"Kamu punya nyali juga ya rupanya. Pergi dari sini atau kami gebukin?" ancam salah satu dari teman Rio.
"Pengecut, kalian cuma bisa main keroyokan."
"Kamu beneran ingin yg one by one? Baiklah aku ladeni."
Andrea pun berkelahi dengan mereka, susah payah harus melawan karena one by one** yang mereka ucapkan hanya isapan jempol belaka. Buktinya mereka maju berdua dan melawan Andrea yang sendirian.
Andrea cukup bisa melawan karena sejatinya dia pun ikut ekskul karate di sekolah hanya tak banyak yang tahu karena dia memang terkenal sangat dingin dan tertutup.
Wajah Andrea dihajar cukup parah, tapi dia juga berhasil membuat kedua teman Rio kehabisan tenaga dan akhirnya tumbang bersamaan. Dengan susah payah dia berjalan ke arah pintu rumah itu.
Saat dia mencoba membuka pintunya ternyata terkunci. Dengan sisa tenaga yang dia punya dia pun mendobrak pintu itu. Setelah berusaha cukup keras, akhirnya pintu terbuka. Namun sebelumnya dia sudah mengirimkan lokasi keberadaannya kepada Ibu Jihan dan berpesan agar menghubungi pihak berwajib karena Jihan dalam bahaya.
Dengan sisa tenaga yang dia punya, dia berjalan menyeret langkahnya yang tertatih, mencari Jihan yang dibawa Rio entah untuk diapakan. Bayangan Jihan yang tak berdaya terus bermain di kepalanya, hingga membuat darahnya seperti mendidih dan marah sekali pada sepupunya itu Rio.
Tak lama kemudian, terdengar suara jeritan dari salah satu kamar. Dia yakin itu adalah suara Jihan. Dia pun mencari dengan tergesa, takut sudah terjadi sesuatu pada perempuan yang diam-diam sangat disayanginya itu. Dia tidak akan memaafkan dirinya kalau sampai terjadi sesuatu pada Jihan.
Setelah membuka beberapa kamar, akhirnya dia berhasil menemukan Jihan yang sudah berada di bawah serangan Rio. Rio mengekang kedua tangan Jihan sehingga Jihan tidak bisa melawan. Dia hanya bisa meronta dan menangis, sementara Rio sudah merasa nafsunya sudah di ubun-ubun. Saat pintu kamar berhasil dibuka oleh Andrea, Rio pun terkejut tak menyangka kalau sepupunya yang cupu dan pendiam itu berhasil mengacaukan rencananya.
"Lepaskan Jihan!" Teriak Andrea.
"Ha ha ha... Kamu ngapain ke sini hah? Ganggu kesenangan orang saja. Pergi sana!"
Setelah mengucapkan itu, Rio pun berusaha lagi untuk mencium Jihan dengan beringas. Hingga membuat Andrea semakin marah dan langsung menyerang Rio tanpa aba-aba.
Dia mendorong Rio yang akhirnya berhasil membuat dia melepaskan pegangan tangannya ke tubuh Jihan. Sadar sudah tak berada di bawah Rio, Jihan pun berlari ke arah Andrea. Pakaian Jihan sudah robek bagian atas karena dibuka paksa oleh Rio.
Andrea memukul Rio berkali-kali tepat di wajahnya, Jihan tampak menangis karena menyadari apa yang baru saja terjadi padanya. Rio membalas Andrea dengan pukulan di perut dan wajahnya. Hingga Andrea tampak keluar darah dari hidung dan mulutnya.
Andrea masih bisa melawan Rio, sampai akhirnya dia tersungkur jatuh dan berdarah karena Rio baru saja menusuknya dengan benda tajam tepat di dada kiri Andrea. Darah segar mengalir memenuhi lantai, Rio yang tersadar akan apa yang baru saja dilakukannya, dia pun hendak melarikan diri. Sebenarnya dia tak ingin melukai Andrea sepupunya itu, karena biar bagaimana pun mereka adalah saudara. Namun rupanya dia sudah kelewat batas dan kehilangan kendali.
Dia menusuk Andrea dengan pisau kecil yang sengaja dia simpan di saku celananya. Jihan memangku kepala Andrea, dia ketakutan melihat begitu banyak darah mengalir dari tubuh Andrea. Dia histeris dan menangis memanggil nama Andrea yang sudah payah dalam bernafas. Sementara Rio akan kabur dari sana, tapi usaha itu ternyata sia-sia karena baru saja polisi sudah mengepung tempat itu.
Ibu Jihan berlari ke arah putri semata wayangnya itu. Dia melihat kondisi Andrea yang sudah sangat kritis. Jihan memohon ke Ibunya agar segera memanggilkan ambulans untuk Andrea.
"Bu... mohon cepat suruh ambulansnya ke sini. Jihan tidak ingin kehilangan Andrea Bu."
Andrea yang susah payah mengumpulkan nafasnya, akhirnya berkata sesuatu pada Jihan.
"Sudah Jihan jangan menangis. Andrea tidak perlu ambulans, Andrea hanya ingin seperti ini. Berada di pangkuan Jihan, sembari menatap wajah Jihan. Waktu Andrea mungkin tidak lama, jadi izinkan Andrea untuk melihat senyum Jihan untuk terakhir kalinya." ucap Andrea terbata namun tersirat senyum tulus di sana.
"Jangan bicara sepert itu, aku tidak mau kehilangan kamu. Pliss jangan pergi dulu. Maafkan Jihan karena sudah membuat kamu seperti ini."
"Jihan jangan menangis, ayolah kumohon, tersenyumlah untukku." Suara Andrea sudah sangat payah.
Jihan pun menuruti kemauan Andrea, dia tersenyum sembari mengelus wajah Andrea yang pucat.
"Aku cinta sama kamu Jihan."
Jihan membalas dengan mengangguk, dia tidak tahu harus bagaimana, ingin tersenyum seperti mau Andrea tapi air matanya juga tak dapat dia bendung.
Jihan mengusap pipi Andrea dan perlahan mengecup kening Andrea yang perlahan membawa Andrea untuk menutup mata selama-lamanya. Seiring Jihan mengusaikan kecupan di kening Andrea, dia pun pergi dan perlahan wajah itu kian pias dan memutih. Andrea sudah pergi untuk selamanya.
Jihan histeris dan ditenangkan oleh Ibunya. Dia menangis sepanjang malam hingga pingsan. Dia terpaksa harus dirawat di rumah sakit karena tekanan darahnya mendadak sangat rendah.
Mayat Andrea dibawa ke rumah duka. Orang tua Andrea sangat terpukul dengan kejadian itu dan mungkin tidak akan pernah memaafkan Rio meskipun dia adalah keponakannya. Rio sudah menghilangkan nyawa anaknya yang merupakan kesayangan mereka. Bahkan kakeknya juga tak mau menyelamatkan dia, hingga dia harus mendekam dalam penjara dan menjalani hukuman berlipat atas perbuatannya itu.
Peristiwa itulah yang masih menyisakan trauma yang panjang bagi Jihan. Itu sebabnya, dia tak ingin Rio kembali lagi di depannya dan berharap jika Rio juga menyusul Andrea untuk selamanya.
Pertemuan Jihan dengan Rio di pemakaman membuat Jihan harus mengingat kembali masa lalunya. Padahal sangat susah payah Ibunya menyembuhkan Jihan dari rasa trauma. Jihan harus menjalani beberapa terapi dari dokter psikologi yang menangani kasusnya. Karena Jihan kerap menangis sendirian dan histeris ketakutan. Dia juga sangat takut bila melihat seorang laki-laki. Semu itu berawal dari peristiwa saat Rio dan teman-temannya menjebaknya.
Sekarang setelah Jihan berhasil pulih dari traumanya meski belum sepenuhnya, semua kenangan masa lalu itu bergulir bagai bola yang hendak menindasnya hanya karena dia bertemu Rio dalam hitungan menit.
Entahlah, seperti apa ke depannya. Dia hanya berharap tidak akan pernah bertemu lagi dengan Rio. Bahkan bila harus bertemu secara tidak sengaja seperti kemarin, dia sangat berharap Rio tak pernah lagi muncul di hadapannya.
Hanya bertemu sesaat lantas membuat Jihan celaka, bagaimana jika dia harus berhadap-hadapan dengan Rio setiap hari. Mungkin Jihan sudah kehilangan nyawanya. Meski Rio muncul hanya untuk minta maaf, tapi tak bisa semudah itu. Jihan bukan hanya membenci Rio tapi juga berharap dia bisa membunuhnya.
Sepertinya baru kemarin semua peristiwa menyakitkan itu terjadi, lalu aku berhasil keluar dari lembah gelap yang membuatku menangis sepanjang hari sepanjang malam. Lalu aku bertemu lagi dengannya, tidak bisakah dia mati saja? -Jihan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Fia ismail
like
2021-02-11
0
Mita Sumita
oh sedih bgt bacanya
2020-08-05
0
Ika Aprianti SSC🌹
ooo seperti itu
2020-08-04
0