Adis di Kantor Zio

"Hai," sapa Abyan ke Adis.

"Jangan macam-macam kamu By, awas kami mo lewat," Zia menarik tangan Adis.

Zio keluar dari mobilnya.

"Zi, bukannya kamu tadi di rumah, kok udah di kantor aja?" tanya Zio yang mengikuti langkah kaki kembarannya.

Abyan juga mengikuti langkah kaki sepupunya.

Zio berjalan di samping Adis, Abyan berjalan di samping Zia.

Kedua lelaki tampan dan tinggi itu berjalan seperti bodyguard kedua wanita tersebut yang mereka apit jalannya.

Semua mata memandang ke arah mereka, yang cowok tinggi-tinggi begitu juga dengan yang cewek.

Kedua wanita pendiam tersebut tidak bersuara, mereka terus berjalan diikuti lelaki tampan di samping mereka masing-masing.

Mereka berempat berdiri di depan lift khusus top manajemen.

Zio tak pernah jauh dari Adis. Dirinya juga belum berkenalan dengan gadis dengan wajah datar ini. Zio juga tak mengerti kenapa ia langsung klik dengan gadis yang belum di kenalnya ini.

Zia sampe ke ruangannya yang bersebelahan dengan ruangan kembarannya.

"Kalian kenapa masih ikuti kami?" tanya Zia heran.

Zia membuka pintu ruangannya, di ikuti oleh Adis. Kedua lelaki tampan tersebut juga ikut masuk ke ruangan Zia.

"Ya ampun, kalian kenapa sih? Malah ikut kesini juga? Bukannya malah kerja," Zia mulai memasang mode galaknya.

"Zi, kenalkan dulu gadis cantik di sampingmu itu? Siapa dia? Sekretaris mu kah?" tanya Abyan yang juga pingin kenalan dengan Adis bukan Zio saja.

"Zi, kenapa kamu bawa gadis ini ke sini? Bukannya ia kerja di rumah?" tanya Zio.

Wajah Adis merona merah, ia seperti ditampar wajahnya mendengar kata-kata Zio. Wajah Adis semakin menekuk. Dirinya melirik tajam ke Zio.

Zio juga mencuri pandang ke gadis di samping Zia.

"Kenapa sih kalian reseh amat, udah sana gih, tak ada kenalan-kenalan, hus.. hus.. keluar sana, Zia mendorong tubuh Zio dan Abyan sekuat tenaga agar keluar dari ruangannya.

" Ziaa, apa-apaan sih, kenapa kami di dorong-dorong keluar," teriak Abyan.

"Kalian sangat berisik, mengganggu saja," begitu Zio dan Abyan keluar Zia langsung mengunci pintu ruangannya.

"Legaaa," Zia mengelus dadanya.

"Duduk Dis, ada yang mau aku sampaikan sama kamu,"

Zia berjalan ke mejanya, Adis mau duduk di kursi depan mejanya Zia.

"Ehh, jangan duduk disitu, di sofa aja," Zia menarik tangan Adis untuk duduk di sofa.

Adis mengikuti saja perintah nona mudanya ini. Ia duduk di sofa di seberang nona mudanya. Padahal dirinya sendiri juga nona muda di keluarga Wijaya. Adis tidak ingin ada yang tau identitas aslinya jika di tanya ia hanya menyebut namanya saja Adis tanpa nama panjangnya.

Adis meninggalkan rumahnya saat papinya pergi berbulan madu ke luar negeri. Adis tidak menyetujui pernikahan kedua papinya, Adis tidak menyukai ibu tirinya yang sebaya dengannya. Adis tidak melihat ada ketulusan di dalam diri ibu tirinya itu.

Adis juga tau siapa sebenarnya ibu tirinya itu, Adis yang pendiam tidak ingin berdebat dengan papinya, waktu acara pernikahan papinya Adis tidak datang.

"Dis, Adis, yaelah malah ngelamun,"

"Ehh, iya nona eh.. Zia," Adis gelagapan kaget karena ia mengingat papinya yang sejak menikah tidak lagi menghiraukan dirinya.

"Tuh kan bener kamu melamun, begini aku ajak kamu ke kantor ini, aku mau nawarin kamu jadi asistenku, mau ya tak ada penolakan,"

"Hah? Asisten non.. eh.. Zia? Apa gak salah? Saya kan maid di rumah papi mami Zia,"

"Ah, masalah itu mah gampang, nanti aku yang ngomong ke papi dan mami, aku butuh asisten Dis,"

"Saya bekerja di rumah aja Zia, saya tidak suka bertemu banyak orang di luaran,"

"Saya tu juga begitu loh Dis, kita kan sama, tetapi kalo kita bekerja ya kita harus profesional, Dis,"

"Iya sih Zi,"

"Jadi mulai besok kamu udah kerja sama aku, jadi di mana ada aku disitu ada kamu,"

"Non, eh.. Zia, saya tidak bisa bekerja di kantor loh, saya belum pengalaman," elak Adis, ia sebenarnya keberatan, jika sering berada dil luar dirinya takut akan di temui oleh papinya atau para pengawalnya yang pasti sudah di sebar di mana-mana.

"Kamu jangan banyak alasan deh Dis, pokoknya besok kamu udah mulai kerja jadi asisten aku, sekarang ayo kita temui kakakku, kakak kembaranku,"

"Hah? Zi kamu kembar sama bos yang tadi ikut masuk itu?"

"Iya bener, kami kembar wajah kami emang beda karena kami kembar tidak identik, wajahku kek wajah papi Kenzou, plek deh, klo wajah Zio, perpaduan wajah papi dan mami,"

"Ohh gitu," Adis manggut-manggut.

"Zia, apa boleh kalo aku kerja besok aku pakai kacamata dan pakai rambut palsu?"

"Hah?" Zia kaget

"Kenapa begitu?"

"Ya gak apa-apa aja," Adis tidak memberitahukan alasan dirinya mau memakai kacamata dan rambut palsu.

"Boleh ya Zia, kalo tidak saya tetap jadi maid aja di rumah,"

"Ya udah nanti kita ke mall beli buku sekalian beli kacamata sama rambut palsu buat kamu,"

"Tak usah, Zia biar saya beli sendiri aja, saya bukan siapa-siapa yang harus di temani majikan jika membeli keperluan saya,"

"Ihh, kamu kenapa keras kepala sih, Dis,"

"Maafkan saya Zia, saya melakukan ini semua karena ada maksudnya,"

"Maksud apaan?" tanya Zia tak mengerti.

"Ada deh, Zi, tolong jangan paksa saya buat jelasin ya,"

"Iyalah terserah kamu aja, daripada aku pusing tujuh keliling,"

"Maafkan saya Zia,"

"Tak usah meminta maaf Adis, sekarang kita ke ruangan CEO kita ya," ucap Zia sambil menarik tangan Adis.

Tiba di depan ruangan Zio, sekretaris Fathika berdiri memberi hormat pada kedua wanita cantik yang tinggi semampai seperti model catwalk.

Zia membuka pintu ruangan Zio, Zia masih menarik tangan Adis yang terasa halus di tangannya.

"Hallo Zero," sapa Zia ke kembarannya.

"Zero? Siapa Zero?"

"Itu Zero yang sok cool," bisik Zia matanya sambil menatap kembarannya.

"Bukankah namanya Zio ya?" bisi Adis masih belum paham.

"Zio, katanya kamu mau kenalan dengan asisten baruku ini?"

Zio kaget dari tadi di jantungnya masih berdetak sangat kencang, apalagi sekarang dirinya bertatap muka langsung dengan gadis yang sudah mengganggu pikirannya.

"Duduk yuk Dis," Zia menarik tangan Adis dan mereka duduk bersebelahan di sofa.

"Zia, tolong tinggalkan kami berdua," terdengar suara sexy dari bibir Zio.

"Hah?" Zia kaget.

"Kenapa harus berdua? Kan Adis dibawah Zio, aku sudah wawancara dengannya,"

Zio tidak menjawab, air muka di wajah Zio berubah, jika sudah serius Zio sudah sama seperti papinya, auranya dingin dan tatapannya tajam, kalo sudah seperti itu Zia tau Zio sedang mode cosplay papinya. Zia tidak akan pernah membantah Zio. Zia tidak mau mereka berdua berdebat terus.

Dengan terpaksa Zia pergi keluar ruangan meninggalkan Adis dan kembarannya, Zio. Tapi Zia masih khawatir jika kembarannya akan menanyakan hal yang aneh-aneh ke Adis.

Di dalam ruangan Zio, Adis tidak berani mengangkat kepalanya. Ia terus menunduk. Tangannya terasa dingin, perutnya terasa

Zio menarik sudut bibirnya ia akan menanyakan bnyak hal ke gadis yang sudah membuat pikirannya ambyar.

Kenzou memandangi wajah cantik di depannya yang terus menunduk. Zio seakan mendapatkan jckpots besar berada satu ruangan dan akan berbicara dengan gadis tersebut.

Terpopuler

Comments

❤️⃟Wᵃf🥑⃟Fadillah

❤️⃟Wᵃf🥑⃟Fadillah

zio nih jatuh hati sama adis harus berjuang kamu zio nih taklukan adis buat dia cinta sama kamu...

2024-05-14

0

Mitha Candy

Mitha Candy

Cewek pendiam itu bagus susah di dekati, kalau kamu suka berarti kamu harus berjuang

2024-05-14

0

❤️⃟Wᵃf👑 ⃟𝐆𝐒Candy Cocho

❤️⃟Wᵃf👑 ⃟𝐆𝐒Candy Cocho

semua pada terpana melihat mereka jalan beriringan..

2024-05-09

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!