Bab 15

Waktu agaknya tak dapat berhenti sampai di sana, Altair tersadar berada dalam tubuh seorang pangeran.

Mata merah dan rambut hitam, sama seperti wajah dirinya di dunianya. Dia bernama Mattias Lapileon, Altair menjalani hidupnya sebagai pangeran yang di penuhi dengan tipu muslihat dan banyaknya percobaan pembunuhan.

Sang pangeran mahkota yang saat itu merupakan saudara Altair memiliki fisik yang begitu lemah, bukan tanpa alasan. Tubuhnya sangat lemah akibat banyaknya percobaan pembunuhan dan racun untuk membunuhnya, meski pada akhirnya selalu gagal.

Waktu berlalu terus menerus hingga akhirnya Mattias di tugaskan di perbatasan bernama kota Altair, pada awalnya Mattias tak menyangka akan adanya tempat yang di rasa sangat familiar dengan namanya, hingga akhirnya Mattias berangkat. Gambaran cintanya bersama Alena menjadikan semangatnya untuk hidup, dia mempelajari banyak sihir dan do'a suci agar dapat kembali. Namun tak ada yang menjelaskan tentang perpindahan jiwa.

Waktu terus berlalu hingga sang kakak di nobatkan sebagai raja, dan dirinya memiliki gelar Duke dari Altair, akhirnya Mattias memiliki nama Mattias Altair Lapileon. Namun kekejaman di istana terus berlangsung, hingga muncul sosok bernama Alena.

Tak ada rasa tertarik sedikitpun dalam hati Mattias pada Alena, dia sangat membenci sikap Alena yang tak berfikir jauh. Dia bahkan rela mengorbankan segalanya demi sang pangeran mahkota.

Hingga suatu hari, sebuah kekejaman dan peperangan internal memicu adanya konflik dalam kerajaan. Dengan sebuah janji yang sudah di ucapkan oleh raja sebelumnya, akhirnya Mattias memutuskan untuk membentuk sebuah Kekaisaran. Nama kaisar pertama dalam tanah tersebut adalah Mattias Altair.

Begitulah kisah singkat hidup Mattias, Mattias meninggal dan memberikan Kekaisaran tersebut pada sang murid dengan gelar yang sama hingga Kerajaan Lapileon dan Kekaisaran Altair tak pernah bersatu kembali.

Namun setelah kaisar ke 3, Mattias Altair tiba-tiba kembali terbangun menjadi Pangeran. Hingga akhirnya dia kembali meninggal dan kejaian itu terus berulang hingga berpuluh-puluh kali.

Suatu ketika, Mattias yang telah lelah dengan reinkarnasi akhirnya menemukan sebuah buku kosong dengan sampul Lapileon. Mattias menceritakan seluruh kejadian di Lapileon berdasarkan sudut pandangnya, hingga sebuah tanda tangan akhir menjadikan sebuah segel terbuka dan sebuah dimensi akhirnya menampakkan wajahnya.

Mattias masuk ke dalam dimensi tersebut dan menemukan dunia yang semula dirinya tinggali, sosok wanita tiba-tiba melintas di hadapan Mattias.

"Alena, kamu yakin akan bertahan di perusahaan yang akan bangkrut itu?" Tanya seorang wanita berperawakan besar.

"Yakin, lagi pula tempat itu bagus." Jawab sosok bernama Alena itu.

"Ck, kamu gak berubah ya Al. Apa kabar sama Tuan Al?" Tanya wanita gendut itu lagi, Alena mengangkat alisnya tak mengerti.

"Al? Maksudmu siapa?" Tanya Alena, sosok wanita gendut itu menghela nafas dan memasuki sebuah bus.

"Itu cincin di tangan mu loh?" Alena terkekeh mendengar jawaban sahabatnya, dia sekilas menatap Mattias yang tengah meneteskan air matanya. Wajah sendu serta mata merah itu seolah membawa Alena pada sesuatu yang sulit dia ingat, wajah Mattias yang tertutup rambut lebat hingga tak membuat dirinya melihat dengan jelas.

"Anda tidak apa-apa?" Alena menyerahkan sapu tangan pada Mattias, mata Mattias kembali berlinang dengan cairan garam. Ingin sekali Mattias menceritakan semua kejadian yang dia alami pada Alena, namun mungkin Alena akan menganggapnya sebagai seorang pembohong.

"Saya tidak apa-apa, terima kasih Nona." Ucap Mattias berdiri dan meninggalkan Alena begitu saja, Alena juga tak berpikir jauh. Dia memasuki sebuah bus untuk pulang.

.

.

.

Hati Mattias yang berkecamuk memunculkan sebuah ide tak masuk akal, selama satu bulan di dunia itu Mattias mengumpulkan uang dan tidur di sembarang tempat. Namun, sehari saja dia tak pernah kehilangan jejak Alena.

Mattias membeli sebuah ponsel pintar dan menulis sebuah novel, kisah dunianya yang kacau. Namun buku itu mendapatkan banyak komentar pedas, hal itu tak membuat semangat Mattias luntur. Lambat laun pembaca mulai bertambah dan novel itu berhasil terbit cetak.

Buku kuno yang membawa Mattias pada dunia itu akhirnya memperlihatkan kembali cahayanya, Mattias sadar bila mungkin dia di beri kesempatan namun tak akan bertahan selamanya.

Cling!

Buku itu menjelma menjadi sosok bocah laki-laki dengan mata yang indah layaknya gemerlap bintang di malam hari. Kulitnya hitam dengan rambut berwarna perak.

"Kau ternyata memiliki jiwa?" Tanya Mattias saat mata indah itu terbuka.

"Altair, kita hidup bersama sejak kau membuka mata. Aku hanya akan bertahan selama dua purnama dalam dunia ini." Ucap buku tersebut, Mattias menghitung hari yang telah dia lalui kini sudah hampir 55 hari.

"Hanya tersisa 5 hari?" Tanya Mattias, jiwa buku tersebut mengangguk seraya kembali berubah menjadi buku tua.

"Dia hidup sejak aku membuka mata, itu berarti dia juga yang membawa aku ke dalam dunia baru." Mattias menghela nafas berat, namun ini adalah kesempatan terindah dari waktu yang begitu banyak telah dia habiskan.

"Apa ada cara membawanya?" Mattias menatap langit-langit kamar yang selama satu bulan terakhir menjadi tempat tinggalnya.

"Dia bisa ikut bersam kita, bila jiwanya masuk ke dalam portal. Bila raganya ikut masuk maka jiwanya juga akan hangus." Jawab buku tua itu.

Deg!

Jantung Mattias seolah berhenti sejenak, itu artinya Alena harus meninggal baru bisa ikut bersamanya.

"Wanita pujaan mu akan masuk ke dalam tubuh wanita yang memiliki hati paling murni dan tulus, di seluruh kerajaan Lapileon." Buku tua itu kembali menjelaskan, Mattias tertegun namun dia juga tak mungkin membunuh Alena dan mengambil jiwanya.

"Apa ada cara lain?" Tanya lagi Mattias, dia merasa kacau bila harua melakukan hal segila itu.

"Tidak ada," jawab buku tua, Mattias pada akhirnya pasrah.

Suatu hari, Alena mendapatkan surat pemecatan. Namun Alena yang memang memiliki otak cukup cerdas tak memusingkan hal itu.

"Bukankah itu buku, dunia kacau?" Tanya Mattias akhirnya memiliki keberanian menyapa Alena saat wanita itu hendak menuju lantai tertinggi perusahaan tersebut.

"Ah, iya. Penulisnya sangat hebat merangkai kata, aku bahkan dapat merasakan bila aku berada di tengah-tengah kehidupan semacam itu." Jawab Alena dengan senyum manisnya.

"Aku mau ke atas, anda kena PHK?" Tanya Alena menatap wajah sendu Mattias yang tak biasa.

"B-benar, saya merasa sangat kesulitan." Jawab Mattias, Alena kembali tersenyum dan menepuk bahu Mattias.

"Perjalanan hidup tak hanya sampai hari ini, percayalah bila hari esok akan lebih baik!" Alena memberikan motivasi sebelum akhirnya melangkah pergi.

Waktu berganti sore dan berubah menjadi malam, malam yang terasa sunyi. Namun Mattias merasakan kerisauan luar bisa di dadanya. Haruskah dirinya membawa jiwa Alena? Atau pergi dengan tangan kosong?

Terpopuler

Comments

Sulati Cus

Sulati Cus

ternyata bener kan😂

2024-03-14

1

!M@m@#

!M@m@#

cerita yg bagus dan menarik..../Smile/

2024-02-22

0

C1nt4

C1nt4

cerita yg bagus thor selalu di tunggu upnya

2024-02-22

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!