan Tuan Asta " batin Nita menatap Asta yang asik berbicara dengan Farel.
Saat sudah berada di tempat jerapah berada, Farel terlihat lebih antusias lagi karena jerapah adalah binatang yang ingin sekali dia lihat. Asta juga langsung mengangkat tubuh kecil Farel untuk duduk di atas pundaknya agar bisa melihat jerapah itu lebih dekat.
" Om Baik, kenapa leher jerapah bisa panjang seperti ini? " tanya Farel pada Asta.
" Karena untuk mengambil makanan di tempat yang tinggi, Farel. Di rumah jerapah yang jauh di sana itu sering kekeringan dan cuma pohon-pohon besar yang bertahan hidup. Kalau leher jerapah pendek, nanti dia tidak bisa makan daun dari atas pohon. Leher jerapah yang panjang itu juga untuk melihat binatang buas dari jauh jadi kalau ada singa atau harimau, jerapah bisa langsung lari dan selamat " jawab Asta sebisa mungkin dengan bahasa yang bisa dimengerti oleh anak seusia Farel.
Farel mengangguk-anggukkan kepalanya dan sepertinya anak itu mengerti dengan jawaban yang Asta berikan.
" Oh begitu ya, Om. Leher panjang jerapah untuk ambil makan di pohon " ucap Farel yang ternyata memang mengerti.
" Iya Sayang " jawab Asta tersenyum.
Farel adalah anak yang pintar sehingga mudah mengerti apa yang dikatakan oleh Asta, apalagi pria itu berusaha menjawab dengan bahasa yang mudah di pahami. Asta juga sering diberikan pertanyaan-pertanyaan seperti oleh Melody sehingga sudah cukup terbiasa menghadapi anak kecil.
" Bagaimana? Apa saya sudah pantas jadi seorang ayah? " bisik Asta pada Nita di sampingnya.
" Sangat pantas, Tuan. Anda bisa menjawab pertanyaan Farel dengan mudah dan Farel cepat mengerti " jawab Nita tersenyum.
Entah apa maksud pertanyaan Asta itu tapi memang Asta sangat terlihat jika dia sangat pantas menjadi seorang ayah, selain dari usianya yang memang sudah sangat cukup memiliki seorang anak.
***
Mohon bantuan vote, like dan komentarnya ya 😊 Terima kasih 😊🙏 Tetap dukung saya ya 😘
Tolong follow akun NT saya " Gadis Taurus " ya 😘
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 123 Episodes
Comments