Zio-Adis-Ziko

Setelah kepergian bosnya dari kamarnya, Adis terduduk di pinggir kasurnya yang berukuran single. Adis yang menyukai warna purple membungkus bed single nya dengan sprei warna purple.

Adis merasa hatinya tidak baik-baik saja, dia bingung dengan dirinya kenapa ia tidak menolak saat bosnya mencium bi bir nya, kenapa dirinya membiarkan bosnya mencium bi birnya. Adis gadis introvert itu belum pernah dekat dengan lelaki meski ia pernah menyukai teman sekelasnya dulu saat masih seragam putih abu. Teman sekelas yang suka mengusilinya.

Ya, Adis dulu pernah tertarik dengan lelaki yang tadi membonceng dirinya di motor sport nya. Adis seperti mendapatkan perhatian lebih dari lelaki itu yang tak lain adalah adik bosnya, Ziko.

Adis pernah menyukainya dalam diam, di pendam perasaannya. Meski mereka tidak pernah berbicara di kelas, tetapi Ziko sangat usil kepadanya. Ziko juga suka membelanya saat ada siswi yang mencoba membully nya.

Adis masih termenung di pinggir kasur. Ponselnya berbunyi.

Nona Zia is calling..

Adis segera mengangkatnya.

"Assalamu'alaikum ya nona Zia, ehh.. iya Zia,"

"Waalaikumsalam Adis, aku mau menanyakan gimana di kantor tadi? Apa ada yang mencariku?"

"Gak ada yg cari Zia, masih lamakah di sana Zia?" tanya Adis.

"Belum tau juga berapa lamanya, kenapa? Apa ada masalah?" tanya Zia mulai mode galaknya.

"Em, gak ada kok Zia, semuan aman terkendali di sini,"

"Baiklah kalo begitu, kasih tau aku kalo ada apa-apa ya, Zio gak godain kamu kan, Dis?"

"Eh, eng, gak Zia,"

"Beneran? Kasih tau aku kalo dia macam-macam ma kamu okey, ya udah aku tutup dulu ya, miss you Adis,"

"Miss you too, Zia,"

Adis menutup telponnya setelah Zia menutup nya di seberang lautan sana.

Adis kembali ke kasurnya, ia rindu dengan papinya ingin menelpon ke papinya tapi nanti papinya pasti tau dirinya berasa di mana, dan di suruh pulang. Adis belum siap pulang, Adis ingin mencari tau juga sepak terjang ibu tirinya, ia ingin mencari bukti kalo ibu tirinya hanya memanfaatkan papinya aja mau menikah dengan papinya.

Wanita itu tentu saja tidak akan betah dengan papinya yang sudah berumur, nyatanya kemarin jumpa di mall ibu tirinya itu malah menggandeng pria peranakan.

Huhhh.. gimana caranya ya, agar bisa tau sepak terjang wanita itu biar papi sadar belang istri muda nya itu, Adis berpikir keras.

Dalam kesendiriannya di dalam kamar Adis menjadi gabut. Adis ingin keluar rumah mencari angin.

Adis sudah bersiap dengan outfit cosplay nya. Adis keluar kamar, daripada dirinya suntuk Adis ingin berjalan-jalan sendiri ke mall cuci mata, ia mau naik taxy online aja.

Waktu menunjukkan pukul 16.45 sore Adis keluar kamarnya. Di rumah utama sepi Zia dan papi maminya sedang keluar negeri. Hanya ada Ziko di rumah utama, Adis tidak tau aja Zio juga ada di rumah utama. Zio sudah menyusun rencana jika selama Zia sama kedua orang tuanya keluar negeri dirinya yang akan menjaga rumah bersama Ziko, dan ia akan pergi ke kantor bersama Adis.

Adis berjalan pelan ia bertemu dengan bibi di teras depan. Adis tidak tau aja dua lelaki tampan yang terus mengamati gerak geriknya.

Ziko yang berada di taman belakang dan lebih dekat dengan paviliun Adis melihat Adis akan keluar rumah. Ziko gercep segera mengikuti Adis dari belakang.

Zio sendiri mengamati dari balkon kamarnya. Dia heran dengan Adis mau kemana dia, Zio segera bergerak, mengambil kunci mobilnya, dompet dan HP di atas nakas, segera ia berlari. Zio melihat Ziko berjalan di belakang Adis dengan jarak 5 meter.

Dengan gerak cepat Zio berlari mengejar Adis yang sudah bersama Ziko di halaman depan rumah. Adis sudah berjalan mau keluar pagar.

"Hei, tunggu!" teriak Zio, Adis dan Ziko kaget mereka menoleh ke belakang.

Zio ngos-ngosan sampai di depan Adis dan Ziko. Kedua orang tersebut mengernyitkan alisnya menatap Zio.

"Kalian mau kemana?" tanya Zio masih dengan napasnya yang memburu.

"Kamu kenapa Zio? Kayak di kejar hantu aja," ucap Ziko heran melihat kakaknya.

Wajah Zio sudah merah padam karena berlari dari lantai dua kamar menuruni tangga berlari sampai di tempat Adis dan Ziko sedang berdiri.

"Aku bertanya kalian mau kemana jalan kaki?" Zio masih menormalkan napasnya. Perlahan Zio menarik napas dan menghembuskannya perlahan.

"Tanya sama asisten Zia, mau kemana dia? Udah sore juga, aku mau nawari antar Adis kalo mau pergi keluar rumah," ucap Ziko.

"Kamu mau kemana sore-sore begini, biar aku antar," ucap Zio.

Ziko cemberut.

Apa-apaan Zio ini aku yang duluan mau antar kok malah dia yang nawarin diri, batin Ziko.

Adis mengerutkan alisnya.

Kenapa sih mau keluar rumah aja susah gini, Adis bermonolog dalam hatinya.

"Pak Zio dan kak.. eh.. Ziko, saya mau keluar sebentar ada yang harus saya beli, saya bisa jalan kaki atau naik ojek aja, gak papa,"

"Gak kamu pergi sama saya, papi, mami udah kasih pesen ke saya kalo aku harus jagain kamu liatin kamu selama papi, mami dan Zia pergi ke luar negeri," jelas Zio.

"Iyakah Zio? Sejak kapan papi mami ngomong sama elo?" Ziko tak terima masalahnya dia juga ada di rumah ini dan dia bisa menjaga dan mengawasi Adis.

"Pak, saya pergi sebentar aja kok, gak jauh juga, jadi biarkan saya pergi sendiri ya," ucap Adis lembut tidak ingin kedua orang kakak beradik ini berseteru gara-gara dirinya. Padahal Zia udah gak ada masih juga berdua orang ini berdebat gara-gara dirinya.

"Pak saya pergi sendiri aja, ini udah tambah sore bentar lagi maghrib pak, saya gak jadi aja deh pak,"

"Ehh, kok gak jadi saya udah berlari ngos-ngosan begini, Ziko kamu jaga rumah, aku pergi dulu sama Adis, okey,"

"Yah Zio, kan aku dulu tadi yang nawari Adis mau antar dia," Ziko memanyunkan bibirnya.

"Gak ada bantahan Ziko, ayo Adis, kita pergi," Zio menarik tangan Adis untuk ke naik mobilnya.

"Pak, pak, lepaskan, saya bisa jalan sendiri," Adis gak enak tangannya di gamit bosnya di depan Ziko lagi.

Ziko melengos, Zio orangnya keras dia bantah pun tetap aja dia akan kalah. Ziko menghormati kakak laki-laki nya itu. Ziko merasa jika kakaknya memiliki perhatian khusus dengan Adis, begitu dengan dirinya, diam-diam Ziko penasaran dengan penampilan Adis yang menurutnya unik.

Feeling Ziko merasakan jika Adis ini sedang menyamar, dengan tubuh tinggi, kulit halus dan bahasa tubuhnya Ziko merasa Adis bukan gadis biasa. Pasti ada sesuatu di balik penampilannya itu.

"Pak, udah sore gak jadi aja saya perginya, saya kembali ke kamar saya aja ya pak," pinta Adis ke bosnya.

"Kita pergi keluar, temani saya sekalian makan malam," Ziko membukakan pintu buat Adis. Adis jadi sungkan untuk menolaknya, mau gak mau Adis akhirnya masuk ke dalam mobil.

Ziko yang melihat nya menendang angin dengan kakinya, tak ada batu yang bisa di tendangnya, hanya ada rumput hijau di dekat nya. Dengan langkah gontai Ziko masuk ke dalam rumah, membiarkan Adis dan kakak laki-lakinya pergi.

Terpopuler

Comments

✍️⃟⃞ 𝙍𝘼🐛Dewᴳ᯳ᷢ

✍️⃟⃞ 𝙍𝘼🐛Dewᴳ᯳ᷢ

wahhh persaingan kakak-adikk niihhh..😎😎

2024-03-14

0

lvlvx hamdayani

lvlvx hamdayani

astaga. kamu sdh kehilangan ciuman pertama kamu, dis. mgkin u jatuh cinta sm bos, jadi tdk.marah saat dia melayangkan ciuman

2024-03-13

2

❤️⃟WᵃfJonathan

❤️⃟WᵃfJonathan

wah, ziko sangat beruntung bs disukai adis, walau hanya diam. mgkin krn tdk ada komunikasi jd adis hanya bs memendam rasa cinta itu

2024-03-13

3

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!