Bab 14

Pengalihan yang di lakukan Mattias agaknya berhasil, namun Alena bukanlah sosok yang akan diam saat merasa penasaran.

Para manusia suci dan penyihir nampak tersenyum menyaksikan Alena dan Mattias, Para prajurit yang kelelahan juga hanya dapat tersenyum simpul.

Meski mereka tak tahu apa saja yang sudah di lakukan Alena untuk dapat menumbuhkan tanaman itu, namun kehidupan tanah Altair agaknya akan berubah.

"Selamat nyonya, anda berhasil." Ucap beberapa prajurit yang di balas senyuman manis dari Alena.

Seorang penyihir juga datang dan akhirnya memberikan sihir perlindungan pada tanaman itu, begitupun para manusia suci yang memberikan berkat mereka.

Para prajurit yang terluka cukup banyak jumlahnya, namun keberhasilan mereka membunuh dua ekor naga sekaligus sudah merupakan pencapaian tertinggi dalam sejarah tanah Altair, sekaligus tanaman yang kini berhasil di tanam Alena merupakan pencapaian baru sekaligus kebanggan mereka.

Peperangan yang berlangsungnya selama 8 jam itu, merupakan rekor tercepat dalam pemusnahan monster di tanah Altair.

Para manusia suci dan penyihir mulai kembali ke tempat mereka masing-masing, meski antara manusia suci dan penyihir memang memiliki ketidak samaan, namun saat tanah mereka dalam bahaya, maka mereka juga akan maju membela tanah tempat mereka berada.

Para penyihir pada umumnya mempelajari banyak hal yang tidak sesuai ajaran, namun meski demikian mereka juga tak pernah melanggar aturan hidup manusia, begitupun para manusia suci. Begitulah tanah Altair dapat bertahan hingga saat itu dari gempuran banyak monster.

Cairan hijau yang mengepul di teliti oleh para penyihir, begitupun dengan api naga yang di ambil dengan sangat teliti oleh mereka. Beginilah cara Altair menghasilkan uang, bukan dari tambang atau pertanian. Namun dari para manusia suci dan penyihir yang menopang para kesatria untuk tetep hidup.

Alena masih teringat dengan ucapan manusia suci, sebenarnya dia juga merasa tersinggung dari ucapan tersebut. Alena juga sangat ingin menanyakan hal itu pada Mattias, namun Mattias selalu mengelak dan selalu mengatakan bila nanti dia sendiri akan tahu jawabannya.

Kecambah yang hidup mulai meninggi, hingga menampakkan sebatang pohon kecil berwarna merah keunguan.

Di suatu malam, Mattias baru saja menyelesaikan latihannya, dia akhirnya membersihkan diri sebelum akhirnya menatap pemandangan yang begitu indah. Pemandangan yang selalu dia lihat di beberapa malam terakhirnya.

"Waktu berjalan sangat cepat, dalam hidup ku kejadian ini tak pernah ada. Terima kasih Alena, kita akhirnya bertemu lagi." Ucap Mattias mengecup kening Alena yang saat ini tengah terlelap dalam mimpi indahnya.

..._____Back Story_____...

Mata hari menyengat kulit manusia yang tengah menghadap bendera di tengah lapangan gersang, seorang bocah laki-laki dan seorang bocah perempuan.

"Alta, kenapa kau ikut-ikutan di hukum? Susah payah aku suruh kamu ke kelas!" Singgung seorang bocah perempuan pada bocah laki-laki bernama Altair.

"Aku nungguin kamu, lagian lama banget si!" Oceh si bocah laki-laku tak terima bila dirinya di salahkan.

"Astaga Alta! Aku banyak orderan tadi pagi." Jawab bocah perempuan, seorang guru oleh raga lewat, keduanya langsung terdiam bersamaan.

"Bolos aja yo!" Bisik Altair, kulit putih mulusnya protes merasa kepanasan.

"Ya ampun Tuan muda, kamu enak bolos gak akan kena sangsi. Aku ini orang kecil Tuan, kalo mau bolos sendiri aja sana!" Alena memutar bola matanya malas, Altair terkikik seraya melepaskan topi di kepalanya.

"Oke, gue bolos dulu ya? Hahahah," Tawa Altair terdengar lepas saat topi di tangannya di masukkan pada kepala Alena.

"Ck, nambah beban aja!" Gerutu Alena dengan wajah masam.

Hingga akhirnya Altair pergi meninggalkan Alena dan tak lama kemudian sebuah keriuhan tiba-tiba tercipta, terjadi sebuah kebakaran besar yang melanda beberapa gedung sekolah dasar tersebut. Semua orang berkumpul di lapangan hingga dalam waktu satu minggu para siswa di beri tugas untuk belajar di rumah.

Di lapangan itu Altair juga nampak cengar-cengir melihat kobaran api yang sangat besar itu, meski bukan dirinya sendiri yang melakukannya namun dia sangat puas dengan besarkan kobaran api hari itu.

"Si^nting!" Pekik Alena saat lengannya melayang terbawa langkah besar Altair menuju sebuah panti asuhan.

Begitulah rutinitas dan huru hara yang selalu di ciptakan Altair, meski demikian Alena sendiri tak menyangkal bila Altair melakukan segalanya demi dirinya. Bocah laki-laki nakal itu merupakan satu-satunya sahabat Alena.

Waktu berlalu dengan bertumbuhnya mereka berdua, dunia juga berubah dengan poros yang terus berganti. Alena saat ini bekerja sebagai kurir pengantar barang, usianya belum genap 17 tahun. Namun kemampuannya mencari uang agaknya lebih berkobar di bandingkan dengan orang-orang yang berusia 20 tahun.

"Hei Al, liat muka lo gosong gitu kaya pa*tat panci gak di cuci 50 tahun tau!" Teriak seorang pria yang melambaikan tangan seraya melempar air kaleng bersoda.

"Ah mau gosong sekalian juga gak papa, yang penting itu bermanfaat Alta." Balas Alena dengan senyum di bibirnya yang tak pudar.

"Gue nebeng ke simpang sebelah ya?" Altair langsung duduk di atas jok motor Alena tampa basa basi lagi.

"Ck, nyusahin aja!" Protes Alena meneguk air soda dalam genggamannya.

"Ayo bu ojek, berangkaaaat!" Ucap Altair mengenakan helemnya, di dalam saku bajunya saat ini ada sesuatu yang sangat berharga bagi Altair yang akan dia berikan pada Alena malam ini.

Cekiiiit!

Brak!

Sebuah truk berkecepatan tinggi tiba-tiba oleng dan menabrak Alena dan Altair yang berada di depan truk tersebut, keduanya terkapar di atas aspal.

Kening Altair terluka parah dan darah mengalir dengan hebat dari kepalanya, Alena sendiri mengalami luka serius di kepal mereka. Meaki mereka menggunakan helm namun kepala dan tubuh merek pada akhirnya terluka parah.

Orang-orang berdatangan dan menolong Alena serta Altair, majalah dan media masa tak dapat menembus berita menggegerkan itu, karena orang tua Altair yang sangat berpengaruh.

Namun berita mengenai Altair agaknya tak dapat di tutupi kembali setelah menjalani 5 hari perawatan, Altair meninggal dunia.

Alena sediri mengalami hilang ingatan, alam bawah sadar Alena tak dapat menerim kenyataan. Sebelum matanya tertutup dia melihat Altair yang berlumuran darah. Hatinya tak terima dan tak bisa menerima kenyataan tersebut.

Kedua orang tua Altair pada awalnya menyalahkan Alena akan hal tersebut, namun melihat cinta tulus Altair untuk Alena membuat keduanya lapang dada. Kedua orang tua Alena juga membantu Alena dan menyerahkan kado terakhir yang di siapkan Altair untuk Alena.

Meski Alena tak mengingat Altair sama sekali, namun dia merasa bila benda itu amatlah berharga. Sebuah cincin berlian dengan inisial di balik cincin itu Al&Al.

Terpopuler

Comments

!M@m@#

!M@m@#

uwahhhh authorrrr tak tungguin dari tadi,akhirnya update juga /Smile//Smile/

2024-02-21

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!