Bab 7

"S-sumpah sihir dan suci?" Manusia suci itu terbelalak dan langsung mengumandangkan khutbah panjang.

"Alena Daisy bersediakah anda menerima Mattias Altair Lapileon sebagai pasangan hidup anda?" Manusia suci itu berucap kemudian, Alena kini mengangguk.

"Saya bersedia." Ucap Alena tersenyum lembut seolah mengatakan, 'ini tidak apa-apa' Mattias sendiri sangat mengerti dengan maksud di balik gerak Alena itu.

"Mattias Altair Lapileon, apa anda bersedia menerima Alena Daisy sebagai pendamping anda?" Mattias mengangguk.

"Saya bersedia." Ucap Mattias hingga cahaya merah dan putih itu berputar di sekeliling mereka dan berpadu menjadi cahaya yang indah dan menyilaukan mata.

"Selamat atas pernikahan kalian." Ucap manusia suci itu kemudian, Alena mengedipkan matanya yang belum mengerti maksud dari apa yang telah terjadi.

"M-maksud anda?" Alena berusaha mencari jawaban yang tepat atas kebingungannya.

"Kita sudah menikah, sampaikan berita ini pada keluarga anda. Tidak ada jalan untuk mundur atau menolak sekarang, berikan perintah untuk mengambil surat pernikahan kami ke istana. Sebarkan berita pernikahan kami dan buat berita itu terdengar nyaman bagi keluarga Daisy." Ucap Mattias memerintahkan anak buahnya, mereka yang mendapatkan perintah menunduk dan mundur.

"T-tuan?" Alena mencubit mantel Mattias untuk mengajukan permintaannya.

"Ya?" Mattias menatap Alena yang memasang wajah menggemaskan, dan wajah mereka kini berdekatan hingga membuat Alena dapat melihat mata berwarna merah itu dengan baik.

"Mata anda indah, saya sangat menyukainya." Alena memuji keindahan yang baru saja dia lihat itu, sontak telinga Mattias yang kini terlihat oleh Alena memerah hingga membuat Alena gemas.

"Ehem, ada apa?" Tanya Mattias lagi berusaha menenagkan dirinya sendiri yang kini di landa kegugupan.

"Itu, mengenai gelar bangsawan yang mungkin akan di miliki keluarga saya. Sebenarnya, saya menikah dengan anda.." Alena tersenyum kaku, Mattias kini mulai mengerti maksud pernikahan itu.

"Baik, akan aku urus secepatnya. Keluarga Daisy akan memiliki gelar bangsawan saat mata hari terbit besok." Ucap Mattias pasti, Alena menggelengkan kepalanya cepat.

"Maaf, bukan itu maksud saya. Saya ingin meminta agar cukup saya yang memilki gelar itu sebagai istri anda, saya mohon jangan membawa keluarga saya untuk menjadi bangsawan." Mohon Alena dengan mata yang berbinar.

"M-maksud anda?" Mattias kini kembali kebingungan, ada banyak keraguan yang kini melintasi pikirannya, hingga otaknya kini tak dapat berpikir dengan benar.

"Ehem, apa kita bisa bicara?" Elektra akhirnya keluar dari tempat persembunyiannya, Mattias yang sudah mengetahui keberadaan Elektra hanya tersenyum meski tersembunyi.

"Apa yang di katakan adikku benar, sebagai seorang saudagar kaya raya yang tidak terikat aturan. Saya sendiri tidak ingin terikat dengan gelar bangsawan, Kakek juga sudah tiba di sini Alena." Ucap Elektra menganggukkan kepalanya memberikan sebuah kode.

"Benar apa yang di katakan kakak, ayo kita temui Kakek!" Alena menggandeng tangan Mattias meninggalkan taman itu.

Mereka melangkah menuju ruang tamu hingga menampakkan seorang pria berambut putih dan wajah yang telah di penuhi keriput, Alena tersenyum dan berlari memeluk pria itu.

"Apa kabar Kakek?" Alena memeluk pria tua itu hingga membuat tetua keluarga Daisy itu tertegun sejenak, dia tersenyum saat melihat Mattias yang nampak menunduk memberi hormat.

"Aku baik, bagaimana denganmu Nak?" Tanya pria tua itu mengecup kening Alena yang tertawa setelahnya.

"Aku juga baik, dan ini suami ku Mattias." Ucap Alena membawa Mattias menghadap sang Kakek.

"Apa kabar?" Tanya pria tua itu menepuk bahu tinggi Mattias yang menunduk hormat.

"Aku baik, sudah lama tak bertemu Tuan Daisy." Ucap Mattias penuh hormat, Alena tersenyum melihat kedekatan itu.

Meaki dalam novel tak di jelaskan bagimana Mattias dapat mengenal kakak dan Kakeknya, namun hal itu justru membuat keuntungan luar biasa bagi Alena.

Mereka akhirnya berkumpul dan bercerita panjang lebar, mereka menceritakan kenakalan Alena saat masih kecil.

Mattias juga mengutarakan keinginannya untuk kembali ke tanahnya dalam waktu dekat, pernikahan mereka juga tidak di gelar dengan mewah. Hanya beberapa bangsawan dan beberap orang terdekat saja yang akhirnya datang.

Mereka melakukan pernikahan lanjutan di sebuah kuil suci di ibu kota, Alena sendiri tak keberatan dengan semua kesederhanaan yang ada. Putra Mahkota tak datang namun itu justru membuat Alena senang bukan kepalang.

Satu minggu setelah penikahan yang melibatkan sumpah sihir dan sumpah suci, dan resepsi pernikahan sederhana mereka. Mattias akhirnya memutuskan untuk kembali ke tanahnya di Altair.

.

.

.

Hari ini adalah hari keberangkatan Alena dan Mattias, seluruh keluarga Daisy nampak berkumpul dan menyerahkan Alena pada Mattias seutuhnya.

"Jangan lupa untuk mengunjungi kami Alena." Nasihat sang ibu, Alena mengangguk dan memeluk ibunya sebelum akhirnya menaiki kereta kuda.

Setelah pernikahan mereka, Alena dan Mattias tinggal terpisah. Alena tinggal di kediaman Daisy sedangkan Mattias tinggal di kediaman Duke yang di sediakan oleh Kerajaan untuknya.

Siang itu akhirnya Alena meninggalkan ibu kota, dengan segenap ilmu yang dirinya miliki dan pengalamannya di dua kehidupan. Alena ingin menolong orang-orang yang akan menjadi korban peperangan, sekaligus ingin menjadi manusia yang lebih berguna bagi orang banyak. Setelah nyawanya di rasa aman, kini Alena berencana membangkitkan tanah tandus Altair.

Alena dan Mattias duduk dalam kereta kuda yang sama. Mattias tak bicara sepatah katapun setelah mereka masuk, membuat Alena merasa tidak nyaman di buatnya.

"Tuan Duke, apa sekarang aku boleh apa adanya?" Tanya Alena merasa ragu, Mattias mengangkat wajahnya tidak mengerti.

"Ah, mungkin anda belum mengenal saya seutuhnya. Anda mungkin baru tahu nama dan tentang saya dari rumor atau dari Kakak bukan?" Alena memberanikan diri bertanya.

"Benar, saya tidak berniat menyelidiki lebih dalam." Tutur Mattias seolah mengatakan bila dirinya percaya pada Alena.

"Syukurlah, aku senang mendengarnya meski saya juga tidak keberatan di selidiki lebih dalam." Alena melepaskan sepatu tinggi di kakinya dan melepaskan hiasan di rambutnya.

"Aku ingin apa adanya di hadapan mu, lagi pula tidak baik bermuka dua pada suami sendiri." Ucap Alena mengibaskan rambutnya yang panjang. Alena duduk dan memijit kakinya yang terasa pegal.

"Apa kakinya sakit?" Tanya Mattias memastikan.

"Tidak seberapa, apa aku boleh meminta bantuan?" Alena tersenyum dengan wajah manisnya membuat Mattias tak dapat menolak sedikitpun.

"Tolong lepaskan ini, aku benar-benar tersiksa!" Ucap Alena memperlihatkan korset di balik bajunya di bagian punggung yang sudah menyiksanya sejak dini hari itu.

Mattias tertegun, dengan susah payah dia menelan salivanya sebelum akhirnya membuka tali itu satu persatu hingga baju Alena hampir terlepas.

"Ah, akhirnya bebas juga dari siksaan." Tutur Alena merebahkan tubuhnya di atas kursi di kereta kuda itu, Mattias terkekeh saat melihat wajah Alena yang lega.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!