Bab 2

Dan sialnya bagi Alena adalah, Evelin adalah adik tirinya di masa depan. Cap, sebagai anak haram akan di miliki Alena di masa depan, sedangkan Mamanya akan menjadi sosok ibu tiri jahat. Yah, tak beda dengan kisah-kisah tuan putri di Negri dongeng.

Alena teringat bagaimana komentar pedas para pembaca pada sosok ibu Alena, dia juga ingat bagaimana sumpah serapah pembaca tentang Alena, Alena menghela nafas berat teringat hal tersebut.

"Masih tersisa sekitar satu tahun lagi, tapi alasan utama pernikahan ibuku adalah aku sendiri. Aku tidak boleh membiarkannya menikah dengan pria kurang ajar itu! Aku juga harus mulai merubah keadaan di sini, demi bertahan hidup!" Alena mengepalkan tangannya.

Dalam novel tersebut Alena akan mati di ujung pedang sang Putra Mahkota dan ibunya akan di gantung sebelum Alena di eksekusi, Alena yang sebenarnya sangat mengagumi Putra mahkota dan sangat mencintainya dengan tulus.

Namun akibat kepolosan dan kebodohannya, Alena justru hanya di manfaatkan oleh Putra mahkota dan kesuciannya terenggut oleh pria bejat itu.

"Baiklah Alena yang cantik, sekarang kamu harus merubah keadaan." Alena menatap kamarnya yang super duper mewah itu, memang tidak heran kemewahan di rasakan oleh Alena karena dia adalah cucu dari keluarga Daisy.

Keluarga Daisy adalah keluarga yang tak memiliki gelar bangsawan, sang kakek juga tidak menginginkannya. Mereka adalah pengusaha yang terkenal dan sangat di hormati bahkan sang Raja harus tunduk padanya.

Kekuasaan dan uang yang di miliki keluarga Daisy tak terhingga jumlahnya, sedangkan penerus dari keluarga tersebut adalah sang Kakak Elena benama Elektra Daisy.

Meski namanya terkesan cewek banget, namun dia adalah seorang pria yang sangat penuh tanggung jawab. Elektra mendapatkan pelatihan khusus dari sang Kakek dan selama dua bulan terakhir Elektra belum pulang.

Brak!

"Alena?" Seorang pria membuka paksa kamar Elena dengan terengah-engah. Mata Alena langsung terbelalak dan menatap sosok pria bermata biru itu dengan ragu.

"Kak Elektra?" Alena nampak ragu namun sosok tersebut langsung memeluk Alena dan mengecup kening adiknya itu.

"Kau baik-baik saja?" Tanya Elektra khawatir, Alena mengangguk dan tersenyum lembut.

"Syukurlah, saat aku mendapatkan kabar, aku langsung kabur dari Kakek dan ke mari, heheh.." Elektra terkekeh dan Alena juga tersenyum mendengar celotehan sang Kakak.

"Apa Kakak lelah? Ini sudah sangat larut kak, sebaiknya Kakak istirahat dulu." Saran Alena membuat perasan hangat tersendiri pada Elektra.

"Kau sedikit berubah Alena, tapi aku menyukainya." Elektra mengelus pipi Alena dan berlalu meninggalkan Alena sendirian, Alena hanya tersenyum saat sang Kakak nampak tersenyum sebelum menutup pintu.

Di balik pintu nampak banyak kerumunan pelayan dan ibu Alena yang menunggu Elektra bercerita, Elektra tersenyum dan memasang wajah serius.

"Dia nampak baik-baik saja, aku justru menyukainya yang sekarang, tatapannya hangat penuh dengan harapan. Ucapannya terdengar lembut dan hangat, membuatku merasa nyaman." Jawab Elektra, beberapa pelayan mengangguk setuju.

"Anda benar Tuan, saya bahkan berharap Nona akan seperti ini selamanya." Tutur salah seorang pelayan, tak ada yang membantah harapan itu seorangpun.

Selama ini Alena adalah seorang gadis yang memiliki banyak keinginan, selalu berpenampilan mencolok dan berteriak sudah menjadi kebiasaannya, hanya ada satu orang yang di matanya di manusiakan, dia adalah sang Putra mahkota.

.

.

.

Pagi hari tiba, Alena menggunakan celana berkuda dan baju longgar yang cukup hangat. Salju masih turun dan matahari juga belum terlihat, tapi Alena sudah bertekad.

Alena merapikan semua bonekanya dan menaruhnya di sudut ruangan, Alena juga menaruh parfum yang beraroma mencolok di sana. Selain itu, Alena juga memisahkan beberapa gaun yang terlalu mencolok baginya.

Para pelayan pada akhirnya bangun dan terkejut saat mendapati Nona muda meraka yang nampak tengah memisahkan barang-baranya.

"Ya ampun Nona, apa ada yang bisa saya bantu?" Tanya salah seorang pelayan.

Alena tersenyum ramah dan mengikat rambutnya dengan kencang, beberapa pelayan hanya tersenyum melihat perubahan sang Nona yang terlalu mendadak itu.

"Apa pakaian itu bisa di jual?" Tanya Alena menunjuk beberapa gaun mewahnya, beberapa pelayan nampak mengangguk pasti.

"Baiklah kalo begitu, siang ini kita akan membagikan sembako pada warga yang kedinginan. Jual pakaian itu, dan beli beberapa pakian hangat dan selimut. Dan boneka-boneka ini kita akan membagikannya pada anak-anak yang kedinginan. Oh ya, apa parfum ini juga bisa di jual?" Tanya lagi Alena dan beberapa pelayan yang melongo hanya mengangguk.

"Jual juga ini, beli banyak beras dan kita masak besar hari ini. Kita bagikan makanan hangat bagi para warga yang kedinginan, semalam aku melihat beberapa warga kedinginan di luar sana." Alena menunjuk ke luar jendela, beberapa pelayan nampak meneteskan air matanya dan saling berpelukan.

"Astaga Nona, apa ini benar-benar anda?" Tanya salah seorang pelayan, Alena hanya terkekeh dan mengganti beberapa peralatan kamanya dengan yang lebih nyaman.

Alena juga mengeluarkan barang-barang yang tak berguna menurutnya. Alena mengganti gorden dan hiasan kamar itu dengan warna yang lebih nyaman dan tidak mencolok.

Elektra yang baru bangun hanya menatap keriuhan itu dengan tanda tanya besar, Alena yang berada di tengah-tengah mereka seolah menjadi pemimpin di antara mereka semua.

"Kamu ngapain Al?" Tanya Elektara bingung, Alena tersenyum dan terkekeh kemudian.

"Mau bantu dananya Kak?" Tanya Alena tertawa seraya menyodorkan tangannya dengan ceria.

Suasana kediaman megah itu seketika riuh di datangi banyak bangsawan yang menginginkan barang Alena yang di jual dengan harga yang cukup terjangkau, Elektara yang melihat itu hanya mampu tersenyum melihat gaya sang adik yang berubah pesat itu.

"Bu, apa ini tidak apa-apa?" Tanya Elektra menatap sang ibu yang sama memperhatikan tingkah putrinya.

"Biarkan saja, kita tunggu dulu apa yang sebenarnya akan dia lakukan." Tutur sang ibu hingga mereka sarapan bersama dan Alena terus melakukan segala rencana hidupnya yang belum kesampaian di kehidupan sebelumnya.

Alena pernah bermimpi untuk membangun banyak panti asuhan dan panti jompo yang dia biayai sendiri, Alena juga pernah bermimpi membangun sekolah bagi mereka yang membutuhkan. Semua itu semata-mata adalah impian Alena karena Alena adalah seorang anak yatim piatu yang terkesan beruntung.

Namun mimpi itu tak sempat Alena wujudkan di kehidupan sebelumnya, Alena berjanji pada dirinya sendiri bila impian itu akan dia wujudkan dalam kehidupannya kala itu.

Para pelayan hari itu akhirnya merasakan kesibukan yang sesungguhnya, namun mereka senang saat dapat bersenda gurau tanpa adanya batasan seperti itu. Mereka membuat bubur dengan jumlah yang banyak dan beberapa toping seperti ayam goreng hangat dan sup kacang menjadi pilihannya.

Terpopuler

Comments

Dewihalu

Dewihalu

harus up banyak sih ini,jgn biqrkan menggantung ,kl bs tamat secepatnya hahahaha

2024-03-13

2

CaH KangKung,

CaH KangKung,

nyimak...🥀🥀

2024-03-10

1

Ibuk'e Denia

Ibuk'e Denia

hadir di karyamu thor

2024-03-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!