Bab 5

Alena mengangkat pundaknya tidak perduli, layaknya dalam sebuah Novel pada umumnya. Alena sebenarnya berperan sebagai wanita penggoda.

Setelah Putri mahkota di tetapkan, Alena nekat dan meminta sang ibu menikah dengan ayah Evelin demi mendapatkan gelar bangsawan. Alena juga menjadi selir putra mahkota yang sering berbuat jahil namun juga yang mengerjakan semua tugas yang ada.

"Haaah," Alena menghela nafas berat mengingat cerita sebenarnya. "Lalu apa lagi?" Tanya Alena nampak biasa saja.

"Kamu tidak marah?" Tanya Elektra menatap Alena dengan penuh selidik.

"Enggak tuh, biasa aja malah." Alena mengangkat bahunya tidak perduli.

"Putra mahkota juga mengajukan dirimu sebagai calon Duchess Altair. Begini, meski kau mungkin tidak menyukainya. Aku minta tolong pada mu untuk menolaknya dengan sopan, aku tahu kamu sangat menyukai Putra mahkota, jangan terbakar amarah. Bersikap tenang dan lakukanlah yang terbaik, bagaimana?" Nampak mata Elektra yang khawatir.

"Kak, dari mana kakak mengetahui segalanya? Aku tidak yakin itu sudah tersebar begitu saja?" Selidik Alena, Elektra seketika terkesiap dan menatap sekeliling.

"Ah pokonya kamu jangan sampai melakukan hal gegabah Al, masa depan kami tergantung pada mu sekarang." Tutur Elektra menarik Alena kembali pada tengah-tengah acara.

Acara dansa juga berlangsung meriah, wajah Elektra nampak pucat seperti mayat meski Alena beberapa kali berusaha menenangkan sang kakak.

"Terima kasih kepada para tamu undangan yang telah hadir malam ini, sesuai dengan apa yang kalian perkirakan. Putra ku saat ini sudah dewasa, dan sudah menentukan masa depannya bersama pilihannya. Lady Evelin Marsell, selain itu saya juga sudah memilihkan seorang Nona untuk menjadi pasangan Duke Altair." Seketika suasana menjadi gempar, mungkin pengumuman pemilihan putri mahkota bukanlah hal yang sangat mengejutkan.

Namun, di ibu kota ini siapapun tak mungkin ingin tinggal di Altair yang merupakan sebuah tempat tandus di mana peperangan sering terjadi, selain itu semua orang nampak sudah mempersiapkan penolakan. Bagaimanapun Duke Altair di juluki Monster, pisikop4t, dan P3mbunuh berdarah dingin.

'Ini terakhir kalinya aku membantumu sebagai ayah, aku tak bisa melakukannya lagi di masa depan.' Lirih hari sang raja yang menahan amarah sekaligus menatap Mattias yang nampak acuh tak acuh. Sebagai seorang kakak beliau ingin memberikan yang terbaik bagi adiknya.

"Nona Alena Daisy, aku memilih mu." Ucap sang raja, putra mahkota nampak tersenyum penuh kemenangan. Karena bagaimanapun Putra mahkota sangat yakin bila Alena pasti akan menolak, memaki dan membentak seperti sikapnya selama ini.

"Alena, berhati-hatilah dalam berucap." Bisik Elektra, Alena tersenyum mengangguk dan maju dengan anggunnya.

"Hormat kepada matahari kerajaan, yang mulia saya merasa terhormat mendapat kesempatan ini. Saya Alena Daisy menerima perjodohan ini." Ucap Alena dengan tegas dan penuh keyakinan.

Semua orang tertegun mendengar itu, Elektra melotot mendengar ucapan Alena. Bahkan Mattias yang merupakan sosok monster yang sangat di takuti itupun langsung tertegun sejenak. Wajah pucat kini nampak menghiasi wajah Putra mahkota dan senyum terpampang di bibir sang raja.

"Duke dari Altair, bagaiman menurut anda?" Tanya sang raja dengan senyum yang tak pudar.

"Hormat kepada matahari kerajaan, saya-" Mattias nampak menatap Alena merasa iba, Alena tersenyum penuh keyakinan. "Saya menerima perjodohan ini." Ucap lagi Mattias, meski wajahnya belum terlihat namun jujur saja saat itu dia tengah menahan gugup luar biasa.

Semua orang akhirnya bersorak, begitupun dengan Elektra yang langsung memeluk Alena dan Mattias seraya menepuk-nepuk bahu Mattias tanpa ragu.

"Selamat Tuan Duke, kita bakal jadi saudara nih." Bisik Elektra hingga membuat mata Alena menyipit melihat kedekatan tak biasa itu.

"Perhatikan sikap mu bodoh! Kau sedang di mana sekarang?" Gertak Mattias dingin, namun hal itu tak mengubah sikap Elektra.

"Besok, kita bicara lebih rinci." Tutur Mattias berjalan menjauhi tempat tersebut dan meninggalkan acara yang masih berlangsung hingga sangat larut itu.

Alena juga kembali bersama sang kakak yang terus bergumam akibat mabuk, sedangkan Alena tak menyentuh alkohol sedikitpun dan memilih berkepala dingin malam itu. Seharusnya malam itu Alena menolak lamaran itu dengan makian dan kata-kata kasar.

"Ah ya ampun, dia memang agak serem." Alena menghela nafas setelah mandi dan melemparkan tubuhnya ke atas kasur.

Kejadian itu juga menggemparkan kediaman Daisy, bahkan sang Kakek langsung mengambil inisiatif untuk berangkat menuju kediaman cabang, yang kini di tinggali Alena.

Keesokan harinya berita mengenai putri mahkota langsung tersebar namun itu tak seheboh berita panas Alena dan Mattias hingga sosok yang berada di balik layar kini menahan amarah luar biasa.

.

.

"I-itu, kereta kuda dari Altair." Ucap seorang penjaga kediaman Daisy, semua orang langsung riuh saat melihat sosok pria dengan tampilan menyeramkan keluar dari dalam kereta kuda.

Alena juga langsung di dandani layaknya seorang bangsawan, begitupun dengan Elektra dan sang ibu yang sudah menyapa Mattias lebih dahulu.

"Cuaca saat ini masih dingin, sebaiknya kita berbicara di dalam." Ibu Alena mempersilahkan Mattias masuk. Mau bagaimanapun mereka bukanlah bangsawan sehingga tatakrama bangsawan tidak mereka gunakan.

"Selamat pagi semua?" Sapa Alena menuruni anak tangga, tanpa sadar Mattias membulatkan matanya. Untunglah rambut yang menutupi wajahnya kini tak memperlihatkan bagaimana wajah Mattias yang memerah.

"Selamat pagi sayang, mari duduk." Ibu Alena tersenyum dan mempersilahkan Alena duduk di sampingnya.

"Saya tak bisa berbasa-basi di sini, karena harus segera kembali ke tanah saya. Saya juga tahu bila Nona hanya ingin menolong ku tadi malam." Ucap Mattias tanpa basa-basi terlebih dahulu.

"Menurut kamu bagaimana Alena?" Elektra yang memang berada di pihak tengah merasa sangat bingung. Dengan anggun Alena menikmati teh yang berada di hadapannya.

"Saya kurang apa Tuan Duke?" Tanya Alena membalikan ucapan Mattias, seketika Elektra yang mendengar itu terperangah dengan sikap berani dan tegas Alena.

"M-maksud anda?" Mattias kini merasa gugup, sikap Alena yang tidak seperti rumor yang beredar sudah membuat dirinya salah tingkah.

"Saya sudah memutuskan untuk menjadi pasangan anda, meski sebenarnya saya sangat sedih mendengar ucapan anda barusan. Tapi, saya serius dengan ucapan saya, meski saya sangat membenci sikap para bangsawan yang selalu memiliki istri lebih dari satu, atau memiliki banyak simpanan." Ucap Alena meski terdengar menyedihkan namun kesan tegas dalam ucapan Alena tak hilang.

"Saya bukan pria seperti itu,saya bahkan sebelumnya sudah memutus akan untuk hidup sendiri seumur hidup." Ucap Mattias jujur, Alena tersenyum mendengar itu. Dalam novel, memang benar bila Mattias tak menikah bahkan hingga novel itu tamat, kabar beredar bila Mattias memiliki sebuah penyakit.

"Dan sekarang, bagaimana?" Tanya Alena tersenyum manis, Mattias menelan salivanya susah payah.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

aku rasa Mattias memiliki rupa yang menawan dan tampan. mungkin Ia menutupi nya karena sesuatu. hanya kak Nuah lah yang tau. 😁😁😁😁😁

2024-02-12

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!