Bab 8

"Kita tak harus bicara formal dan kamu bisa apa adanya di hadapan ku agaknya lebih baik bukan Alena?" Mattias akhirnya mengikis dinding yang menghalangi keduanya. Melihat bagaimana Alena yang nampak tidak terikat aturan membuat Mattias seakan memberikan ruang untuk wanita itu.

"Setuju! Kemarilah!" Alena akhirnya duduk dan menepuk tempat duduknya di samping, Mattias akhirnya duduk di samping Alena tanpa ragu.

Alena melepaskan mantel tebal Mattias, pipi Mattias berwarna kuning langsat menjadi pemandangan pertama yang di lihat Alena. Alena tertegun sejenak saat menyingkirkan sedikit rambut di wajah Mattias, sebelum akhirnya tangannya di hentikan oleh Mattias.

"Berjanjilah setelah melihat wajah ku, kamu tidak akan meninggalkan aku ya?" Pinta Mattias, Alena mengangguk pasti dan menyingkirkan rambut Mattias. Lagi pula Alena tak mungkin meninggalkan Mattias hanya karena rupa semata.

Mata merah terang dengan kulit kuning langsat, hidung mancung dan sebuah bekas luka yang dalam di kening pria itu. Alena tersenyum lembut dan menyingkirkan semua rambut Mattias ke belakang. Wajah Mattias seketika memanas membuat Alena gemas melihatnya, Alena meletakkan keningnya di kening Mattias dan tersenyum kembali.

"Baik-baik di masa depan ya?" Alena mengecup bekas luka itu dan duduk di samping Mattias. Mattias kembali tertegun, bahkan dia sampai tak dapat berucap ataupun menggambarkan bagaimana perasaanya saat itu.

"Kemarilah!" Alena menepuk pahanya membuat Mattias kian gugup di buatnya. Alena terkekeh melihat wajah Mattias yang memerah.

"Kepalanya, suamiku." Ucap Alena lagi, Mattias langsung memalingkan wajahnya dan menuruti keinginan Alena. Mattias tidur di paha Alena, sedangkan Alena dengan hati-hati mengepang rambut Mattias dan merapikan rambut panjang itu dengan baik. Alena mengikat rambut Mattias di bagian belakang, Alena merasakan pipi Mattias yang berkedut dan menatap Mattias dengan teliti.

"Dia kelelahan rupanya," Alena tersenyum dan membiarkan Mattias seperti itu, Alena ingin melanjutkan hidupnya dengan kebebasan dan Mattias adalah pria yang penuh dengan kebebasan itu kini tidur di atas pahanya. Monster yang selalu di takuti oleh banyak orang di Lapileon kini nampak tak berdaya dalam pangkuannya.

Menatap bagaimana rupa Mattias membuatnya teringat dengan kejadian sumpah sihir yang di lakukan oleh Mattias, setelah sumpah itu terjadi Alena mencari tahu mengenai apa itu sumpah sihir? Alena menemukan bila sumpah sihir merupakan sumpah yang dapat di katakan layaknya kutukan. Seserang yang telah melakukan sumpah sihir akan terikat selamanya pada orang lain.

Alena sama sekali tak menyangka bila apa yang akan dia lakukan membuat si Monster melakukan sumpah yang begitu mengerikan, meski begitu Alena juga akan berusaha mencintai pria dalam pangkuannya saat ini.

.

.

Waktu semakin sore, hingga malam akhirnya tiba dan seorang penjaga mengetuk kereta kuda Alena.

"Tuan dan Nyonya, kita akan berkemah di sini malam ini." Ucap bawahan Mattias, Alena bingung harus berbuat apa selain itu kakinya kini terasa kebas akibat di tiduri oleh Mattias.

"Suamiku, bangunlah!" Alena mengusap lembut pipi Mattias hingga sang empu menggeliat dan menangkap tangan Alena.

"Penjaga bilang kita akan berkemah." Ucap lagi Alena saat Mattias tiba-tiba memelototkan matanya tanda terkejut, Mattias langsung menatap ke luar jendela kereta kuda itu yang sudah gelap.

"Aku tidur selama itu?" Tanya Mattias merasa ragu, Alena menganggukkan kepalanya.

Mattias membuka pintu kereta kuda itu dan melihat Alena yang tak bergerak sedikitpun, Mattias seketika membulatkan matanya dan menepuk jidat.

"Maafkan aku," Mattias mengangkat tubuh Alena hingga beberapa penjaga yang melihatnya nampak tak dapat berkata-kata.

"Apa dia Tuan kita?" Bisik salah satu penjaga, beberapa orang penjaga nampak menganggukkan kepalanya.

"Apa sangat sakit?" Tanya Mattias khawatir, Alena menggelengkan kepalanya. Meski demikian, Alena sendiri merasa sangat terkejut dengan sikap spontan Mattias yang memperlakukan dirinya dengan sangat manis.

Beberapa penjaga nampak sudah menebak apa yang baru saja terjadi. Mantel besar yang selalu di pakai Mattias kini tak dia pakai, pakian Alena yang nampak sudah tidak beres bahkan rambut Alena juga sudah tidak tertata lagi. Tentu saja mereka sudah menebak segala yang terjadi dengan asumsi mereka sendiri.

"Tuan kita sudah tidak perj4k4." Bisik beberapa penjaga yang mulai berseri-seri.

"Lihatlah! Wajahnya memerah." Ungkap yang lainnya seraya menahan tawanya yang hendak keluar, Mattias membawa Alena pada sebuah tenda yang sudah di persiapkan bawahannya.

"Apa kakinya masih sakit?" Tanya Mattias dengan wajah penuh kekhawatiran, Alena benar-benar tak mampu menafsirkan wajah khawatir itu. Agaknya mustahil bila Mattias dapat jatuh hati padanya semudah itu, perasaan Alena sendiri belum menumbuhkan benih cinta, bagaimana bisa Mattias yang seorang Duke monster dapat menumbuhkan perasaan semacam itu dengan sangat cepat?

"Lumayan, apa di sini aku bisa mandi?" Tanya Alena menatap tenda yang terlihat agak laen dari yang lain itu.

"Bisa, biar aku panggilkan pelayan terlebih dahulu." Mattias keluar tenda dan memanggil para pelayan Alena yang di pilih langsung oleh Alena dari kediaman Daisy.

Alena di bantu para pelayannya mandi dan meminta para pelayannya itu untuk menyiapkan segala sesuatunya sesuai dengan kebiasaannya saja. Para pelayannya menuruti keinginan Alena, mereka juga mengompres paha Alena yang agak memerah. Merasa lelah dengan perjalanan panjangnya Alena akhirnya memilih untuk tidur.

Di luar tenda keriuhan tercipta saat beberapa pengawal mulai berbisik-bisik mengenai apa saja yang sudah di lalui Tuan mereka di dalam kereta kuda, perjalanan mereka masih jauh dan tentu saja mereka juga harus bersiap dengan segala bentuk perselisihan yang terjadi. Namun, mereka sangat senang saat melihat bagaimana kedekatan Alena dan Mattias saat ini.

Mattias saat ini berada di samping sebuah sungai dan menatap bulan yang belum begitu terang nampak terpantul dari air jernih di hadapannya, sebuah bayangan dirinya juga nampak di dalam air itu. Tinggi tubuhnya yang melebihi angka 2 meter membuatnya menjadi orang yang sangat tinggi di sekelilingnya.

Wajah Mattias kembali memanas saat menyentuh kepalanya yang kini rambut panjangnya tertata dengan indah dan terasa nyaman, bagian atas kepalanya di kepang dan di ikat di belakang, luka yang begitu dalam di keningnya agaknya tak dapat membuat Alena takut sedikitpun.

Deg!

Deg!

Jantung Mattias berdegup dengan kencang saat membayangkan bagaimana senyum Alena yang manis, Mattias juga mengingat bagaimana bibir manis itu mengecup keningnya dengan lembut. Mattias menekan dadanya yang seolah akan meledak itu, hatinya tidak dapat dirinya kendalikan.

"Ah! Aku akan cepat gila bila terus begini." Tutur Mattias menghela nafasnya, meski tak mengurangi detak jantungnya yang terus berdetak cepat itu, Mattias mengguyur wajahnya dengan air dingin dari sungai yang mengalir.

Terpopuler

Comments

💖 sweet love 🌺

💖 sweet love 🌺

sampe sini mulai agak bagus bahasanya..
Krn menurut q, novel genre seperti ini lebih cocok menggunakan bahasa baku..

2024-05-09

0

Sulati Cus

Sulati Cus

aku curiga pria yg di tolong di dunia nyata sm alena adalah si Duke😂

2024-03-14

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!