Di Kamar Zia

Adis di bawa Zia ke kamarnya untuk mengambil oleh-oleh juga mereka mau saling curhat.

Zia membuka kamarnya, terasa hembusan dingin AC dan juga harum parfum ruangan terhidu oleh hidung Adis. Adis mengikuti langkah Zia masuk ke kamar Zia yang luas dan girly.

Adis juga punya kamar yang luas di rumah papinya. Kamar Zia ini perabotan juga warna korden jendela dan wallpaper kamarnya senada hijau soft.

Memasuki kamar Zia terasa adem dan nyaman, semua tampak rapi. Adis memperhatikan sekeliling kamar.

"Dis, sini, malah bengong, kenapa suka ya dengan kamarnya?"

Adis tersenyum ke Zia.

"Iya, kalo disini pasti bikin betah,"

Zia menarik tangan Adis duduk di sofa, di atas meja ada berapa tas, kotak sepatu, dan juga gaun berbagai macam warna dan model. Tidak di atas meja aja di atas sofa panjang juga banyak tumpukan kotak dan gody bag yang berisi oleh-oleh dari luar negeri untuk adik perempuannya ini.

"Dis kamu pilih aja ya mau yang mana terserah aja,"

"Hah? Jangan donk, Zia, kamu aja yang pilihkan buat aku,"

"Ihh kamu ni Dis, tinggal pilih aja kok, pilih aja aku gak mau pilihkan kamu pilih sendiri ya, jangan sungkan sama aku, Dis, kamu itu udah aku anggap adik sendiri," Zia sambil membongkar semua oleh-oleh yang di bawanya.

Selesai membongkar oleh-olehnya, Adis juga sudah mengambil apa yang dipilihnya, Zia sangat baik hatinya Adis bebas memilih apa saja yang ada disitu.

Adis senang mendapatkan teman sebaik Zia, meski tajir Zia tak sombong dan masih mau berbagi. Teman seperti itulah yang Adis cari yang tidak fake, yang tulus.

Zia tak melihat Adis dari sisi dia kaya atau tidak tapi Zia melihat sosok Adis yang pintar dan rajin saat bekerja sebagai maid, sopan dan menurut.

"Okey Adis, sekarang waktunya kita istirahat, bercerita, apa yang mau kamu tanyakan tadi, tentang apa?" Zia mengajak Adis duduk di luar balkon kamar, hari sudah gelap, Adis dan Zia duduk berdampingan di sofa empuk di balkon kamar Zia.

Suasana hening beberapa saat.

"Zia jika aku menanyakan ini apa tidak masalah?"

"Tanyakan apa Dis?"

"Em, begini, kemarin aku sama Zio ke mall, terus ada cewek yang memanggil Zio," Adis menghentikan omongannya menunggu reaksi Zia.

Zia kaget ia menatap wajah Adis lamat-lamat.

"Terus?" tanya Zia antusias.

Apa mungkin Andara ada di tanah air? batin Zia.

"Ya, Zio langsung memeluk pinggang aku, dia sengaja gitu kayaknya nunjukin ke cewek itu,"

Zia membolakan matanya.

"Zio memeluk pinggang kamu Dis," Zia menepuk jidatnya sendiri.

"Jadi kamu gak marah di peluk pinggangnya sama Zio?"

"Eh, em.. waktu itu cewek itu liatin terus matanya berkaca-kaca sampai menangis gitu liat Zio memeluk pinggangku,"

Zia menganggukkan kepalanya.

"Kalau boleh tau siapa wanita itu Zia? Apakah pacar Zio?"

"Dulu iya mereka pernah pacaran lumayan lama, tetapi si cewek itu berselingkuh dengan bosnya, makanya Zio marah, Zio saat itu stress berat, gak mau masuk kantor, gak mau keluar dari apartemen nya, Zio kacau saat itu Dis, Zio itu dingin ditambah dengan kejadian itu semakin tidak tersentuh dia,"

Zia mengingat kembali kejadian 2 tahun lalu. Saat itu Zio pulang ke rumah dengan pakaian berantakan ia di antar oleh Abyan. Saat itu Zio dan Abyan baru mulai bekerja. Zio sendiri masih sebagai wakil CEO dibawah papinya.

"Kelanjutan kisah cinta mereka aku juga gak tau, tapi sejak saat itu Zio jadi jarang pulang ke rumah papi, Zio seperti menghilang susah di cari," Zia bercerita sambil menerawang mengingat kisah cinta Zio 2 tahun lalu.

"Jadi wanita yang di mall itu pacarnya Zio?" tanya Adis.

"Orangnya gimana?"

"Sepertinya itu Andara, pacarnya Zio, cuma aku gak tau apa mereka putus baik-baik atau tidak ada kata putus diantara mereka,"

"Ohhh," Adis manggut-manggut.

"Terus kamu sekarang beneran pacaran ma Zio?" Zia menelisik wajah Adis.

Adis mengedikkan bahunya.

"Dia nembak aku malam kemarin, aku gak boleh dekat ma cowok lain,"

"Oh ya? Apa Zio udah bisa move on?" Zia mengernyitkan alisnya.

"Aku gak tau Zia, aku sendiri juga gak pernah dekat sama cowok,"

Suasana hening keduanya terdiam dengan pikiran masing-masing.

"Cantik, tinggi rambutnya ikal sebahu, modis, make up nya cantik aku gak tau wajah aslinya sih mungkin karena ketutup make up," jelas Adis.

Zia manggut-manggut.

"Sepertinya iya itu Andara kekasihnya Zio dulu, udah lah biarin aja, bukannya sekarang kamu pacar nya Zio kan,"

Adis kembali mengedikkan bahunya.

"Zio bilangnya gitu, tapi aku kan belum menjawabnya, Zia,"

"Ohh gitu, Zio kalo sudah ada maunya ya harus dituruti sih, tapi Zio lelaki yang baik, selama ini dia tidak pernah dekat lagi dengan wanita sejak dia tahun lalu, perasaan kamu sendiri gimana ke Zio?"

"Hah? Aku?"

Zia menganggukkan kepalanya.

"Perasaan ya? Gimana ya? Boleh gak, gak di jawab, aku gak tau perasaan aku ke Zio, dia tampan tapi ya itu dingin, agak pemaksa,"

"Hahaha, Zio mah emang gitu kalo udah maunya dia emang egois, sebaiknya kamu ikuti aja dulu maunya Zio, kalian juga baru kenal kan, pacaran itu masa menjajaki, kalo nyaman klop, jalani aja, bukan karena aku kembarannya Zio aku membela Zio ya Dis, aku sama Zio meski kami sering berdebat tapi kami saling mensupport satu sama yang lainnya," Zia bicara dengan mimik serius tetapi tetap santai.

Adis tersenyum ke Zia.

"Terimakasih Zia, aku senang bisa mengenal kalian keluarga papi Kenzou, untuk aku sama Zio, biara aja berjalan seperti air mengalir, kalo memang jodoh gak akan kemana, kamu sendiri gimana Zia? Siapa lelaki yang dekat dengan dirimu?"

Zia menatap ke Adis.

"Aku? Gak ada, hahaha," Zia tertawa kencang.

"Ihh, kok malah ketawa sih,"

"Aku belum punya pacar Adis, kalo suka sih ada yang aku suka tapi gak tau dia nya suka apa tidak sama diriku,"

"Oh ya?"

"Huumm, udah ah gak usah ngomongin aku, Ziko gimana selama kami pergi? Jagain kamu gak?"

"Ohh Ziko ya? Emm Ziko ada di rumah Zio juga ada, aku juga udah bisa jaga diri sendiri Zia gak perlu dijaga juga, aku kan bukan bayi,"

"Iya sih, itu perintah papi mami ke mereka Dis, mami sangat khawatir dengan dirimu, mami mungkin takut kamu gak betah di rumah ini Dis, takut kamu pergi diam-diam,"

"Oh iya, itu juga yang mau aku omongkan Zia, aku gak enak terus tinggal di sini, aku kan gak jadi maid lagi di rumah ini,"

"Emang napa kalo gak jadi maid kamu kan yang aku minta jadi asistenku, papi mami juga udah setuju, jangan kamu keluar dari rumah ini ya Adis,"

Adis terdiam baru saja dia mau omongkan kalo dirinya mau pindah ke kos-kosan yang terjangkau, yang bisa dibayar sewanya tiap bulan dengan hasil gajinya. Adis gak mau di perlakukan istimewa di keluarga papi Kenzou, Adis sangat sungkan apalagi dengan papi Kenzou yang dingin tak banyak bicaranya.

Terpopuler

Comments

nining

nining

tuh adis....calon ipar udah baik banget....jarang lho ada ipar baik ( ini versi aku Y) 😀

2024-02-21

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!