9 Nyawa 8

"Minggir!" seru seorang teman Edward sengaja mengusir sekelompok anak muda yang sedang bermain basket di tempat umum.

Namun sebagai orang pertama yang memang sudah lebih dulu tiba di tempat itu, para pemain pun tidak terima dengan cara Edward dan teman-temannya mengusir mereka.

Adu mulut pun terjadi antara kedua kubu hingga baku hantam tak bisa dihindarkan lagi.

Saat kedua kelompok sedang baku hantam, Rudi tak sengaja melewati mereka. Melihat Edward sedang berkelahi dengan siswa sekolah lain, terbersit dalam pikiran Rudi untuk memberikan pelajaran kepada Edward.

Rudi melihat sebuah toko me merchandise yang menjual aneka topeng.

"Sepertinya aku bisa menggunakan topeng ini untuk memberikan pelajaran kepada Edward," ucap Rudi

Menggunakan Hodie lengkap dengan penutup kepalanya, penampilan Rudi semakin tak dikenali saat ia menggunakan topeng. Ia kemudian merangsek maju untuk menghajar Edward.

Tendangan kerasnya mampu membuat Edward terhempas ke lantai. Semua teman-teman Edward segera mengepungnya saat mengetahui Ia berhasil menyerang pemimpin mereka.

Rudi tersenyum senang saat melihat para pembully di sekolahnya tampak marah dan mengepalkan tangannya.

"Minggir!" seru Edward seketika berdiri dan menyuruh teman-temannya untuk minggir.

Semuanya seketika melipir dan memberikan jalan untuk sang bos besar. Edward menyeringai menatap kearah Rudi.

"Biarkan aku yang akan meremukan tulang belulang bangs*t ini. Jadi jangan pernah ada yang menyentuhnya!" seru Edward

Semua orang langsung mundur dan mempersilakan keduanya untuk bertarung. Perkelahian keduanya pun dimulai. Edward begitu bersemangat untuk membalas setiap serangan yang diterimanya. Namun kepiawaian Rudi membuatnya sama sekali tak tersentuh olehnya.

Semakin ia gagal menyerang Rudi semakin geram ia dibuatnya. Serangan mematikan pun dilancarkan demi untuk mengalahkan orang yang berhasil membuatnya babak belur.

Rudi memanfaatkan emosi labil Edward untuk melumpuhkannya. Ia bahkan berhasil menyarangkan tinjunya ke wajah tampan Edward hingga memar. Tak berhenti sampai di situ, Rudi menggunakan tendangan pamungkasnya untuk menjatuhkan pemuda tujuh belas tahun itu hingga jatuh lemas diatas lantai.

*Buughh!

Melihat Edward terkapar, Rudi pun berjalan menghampirinya. Ia tersenyum dan duduk di sampingnya.

"Bagaimana tidak rasanya dipukuli?"

Edward menatap nyalang kearah Rudi, ia berusaha menebak suar itu. Namun pikirannya buntu dan ia tak bisa memastikan siapa pemilik suara berat itu.

Edward yang muak melihat wajah musuhnya langsung meludahinya.

"Anj*ng!" seru Rudi yang begitu marah

Seketika Edward terkekeh melihat kemarahan Rudi.

Saat melihat Edward hendak meludahinya kembali, Rudi segera melepaskan tinjunya ke wajah Edward bertubi-tubi.

"Woi, kenapa kalian diam saja, bunuh bajing*n gila ini!" seru Edward

*Buughh!

Sebuah pukulan keras Rudi berhasil membungkam mulut Edward. Kini teman-temannya mulai mengepung Rudi.

Dengan membawa tongkat bisbol dan balok kayu mereka menyerang Rudi.

"Hajar!" seru salah seorang dari mereka memberikan komando

Semuanya langsung mengangkat senjata mereka dan merangsek maju menyerang Rudi. Namun bunyi sirine mobil polisi seketika membuat mereka mengurungkan niatnya untuk menyerang Rudi.

"Polisi!"

"Lari+"

Semua orang tampak panik dan berusaha menyelamatkan diri. Mereka pun lari tunggang-langgang meninggalkan Edward yang masih terkapar di lapangan basket.

Tak mau berurusan dengan polisi, Rudi pun melakukan hal serupa. Ia buru-buru menyalakan sepeda motornya dan melesat meninggalkan tempat itu.

Keesokan harinya, sekolah dihebohkan dengan kemunculan Edward dengan wajah babak belur dipenuhi luka dan lebam. Tak sedikit dari siswa yang tampak bahagia melihat sang raja bully itu terluka.

Mereka bahkan membicarakannya diam-diam di selasar dan mengucap syukur karena akhirnya ada orang yang berhasil membalaskan sakit hati mereka.

Geram melihat para siswa mulai berani menggunjingnya, Edward pun menyuruh teman-temannya untuk memberikan pelajaran kepada siapapun yang membicarakannya atau tersenyum melihat kondisi kini.

Seorang teman Edward langsung menarik salah seorang siswa perempuan yang terlihat tersenyum melihat kedatangan Edward dengan wajah babak belur. Ia kemudian menyeret perempuan itu dan membawanya kepada Edward.

Dengan cepat Edward langsung menampar wajah perempuan itu hingga memerah.

*Plak!!.

"Beginilah akibatnya kalau kalian berani menertawakan aku!"

Kembali Edward melayangkan tamparan kerasnya sebelum meninggalkan gadis itu. Tentu saja pemandangan itu membuat semua siswa langsung diam menunduk. Mereka yang takut dengan ancaman Edward pun buru-buru masuk kedalam kelasnya tanpa menghiraukan siswa perempuan yang masih meringis kesakitan.

Bahkan guru-guru yang melihatnya tak ada yang berani mengambil tindakan. Mereka pura-pura tak melihat dan bergegas masuk ke ruang guru.

Pemandangan seperti itu sudah biasa terjadi. Namun Rudi yang geram melihat pemandangan itu langsung mengejar Edward dan menariknya.

"Kali ini aku sudah tak bisa membiarkan mu lagi, apalagi kalau kau sudah menyakiti seorang perempuan!" seru Rudi

Edward berusaha melepaskan tangannya.

"Jangan ikut campur jika kau masih ingin bekerja di sini!" seru Edward menatapnya sinis

"Aku tidak peduli!" jawab Rudi kemudian menyeretnya ke ruangan BK

Semua orang menatap kearah Rudi yang begitu berani menyeret Edward. Seorang guru yang ketakutan segera melaporkan kejadian itu kepada kepala sekolah. Namun sayangnya kepala sekolah belum datang pagi itu. Ia pun menemui wakil kepsek. Wakil kepsek segera menghampiri Rudi di ruangannya.

Ia memperingatkan Rudi untuk tidak melakukan kekerasan terhadap Edward.

"Maaf Bapak, sebagai guru saya juga tahu kode etik profesi saya. Jadi tanpa bapak ingatkan pun saya tidak akan melakukan kekerasan terhadap Edward. Sesuai dengan tahapan pembinaan siswa saya juga akan memulainya dengan mengajaknya berbicara, jadi saya harap bapak juga menghormati saya sebagai guru Bimbingan konseling yang juga punya privasi. Jika memang saya tidak bisa menyelesaikan masalah ini maka saya baru akan melibatkan anda," ucap Rudi seketika membuat sang wakil kepala sekolah meninggalkan ruangannya dengan wajah kesal.

"Sepertinya dia harus dikasih pelajaran!"

Diam-diam wakil kepala sekolah menelpon orang tua Edward dan memberitahu tentang kejadian yang terjadi di sekolah. Satu jam berikutnya Seorang wanita dengan dandanan sosialita modis berjalan angkuh memasuki ruang guru. Ia menggebrak meja dan meminta untuk bertemu dengan Rudi.

"Siapa yang bernama Tri Handoko, cepat tunjukkan dirimu atau aku akan membakar ruangan ini!"

Mendengar ada keributan di ruang guru, Rudi pun segera keluar dari ruangannya diikuti oleh Edward.

Pemuda itu tersenyum saat melihat sang ibu datang.

Berbeda dengan Edward Lusi begitu marah saat melihat putra semata wayangnya babak belur. Ia bahkan menuduh Rudi yang membuat putranya babak belur dan langsung memukulinya dengan tas mahalnya.

"Dasar bajing*n, beraninya kau menganiaya putraku, memangnya kau siapa, hah!" pekik Lusi

Ia bahkan mengambil sebuah vas bunga dan menghantamkannya ke kepala Rudi.

"Aku pastikan kau di pecat dari sini dan segera mendekam di penjara karena sudah membuat putraku yang tampan babak belur!" teriak Lusi membuat semua guru hanya bisa menunduk dan melihat kejadian itu tanpa membela Rudi.

Darah segar mengalir dari pelipis Rudi, membuat Edward menyeringai bahagia.

"Makannya jangan belagu!" bisik pemuda itu kemudian pergi meninggalkan ruang guru

Tidak lama kepala Sekolah datang dan berusaha menarik Lusi yang terus menganiaya Rudi.

"Sudah cukup nyonya!" seru Hasan menarik pengan Lusi

"Kau harus memecat dia dan memenjarakannya, karena dia sudah membuat putraku babak belur atau kau yang akan kehilangan jabatan mu!" ancam Lusi

"Aku tahu dia bersalah karena sudah ikut campur dalam urusan putramu, tapi asal nyonya tahu bukan Pak Tri yang membuat Edward babak belur. Kalau Nyonya ingin tahu siapa pelakunya silakan tanya putra Anda," jawab Hasan

"Aku tidak peduli, tetap saja dia harus di pecat . Lagipula aku muak melihat wajahnya!" pekik Lusi

Rudi tampak mengepalkan tangannya mendengar ucapan arogan Lusi.

"Untuk masalah itu mari kita bicarakan baik-baik semuanya di ruangan ku," ajak Hasan

Namun Lusi menolak dan tetap meminta Hasan untuk memecat Rudi.

"Aku tidak peduli, aku mau kau pecat dia sekarang atau kau yang akan aku pecat!" jawab Lusi dengan sombongnya

Terpopuler

Comments

⸙ᵍᵏ𝐙⃝🦜Titian Mentari 🦈

⸙ᵍᵏ𝐙⃝🦜Titian Mentari 🦈

gimana anaknya gak belagu punya ibu seorang preman juga main nuduh sembarangan

2024-02-29

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Retno W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Retno W⃠🦈

berbeda dengan Edward Lusi begitu marah --> berbeda dengan Edward, Lusi begitu marah

2024-02-19

0

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Retno W⃠🦈

☠ᵏᵋᶜᶟ🍾⃝ͩ⏤͟͟͞Retno W⃠🦈

astagfirullah Edward...kayak anak yang kurang kasih sayang dari orang tua aja seeh Edward itu yaaak

2024-02-19

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!