Bab 4

"Kak, bagaimana menurutmu?" Alena memutar tubuhnya dengan gaun yang menyulitkannya berjalan itu. Elektra terkesima sejenak dan mengangkat jempolnya kemudian.

"Aku bahkan tak menemukan kata yang tepat untuk memuji mu. Al, kamu sangat kereeen!" Elektra tak menyembunyikan rasa kagumnya, Alena layaknya mawar indah malam itu. Wajah Alena yang biasanya menor itu kini nampak alami, membuat siapapun yang melihatnya seolah melihat sosok lain.

"Aku jadi sedikit gugup karena mendapatkan tugas menjaga mu loh Al." Elekta cengar-cengir seraya menggandeng tangan sang adik menuju kereta kuda. Alena terkekeh mendengar penuturan sang Kakak, namun saat itu Alena sendiri sebenarnya sangat gugup.

Mereka berangkat malam itu, sang Ibu juga langsung memberikan aba-aba pada anak buahnya untuk mengikuti mereka secara diam-diam. Elektra yang memang sudah berpengalaman dapat memahami maksud dari sang Ibu, tidak keberatan dengan hal itu. Elektra justru bersyukur, karena dengan keberadaan orang suruhan itu Elektra berarti mendapatkan sedikit keringanan dalam menjaga sang adik.

Seluruh tamu undangan sudah datang, seperti yang sudah di atur sesuai dengan aturan yang ada. 'Semakin terlambat seseorang datang, maka semakin penting orang tersebut di mata orang-orang' begitulah perinsip yang ada saat ini.

"Putri dari keluarga Daisy, dan Putra keluarga Daisy. Alena Daisy dan Elektra Daisy memasuki ruangan." Ucap seorang penjaga, Alena dan Elektara mengangkat wajah mereka dan menyaksikan dengan sudut mata mereka bagaimana para bangsawan yang terus berbisik-bisik. Alena bersikap tenang seolah tak mendengar apa yang mereka bicarakan.

"Putra mahkota Lapileon, yang mulia Pierta Lapileon memasuki ruangan." Ucap lagi penjaga, semua mata kini tertuju pada sang Putra mahkota.

Mata emas dan rambut pirang pria itu sekali lagi seolah menegaskan dirinya bila dia adalah pemeran utama malam itu, Alena menyeringai melihat kedatangan pria itu. Elektra menatap seringai aneh yang terukir dalam bibir adiknya, dia merasa sedikit bergidik melihat hal tersebut.

"Grend Duke Altair, Mattias Altair Lapileon memasuki ruangan." Kini semua mata tertuju pada sosok pria yang bahkan tak terlihat wajahnya itu.

Rambut panjang menutupi wajahnya, mentel bulu yang dia pakai juga menutupi hampir sebagian wajahnya. Alena sedikit berfikir, dia merasa pernah bertemu dengan sosok pria tersebut.

"Kakak kenapa?" Alena berbisik saat tubuh Elektra terasa bergetar.

"Feet, aku tak tahan ingin tertawa Al." Jawab Elektra jujur, Alena mengangkat alisnya tidak mengerti.

Duke dari Altair sendiri merupakan keturunan raja sebelumnya, dia adalah putra termuda yang mulia raja sebelumnya.

Mattias lahir dari rahim sang ratu, yang merupakan adik kandung dari raja saat ini. Yang mulia raja sendiri bukanlah sosok jahat dan kejam, dia sudah menawarkan takhta pada Mattias sebelum dirinya menaiki singgasana, namun Mattias dengan tegas dan pasti menolaknya.

Sebuah alasan yang mungkin tak di mengerti para bangsawan menjadi pilihan Mattias, mereka tak pernah bertarung untuk takhta, namun melihat bagaimana kesombongan sang putra saat ini membuat raja sedikit ragu menyerahkan kekuasaanya. Dengan itu juga sang raja memanggil Mattias ke ibu kota.

"Yang mulia raja dan ratu Lapileon memasuki ruangan." Ucap penjaga lagi. Semua orang akhirnya menunduk dan menghadap mereka satu per satu.

"Salam pada matahari dan bulan kerajaan, yang mulia raja dan ratu." Alena dan Elektra serentak memberi salam.

"Teriam kasih sudah datang pada acara ini, kalian adalah tamu terhormat malam ini." Ucap sang raja tersenyum ramah.

"Sebuah kehormatan bagi kami yang mulia." Alena yang menggenggam tangan sang kakak dan mengangkat roknya seraya menunduk dan sang kakak yang menempelkan sebelah tangannya di dada.

"Alena, lama tak jumpa." Putra mahkota menyapa Alena lebih dulu, Alena membuka kipasnya. Itu adalah pri-bahasa yang di pakai dari gerak badan para bangsawan itu mengartikan 'aku tak ingin melihat mu' Elektra nampak tersenyum dan menunduk.

"Salam bagi matahari muda kerajaan." Ucap Elektra dan Alena bersamaan, keduanya berjalan seolah mengabaikan sang putra mahkota.

Mattias yang beridiri tak jauh di antra mereka hanya dapat menggeleng, menutup wajah dengan kipas sendiri memiliki dua arti.

Bila ujung jari di letakan di sudut kipas itu berati Alena mengajak Putra mahkota untuk berbicara di tempat sepi, namun dengan sangat jelas Alena saat itu tak melakukan itu yang berarti Alena memang sedang mengejek sang putra mahkota.

"Al, apa kamu tidak salah makan?" Bisik Elektra, Alena mencubit tangan sang kakak dan merasa sangat gemas.

"Baiklah, baiklah. Aku terkejut melihatnya, aku sampai menyangka bila adikku ini tertukar." Ucap Elektra terkekeh. Alena hanya mencibir dan melangkah menjauhi para bangsawan itu.

"Al, aku ada urusan dulu." Elektra berbisik, Alena mengangguk membiarkan sang Kakak yang entah pergi ke mana.

"Nona Daisy, selamat malam." Seorang pria berambut pirang menghampiri Alena.

"Hem," Alena menjawab singkat, dia memalingkan wajahnya dan tak ingin berdekatan dengan siapapun.

"Sayang sekali keluarga Daisy bukanlah bangsawan, meski mereka pengusaha kaya raya namun mereka bukan berati apa-apa di sini." Ucap seorang Lady yang entah berasal dari fraksi yang mana, bahkan Alena sendiri tak mengenalinya.

"Betul, sayang sekali ketampanan Tuan Muda Elektra hanya bisa di lihat saja." Ucap yang lain, Alena memutar matanya malas mendengar percakapan itu dan berjalan ke sisi yang lain.

"Apa kalian tahu bila Duke Altair adalah satu-satunya monster mengerikan di Negri ini." Ucap seorang bangsawan muda, kedatangan Duke itu sendiri sudah membuat heboh seisi kastil saat itu.

"Dia adalah monster yang bahkan tak dapat di taklukkan oleh Putra mahkota." Ucap yang lain, Alena memang mengakui hal itu dalam hati.

Dalam novel di jelaskan bila setelah adanya perang internal kebangsawanan sebelum raja baru naik takhta, hanya Duke dari Altair-lah yang tak terusik sedikitpun.

'Aku tahu bila Duke Altair bukanlah manusia biasa, meski dia tinggal di perbatasan dan wilayah kekuasaannya sangat dekat dengan empat tempat yang sangat sering terjadi perang, namun hal itu tak pernah membuatnya gentar. Bukankah malam ini akan terjadi hal itu?' Alena bergumam dalam hati.

Pandangan Alena teralih pada sosok wanita bermata hijau dengan rambut pirang emas, gaun putih dengan tiara indah nampak membuatnya anggun malam itu.

'Protagonis wanita sudah tiba rupanya.' Gumam Alena lagi dalam hati, tak lama kemudian sang Kakak juga datang dan menarik lengan Alena ke sebuah balkon.

"Ada apa kak?" Alena bertanya saat melihat wajah pucat sang Kakak.

"Aku ingin meminta sedikit bantuan dari mu," Elektra menelan salivanya saat melanjutkan ucapannya. "Malam ini Putra mahkota sudah mengajukan pada yang mulia raja sosok untuk menjadi putri mahkota, dia adalah Evelin Marsall." Ucap Elektra nampak bersiap akan sesuatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!