Bab 6

"Altair adalah gurun, di sana tak seperti ibu kota." Ucap Mattias tanpa sebuah kepastian, namun dia memperlihatkan kelemahannya di hadapan Alena.

"Lantas, apa masalah anda?" Alena dengan tenang menghadapi sosok yang di katakan monster di Lapileon.

"I-itu, bukankah anda sangat menginginkan posisi Putri mahkota?" Mattias bermaksud untuk bertanya mengenai rumor yang beredar selama ini tentang Alena.

"Pernikahan ini di ajukan oleh yang mulia raja, kami tak berkuasa untuk membantah atau menolaknya. Elektra, bukankah dokumen itu belum selesai?" Ibu Alena memberi kode pada sang putra untuk memberi ruang pada Mattias dan Alena.

"Ah benar juga, di belakang agaknya aroma mawar sudah memasuki rumah." Ucap Elektra seraya meninggalkan mereka berdua.

Alena berdiri seraya mengulurkan tangannya pada Mattias, ingatan Mattias tiba-tiba teringat pada sebuah kejadian.

Beberapa minggu lalu, Mattias baru tiba di ibu kota dan mencari informasi mengenai kondisi para bangsawan kala itu.

Mattias duduk di pinggir jalan layaknya seorang gembel yang sangat mengerikan, hingga beberapa bangsawan lewat dan terdengar menceritakan banyak hal. Termasuk tentang Alena yang sangat terobsesi untuk menjadi putri mahkota.

Mattias benar-benar menilai Alena adalah gadis rendahan, meski dia mengenali sang Kakak dan berteman baik namun dia merasa apa yang di lakukan oleh Alena sangat tidak terpuji.

Hingga suatu malam, Mattias duduk di depan kediaman Daisy untuk memastikan kebenaran itu. Sebuah jendela terbuka dan menampakkan sosok gadis manis bermata biru yang teduh tengah menatap keluar. Gadis itu tersenyum ke arah Mattias dan menunduk sopan.

Sejenak Mattias tertegun melihat keindahan dan sopan santun gadis tersebut, hingga membuat Mattias langsung mengutus salah satu bawahannya untuk menyelidiki tentang Alena.

Namun, apa yang di dapatkan Mattias tidak sesuai dengan apa yang dia lihat sendiri, membuat rasa tidak puas di rasakan oleh Mattias. Mattias memutuskan menunggu hingga siang hari dan kejadian tak terduga akhirnya terjadi.

Gadis yang di katakan sombong itu kini tengah menutupkan selimut di tubuhnya dan memberikan bubur serta boneka beruang berwarna merah muda. Mattias seketika terkesiap dadanya seakan sesak dan di penuhi oleh bunga-bunga indah.

"Mari Tuan." Alena tersenyum manis dan menarik tangan Mattias yang terasa kasar itu dengan lembut, jari mereka bersentuhan hingga membuat Mattias seketika merasakan dadanya yang berdegup tak karuan.

"Tangan anda hangat, saya merasa nyaman." Tutur Alena melangkah menuju ke taman belakang kediaman itu.

"Kenapa anda menyerah untuk menjadi putri mahkota?" Mattias kembali bertanya saat di rasakan dadanya sudah berdegup tak beraturan.

"Aku tidak pernah menyerah karena aku tak pernah menginginkannya, putri mahkota itu hanya gelar kosong bagi saya. Yang mulia, apa anda menilai saya sebagai wanita seperti itu?" Alena memetik satu tangkai mawar putih dan tersenyum lembut.

"Orang yang tak pernah berjuang kenapa harus menyerah? Selama ini saya hanya berjuang mendapatkan cinta dari pria yang saya cintai." Tutur Alena, Mattias akhirnya menemukan maksud Alena yang sesungguhnya.

"Lantas mengapa anda menyerah pada sosok yang anda cintai?" Mattias kembali bertanya apa yang sebenarnya Alena inginkan.

"Karena saya salah mengenali bila itu bukan cinta, apa yang saya kenal cinta itu ternyata hanya rasa penasaran saja. Lagi pula, saya tidak suka pria yang kasar pada anak kecil." Ucap Alena santai, meski dia jujur dalam ucapannya.

"Lantas, kenapa anda menerima saya?" Mattias menatap Alena yang kini menghirup mawar dalam genggamannya.

"Karena saya yakin anda adalah sosok yang seperti rumah kaca ini, saya terlindungi dari salju tebal di luar sana." Tutur lagi Alena, Mattias agaknya faham dengan maksud Alena.

"Dari mana anda mendapatkan keyakinan itu? Saya adalah monster." Ucap Mattias berusaha kembali menjelekkan dirinya sendiri.

"Saya tidak suka anda yang terus menjelekan diri sendiri, yang mulia." Alena dengan tegas menyatakan ketidak nyamannya.

"Baik, aku tak memiliki har..." belum selesai Mattias menyelesaikan kalimatnya, Alena menutup mulut Mattias dengan jarinya.

"Aku tidak membutuhkan itu, aku hanya ingin di cintai dengan tulus dan di jaga dengan hati-hati." Ucap Alena dan sontak wajah Mattias kembali memerah mendengarnya.

'Apa yang sebenarnya gadis ini inginkan? Aku sama sekali tidak dapat menebak apa yang dia inginkan. Matanya di penuhi dengan kejujuran dan keyakinan yang teguh. Bila benar itu yang dia inginkan, maka..' wajah Mattias kembali memanas mengingat semua itu, bahkan jantungnya kini berdetak tak karuan, meski dengan cepat dia menghapus pikirannya sendiri.

"Duke, menikahlah denganku?" Alena tersenyum seraya memberikan mawar putih di tangannya, mata Mattias terbelalak dan seketika perutnya terasa bergoyang tanpa terkendali. Mungkin itu yang di katakan cinta, meski Mattias masih bingung sebab apa yang membuat Alena menginginkannya.

"Apa perlu kontrak?" Mattias kembali memastikan ketulusan hati Alena.

"Tidak perlu, kita hanya perlu membuat sebuah sumpah satu sama lain." Ucap Alena, Mattias mengangkat bibirnya. Nyatanya kontrak dalam bentuk tulisan tak semematikan sumpah lisan atau sumpah sihir atau sumpah suci.

"Apa yang anda inginkan?" Mattias bertanya dengan sedikit keyakinan di hatinya bila Alena pasti membutuhkan sesuatu.

"Jaga saya seperti kelopak mawar, cintai saya dengan tulus. Anggap keluarga saya adalah keluarga anda juga, dan saya hanya ingin kesetiaan dari anda." Alena meletakan tangan besar Mattias di pipinya.

"H-hanya itu?" Tanya Mattias dengan wajah yang tertutup rambut lebatnya kini tengah bersemu tak karuan.

"Itu bukan hanya saja, bagi saya kepercayaan dalam sebuah hubungan adalah keyakinan yang sangat penting." Alena tersenyum tulus, Mattias akhirnya tersenyum dan mengambil belati di tangannya.

'Astaga dia mau apa?' Alena berusaha tenang, meski hatinya kini benar-benar panik melihat belati tajam yang di ambil Mattias dari balik mantelnya.

Mattias meletakkan belati itu di tangannya dan menggesekkannya hingga darah nampak keluar dari telapak tangan itu. Alena terbelalak menyaksikan hal yang tak pernah dia lihat sebelumnya itu. Mattias nampak menggumamkan sesuatu hingga sebuah cahaya berwarna merah darah keluar dari bawah kaki mereka.

"Aku bersumpah atas nama hidupku, aku akan menjaga jiwa dan raga Alena Daisy hingga ujung nafasku, sumpah sihir dengan sihir dalam jiwaku, mengikat jantungku yang berdetak." Mata Alena terbelalak mendengar sumpah itu. Alena menutup mulutnya hingga air matanya jatuh di atas lingkaran merah itu. Sebuah cahaya putih tiba-tiba keluar dan menyelimuti mereka.

"Sumpah suci? Aku akan melakukan yang terbaik Alena." Mattias menunduk di hadapan Alena dan mengeluarkan sebuah sihir dimensi dari telapak tangannya.

Sebuah kotak berwarna biru tua nampak indah, Mattias kembali mengeluarkan sihir dimensi hingga 3 orang pengawal serta seorang manusia suci muncul dari balik dimensi itu.

Terpopuler

Comments

Ani

Ani

semoga mereka berdua hidup bahagia
lanjut lagi kak

2024-02-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!