Adis di Panggil Zio ke Ruangannya

Keesokan harinya seperti biasa Adis berangkat ke kantor menggunakan mobil atasannya Zia padahal Adis ingin naik bus aja. Zia mendadak harus pergi ke luar negeri bersama papi Kenzou, ada hal urgent yang harus Zia kerjakan dj perusahaan papinya di luar negeri.

Hari ini ada jadwal pertemuan dengan klien perusahaan Zio dan Zia, mereka meminta pertemuan pada saat makan siang.

Berhubung Zia tidak bisa hadir, Adis lah yang akan mewakili ketidakhadiran Zia pada pertemuan dengan klien nanti siang.

Kebetulan Abyan juga tidak masuk hari ini, Abyan juga ada urusan keluarga ia izin hari ini.

Tinggallah Zio dan Adis yang akan pergi berdua menemui kliennya di restoran siang ini.

Adis sedang berada di ruangan Zio, dirinya dipanggil Zio ke ruangannya.

Adis menghela napasnya saat keluar dari ruangannya, ruangan yang bersebelahan dengan ruangan bosnya.

Sebelumnya Zia komplen ke Zio kenapa ruangan Adis pindah, Zio hanya mengedikkan bahunya saat ditanya oleh Zia. Zio malas meladeni kembaran ceweknya itu.

Zia selalu saja ngomel dengan dirinya, makanya Zio tidak meladeni pertanyaan Zia.

Saat berjalan di depan sekretaris Fathika Adis tersenyum.

"Pak Zio ada mba?"

"Ada, masuk aja, panggil Thika aja umurnya sebaya kan?"

"Saya 23 tahun, mba?"

"Gak papa saya 24 tahun, panggil Thika aja,"

"Baiklah Thika, saya ke ruangan Pak Zio dulu,"

"Silahkan nona,"

"Adis aja Thika jangan nona,"

"Baiklah Adis, masuk aja,"

"Terimakasih,"

Adis mengetuk pintu atasannya.

"Masuk," terdengar suara berat menjawab dari dalam ruangan.

Adis membuka pintu, jantungnya berdegup kencang, jika hanya berdua di depan Zio entah mengapa Adis menjadi salah tingkah wajahnya pasti merona.

Adis berjalan mendekati meja bosnya. Bosnya sedang fokus dengan berkas di mejanya.

"Selamat pagi, Pak Zio," sapa Adis dengan suara lembut nya.

Seperti mendengarkan harmoni indah di telinganya Zio mendengar suara lembut Adis.

Zio mengangkat kepalanya. Adis pas juga sedang menatap ke Zio. Tatapan mereka beradu.

Mata teduh itu, batin Adis.

Mata sendu itu, batin Zio.

Zio menghentikan pekerjaannya, ia menyandarkan punggungnya ke kepala kursi.

"Duduk lah," ucap Zio dengan tenang tatapannya tak berkedip membuat gadis di depannya ini agak salah tingkah.

Dengan dada yang terus berdebar kencang, tatapan bos di depannya ini membuat wajah Adis merona perlahan-lahan. Adis menjadi gugup tangannya dingin.

Cepetan donk bos mau ngomong apa, mana diliatin gak berkedip gue kan jadi grogi , batin Adis.

"Pak, saya sudah duduk," Adis ingin segera bisa keluar dari ruangan ini, ruangan ini dingin dengan AC nya yang di pasang di angka rendah celcius nya, tetapi mengapa Adis merasa kegerahan.

"Kamu kenapa merah wajahnya?" tanya Zio memperjelas.

Blush..

Wajah Adis bertambah merah. Zio yang melihatnya menarik ujung bibirnya tipis.

"Kamu sakit? Demam?"

Adis cepat-cepat menggelengkan kepalanya.

"Nggak Pak, saya gak sakit," jawab Adis gugup.

Udah donk pak, jangan di liatin terus, batin Adis merasa semakin grogi.

Zio memajukan tubuhnya melipat tangannya di atas meja, jarak wajahnya dengan wajah gadis berkacamata tebal di depannya ini sangat dekat.

Adis memalingkan wajahnya ke samping menghindari tatapan mata bosnya yang seakan ingin menelan dirinya.

"Jangan berpaling, saya bicara dengan kamu nona Adis,"

Jantung Adis tidak bisa lagi berdetak normal, dadanya bertalu-talu. Ia kembali menoleh ke bosnya, tatapan mereka kembali beradu.

"Buka kacamata mu, ini perintah," tegas Zio.

Tidak ada Zia, Zio bisa leluasa memerintah ke Adis, coba aja kalo ada Zia pasti Zia sudah protes keras gak terima Adis di perintah oleh Zio.

Adis berani menatap wajah bosnya.

"Saya kabur kalo buka kacamatanya Pak," Adis beralasan aja. Padahal yang di pakai bukan kacamata minus, hanya kacamata fashion saja.

"Ini perintah, nona Adis, kenapa gak pake softlens aja kalo matanya kabur?" Zio tidak hilang akal. Zio penasaran dengan penampilan asisten kembarannya ini.

"Saya bilang buka kacamata, nona Adis," ulang Zio dengan suara tegasnya.

Keras kepala juga ini cewek, batin Zio.

Adis mengepalkan tangannya di samping tubuhnya.

Dengan terpaksa Adis mengangkat tangannya dan membuka kacamatanya. Tapi Adis merotasikan bola matanya.

Zio tersenyum melihatnya.

"Nah, gitu kan nampak wajahnya, cantik, hanya tinggal behel nya aja,"

Adis mengernyitkan alisnya.

"Pak tadi manggil saya deh ke sini ada apa ya pak? Nona Zia gak masuk hari ini pak," jelas Adis mengalihkan pembicaraannya agar bos nya gak kemana-mana bicara nya.

"Oh iya, siang nanti kita ketemu klien baru di mall sekalian makan siang, Abyan juga tidak masuk hari ini, jadi nanti kamu pergi berdua sama saya, oke?"

Adis merasa semakin berdebar-debar.

Berdua saja satu mobil dengan bosnya ini? Waduh, di sini aja udah terasa panas hawanya, apalagi duduk satu mobil berdekatan, Adis bermonolog dalam hatinya.

"Nona Adis, malah melamun, ini berkas untuk pertemuan hari ini kamu bisa pelajari di sini aja, bisa duduk di sofa situ, kalo merasa gak enak duduk di dekat saya," Zio sengaja ia ingin berdekatan dengan Adis di ruangannya.

Zio akan menyelesaikan mengecek berkas di mejanya. Membiarkan Adis mempelajari berkasnya di meja di sofa. Dari mejanya Zio bisa memperhatikan Adis yang sedang bekerja. Zio sudah membayangkan hal itu.

"Pak Zio, saya pelajari di ruangan saya aja ya Pak," Adis merasa keberatan harus mempelajari berkas untuk ketemu klien mereka nanti siang di ruangan bos nya ini. Sekarang aja dadanya seperti sulit bernapas duduk di depan bosnya apalagi berlama-lama berada satu ruangan dengan bosnya ini.

"Tidak ada bantahan nona Adis, atau di sini saja kamu pelajari sekarang saya masih harus memeriksa dan menandatangani berkas di depan saya ini, pilih mana duduk di depan saya atau di sofa," dalam hatinya Zio tertawa dirinya sangat suka melihat gadis di depannya ini salah tingkah.

"Mm, saya duduk di sofa aja Pak, saya pelajari di sofa aja,"

"Baiklah, segera dikerjakan, waktu kita tinggal satu jam lagi berangkat ke mall,"

"Baik Pak, permisi," Adis beranjak dari duduknya dan berjalan ke sofa.

Zio memperhatikan gadis tinggi semampai berjalan meninggalkan mejanya. Kacamatanya masih di meja Zio.

Adis duduk di sofa empuk sambil mempelajari berkas yang nanti akan di bawa meeting dengan klien. Adis serius mempelajari isi berkasnya.

15 manit kemudian Zio sudah selesai memeriksa dan menandatangani berkas di mejanya. Zio bergerak dari kursinya, menuju ke kulkas yang ada dipojok ruangannya. Zio mengambil minuman kotak dingin rasa susu almond 2 kotak, untuk dirinya dan Adis.

Zio mendekati sofa Adis dan duduk di sebelahnya, Tentu saja Adis kaget dengan kedatangan bosnya yang duduk tiba-tiba di sampingnya. Adis menoleh ke samping, tatapan mereka kembali beradu.

"Ini minum dulu, rasanya enak, kamu suka susu?" tanya Zio sambil menyodorkan 1 kotak susu almond ke Adis.

Adis menerima kotak susu dari bosnya. Zio sudah meletakkan pipetnya di kotak susu, Adis tinggal meminumnya saja. Zio juga meminum susu kotaknya, rasanya memang sedap. Zio menyeruputnya sampai habis. Hanya tinggal kotak kosong saja.

Adis kaget bosnya minum susu kotak langsung habis, Adis melihat bosnya tanpa berkedip, ia heran.

"Kenapa? Apa ada yang aneh? Selesaikan segera sebentar lagi kita akan pergi.

"Baik Pak," Adis membaca judul dari berkas yang ada di depan meja yang tadi bosnya berikan.

Adis serius membacanya, padahal Zio ingin sekali mengangggu gadis datar di depannya ini.

Zio memperhatikan setiap perubahan di raut wajah gadis di sampingnya ini. Zio gemas sekali melihat pipi mulus di depannya ini dan tiba-tiba saja.

Cup..

Kecupan lembut dari bibir kenyal Zio mendarat mulus di pipi Adis.

Adis kaget, matanya melotot, ia menatap tajam ke bosnya.

Zio mengangkat kedua tangannya ke dadanya.

"Sorry aku sengaja," ucap Zio santai di lihatnya tanduk di kepala Adis mulai muncul dengan tatapan tajam dari gadis cantik di depannya ini.

Zio segera beranjak masuk ke kamar mandi. Adis mengeraskan rahangnya.

Sialan, ciuman pertamaku, kenapa dengan bos itu? Apakah semua bos suka mesum gitu? Adis bermonolog dalam hatinya.

Zio masih di kamar mandi, Adis tadi ingin memukul bosnya itu dengan berkas yang ada di tangannya, tetapi nanti berkasnya malah rusak kalo di pakai untuk menimpuk bosnya. Adis menggelengkan kepalanya. Wajahnya masih merah padam. Adis malu belum pernah ada seorang lelaki pun yang bisa dekat dengan dirinya.

Terpopuler

Comments

✍️⃟⃞ 𝙍𝘼🐛Dewᴳ᯳ᷢ

✍️⃟⃞ 𝙍𝘼🐛Dewᴳ᯳ᷢ

ya elahhh Zio, cari kesempatan banget siihhh.. ngakak deh.. 🤣🤣🤣

2024-03-14

1

nining

nining

mesem2 sendiri bacanya🤣

2024-02-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!