Adis & Zia Menemui Papi, Mami

Malam hari di rumah keluarga Kenzou Dewangga Alexander papi dari si kembar Zio dan Zia.

Di meja makan keluarga Kenzou baru saja selesai menyantap makan makan malam. Papi Kenzou, mami Lovy, Zio dan Zia, si bungsu Ziko tidak berada di tanah air ia kuliah di luar negeri.

"Mi, nanti Zia mau ajak Adis ketemu mami sama papi,"

"Dalam rangka apa?" tanya mami Lovy lembut.

"Tunggu aja mi, Zia panggil Adis dulu ke sini, tunggu di ruang tengah ya pi, mi,"

"Okey, mami papi tunggu di ruang tengah,"

"Zia ke belakang dulu panggil Adis mi, tadi Zia ajak makan malam dianya gak mau,"

"Adis itu gak gampang berbaur sama orang sayang," ucap mami Lovy.

"Kok mami tau?" tanya Zio.

"Tau aja, ya udah ayo ke ruang tengah, pi, Zio,"

"Iya mi,"

Zia beranjak dari tempat duduknya ia berjalan ke belakang ke paviliun belakang memanggil Adis.

Papi Kenzou, mami Lovy dan Zio pindah duduk ke ruang tengah. Mereka menunggu kedatangan Zia dan Adis.

Zia berjalan di dampingi Adis menuju ke ruang keluarga. Zio menatap tak berkedip gadis berwajah datar yang berjalan ke arah dirinya dan orangtuanya.

Zia dan Adis duduk di sofa panjang di depan mereka papi dan mami, Zio duduk sendiri di sofa tunggal.

Adis tersenyum tipis ke papi Kenzou dan mami Lovy, ke Zio hanya menatap sekilas. Zio menarik tipis ujung bibirnya.

"Pi, Mi, begini, rencananya mulai besok Adis mau Zia jadikan asisten pribadi Zia di kantor,"

Mami mengernyitkan alisnya, papi seperti biasa dengan wajah datarnya tanpa ekspresi.

"Adis sendiri gimana? Apa sudah setuju?" tanya mami Lovy wanita cantik yang tidak memudar kecantikannya.

Semua mata mengarah ke Adis, termasuk Zio, Adis menelan salivanya di pandangi satu keluarga. Ia dengan wajah datarnya menatap ke mami Lovy.

"Saya setuju nyonya," jawab Adis pelan tapi terdengar tegas.

"Jangan panggil nyonya sayang, panggil aja mami juga," ucap mami lembut.

Adis kaget, "Ma-ma-mi?"

"Iya apa kamu keberatan?" tanya mami lagi.

Adis terdiam, tidak bisa menjawab. Adis bingung kenapa harus memanggil mami ia merasa sungkan dengan wanita yang sudah baik dengan dirinya ini.

"Emm, apa gak papa saya panggil ma-mi, nyonya?"

"Ya gak papa, kamu pernah cerita ke mami kan kalo mama kamu udah meninggal sejak kamu berusia 17 tahun,"

"Iya, Mi,"

"Nah begitu kan enak sayang, anggap aja mami Lovy ini mami mu sendiri,"

Zia memeluk bahu Adis, teman yang sudah dia anggap sebagai saudara. Meski Zia belum terlalu mengenal tentang Adis tetapi Zia merasa cocok berteman dengan Adis yang pendiam.

Zio yang mendengar pembicaraan antara maminya dan Adis tersenyum tipis. Entah mengapa Zio ingin mengenal lebih dalam gadis yang irit bicara ini.

Gadis yang tidak terpesona dengan penampilan dirinya, gadis yang berwajah datar dan keras kepala jika di ajak berbicara.

"Gimana Zio menurut mu?" tanya papi Kenzou yang sama dengan Adis sangat irit bicaranya dan berwajah datar.

Zio menganggukkan kepalanya.

"Itu semua permintaan putri tersayang papi mami, Zio setuju aja pi, mi, selama ini Zia juga jarang berinteraksi dengan siapapun. Mulai besok Adis akan bekerja sebagai asisten pribadi Zia, hanya saja Zio tidak menerima CV dari Adis Pi, Mi,"

Adis menoleh ke Zio, tatapan matanya tampak tajam ke Zio.

Zio tersenyum smirk dalam hatinya. Dirinya suka sekali dengan tatapan tajam gadis di depannya ini.

Zia mendengus menatap tajam juga ke kembarannya.

"Zio, jangan mulai deh, CV Adis ada sama aku," Zia memicingkan sebelah matanya ke kembarannya.

Zio terkekeh melihat kembarannya yang terprovokasi dengan ucapannya.

"Maaf nyo.. Eh.. ma-mi, apakah tidak apa-apa saya menjadi asisten nona Zia? Pekerjaan saya sebagai maid jadi gimana mi?" tanya Adis.

"Udah gak usah kamu pikirin itu Dis, mulai besok kamu udah jadi asisten pribadinya Zia, bekerjalah yang baik ya," ucap mami tersenyum ramah.

"Baik mami terimakasih,"

"Mi, udah kan? Zia sama Adis mau ke teras belakang,"

"Gak ikut ngobrol di sini aja?"

"Ada yang mau Zia sampaikan ke Adis mi,"

"Ya udah pergilah ke teras kalo begitu,"

"Terimakasih mi, pi," Zia bangkit dari duduknya.

"Ayo Dis," Zia menarik tangan Adis mengajaknya ke belakang, mereka akan membicarakan untuk besok pagi.

Zio ikut juga bangkit dari duduknya.

"Pi, mi, Zio ke belakang juga,"

Zia dan Adis sudah berjalan duluan ke belakang, Zio menyusul, Zia tidak mengetahui jika Zio mengikutinya di belakang.

Zia dan Adis duduk di teras belakang. Zia kaget Zio juga ada di belakang mereka dan ikut duduk.

"Zio, kamu ngapain ikut juga ke sini, aku mau bicara berdua aja dengan Adis bukan dengan kamu,"

Adis pun heran dengan Zio yang juga ikut dengan mereka.

"Santai Zia, aku kan cuma duduk di sini aja cari angin," ucap Zio tanpa merasa bersalah.

Zio duduk di sebelah Zia sambil mengecek ponselnya. Dia pura-pura tidak mendengar pembicaraan dua gadis pendiam di dekatnya. Padahal kupingnya ikut mendengarkan apa yang Zia bicarakan.

Zia menjelaskan tentang pekerjaan yang harus dilakukan oleh Adis. Adis mendengarkan dengan seksama.

Hampir setengah jam Zia menjelaskan terperinci pekerjaan asisten pribadi ke Adis. Zia kebelet ingin ke toilet. Zia beranjak dari duduknya.

"Bentar ya Dis, perutku sakit ini, aku ke toilet sebentar," Zia segera berjalan cepat menuju ke toilet.

Tinggallah Adis dan Zio duduk di teras berdua. Zio yang merasa mendapat kesempatan bisa berdua dengan Adis tak melewatkan begitu saja waktu yang ada.

"Ehemm," Zio berdehem.

Adis menoleh ke Zio, netra mereka beradu.

"Aku sudah mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Zia tadi, tambahan dariku jika Zia berhalangan hadir tidak bisa ikut meeting di kantor atau bersama klien, itu tugasmu untuk menggantikannya, aku tadi tidak mendengar Zia menjelaskan tentang itu,"

Adis mendengarkan apa yang di sampaikan oleh Zio. Adis akan menanyakan nanti jika Zia sudah datang.

"Untuk besok akan ada rapat di kantor dengan semua divisi, kamu juga ikut rapat, di mana pun Zia berada kamu harus berada di sampingnya, oke?"

Adis hanya mengangguk tanpa mengeluarkan suaranya.

Tatapan mereka masih bertaut, tampak sorot terang di mata Zio, sedangkan sorot mata Adis tampak tak bisa terbaca. Zio semakin penasaran saja dengan Adis. Setiap dirinya menatap Adis dirinya merasa seperti tersedot ke dalam palung yang paling dalam di iris mata gadis di depannya ini, iris mata coklat terang sangat indah sekali di tatap oleh Zio.

Zio merasakan desiran halus yang menjalar di relung hatinya setiap tatap mata mereka bertemu.

Zia datang dari toilet dengan membawa cemilan di tangannya.

"Zio kamu betah sekali nongki di sini, kamu naksir Adis kah?" tanya Zia to the point.

Zio nyengir kuda, Adis membolakan matanya.

"Kalo iya kenapa?" jawab Zio sambil terkekeh.

Adis semakin membolakan matanya. Adis kaget.

Zia merotasikan bola matanya.

"Jangan macam-macam kamu Zio, Adis sudah jadi sahabatku mulai sekarang tidak ada seorang pun yang boleh menyakitinya, bukannya kamu udah ada yang suka ya? Bukannya kamu masih menyimpan perasaan ke siapa tu? Andara?"

Zio membolakan matanya, kenapa Zia menyebut nama gadis lain di depan Adis.

Zio memanyunkan bibirnya, tiba-tiba saja mood nya langsung jelek. Zio beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkan Zia dan Adis begitu saja tanpa berkata-kata.

Zia mengedikkan bahunya, Adis bengong.

Terpopuler

Comments

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

𝐀⃝🥀❤️⃟Wᵃf ariistaᴳ᯳ᷢ🍁❣️

cieee.. zio pantang liat yang bening ya zi.. uhuk.. uhukk..

2024-05-15

0

❤️⃟Wᵃf♡✿Alena97✿♡⍣⃝కꫝ 🎸

❤️⃟Wᵃf♡✿Alena97✿♡⍣⃝కꫝ 🎸

selalu terpesona Zio kalau melihat adis tanpa berkedip

2024-03-14

0

❤️⃟Wᵃf𝗥ҽȥȥα ⍣⃝కꫝ 🎸

❤️⃟Wᵃf𝗥ҽȥȥα ⍣⃝కꫝ 🎸

mami Lovly ini baik banget mau mengganggap adis seperti anaknya sendiri

2024-03-14

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!