*
*
*
Kampus. Sore hari.
"Masih ingat aku?"
"Maaf pernah ketemu di mana ya?"
"Dama. Ingat baik-baik jangan sampai lupa lagi. Kita pasti ketemu lagi suatu saat." Dama tersenyum lalu pergi begitu saja.
Dasar aneh.
Kali ini Dama bukannya tidak mau memanfaatkan momen pertemuan mereka, tapi sengaja Dama ingin membuat Jihan ingat dulu padanya. Tidak mudah meluluhkan hati Jihan, jangankan luluh membuat ia ingat nama saja sulit. Oleh karena itu Dama tidak ingin terburu-buru.
***
Jihan masuk ruang kelas, di sana ada Vio sedang ngobrol dengan beberapa temannya.
"Hai Jihan, gabung yuk!"
"Kalian lanjut saja, nggak apa-apa. Aku mau beresin tugas dari dosen dulu."
"Oh..."
Vio melanjutkan ngobrol sementara Jihan telah berkutat dengan bukunya. Sekalipun Jihan tertutup, tapi ia sama sekali tidak pelit terhadap tugas. Bahkan, teman-temannya sering dikasih begitu saja. Itu sebabnya, walau Jihan tak banyak bergaul tapi ia tetap disenangi oleh kawan-kawannya di kampus.
Jihan melihat arlojinya, sudah pukul lima sore dan dosen belum datang juga.
"Gaes.... Pak Ci tidak masuk. Katanya sakit." Seru Reno yang merupakan ketua tingkat mereka yang kemudian disambut gembira oleh semuanya. Jihan juga ikut tersenyum menyaksikan kekonyolan teman-temannya.
"Han, balik yuk!" Ajak Vio.
"Iyah duluan aja. Aku ngerjain ini dulu bentar."
"Kalau gitu aku duluan ya."
Tersisa Jihan di ruangan itu. Tak lama kemudian ia bergegas membereskan buku-bukunya dan memasukkannya ke dalam tas. Jihan menuju parkiran lalu pulang.
Di tengah perjalanan, Jihan merasa seolah ada yang mengikutinya dari belakang. Ia memperlambat laju motornya, motor di belakangnya ikut melambat. Ia cepat, motor itu juga ikutan cepat. Jihan ingin berhenti tapi ada rasa takut, akhirnya ia memutuskan untuk lebih mempercepat laju kendaraannya dan menghilang dari incaran orang itu.
Sebelum pulang, Jihan mampir ke sebuah pemakaman umum. Ia tak pernah tahu, kalau orang yang mengikutinya dari tadi, masih mengikuti dirinya sampai sekarang.
*Hai apa kabar, aku datang. Kamu senang gak? Aku harap kamu senang. Kamu tahu, sampai sekarang aku tidak bisa memaafkan diriku sendiri. Aku masih bersalah atas apa yang terjadi sama kamu lima tahun lalu. Hingga akhirnya kamu terbaring di sini. Sekali lagi maafin aku. Ya.... seperti katamu, dunia kampus itu seru. Kalau saja kamu ada, pasti lebih seru lagi. Kamu tahu, aku sering banget mikirin kamu disela kuliah. Seperti merasakan kehadiran kamu di sisiku.
Aku pulang ya, lain kali aku ke sini lagi. Kamu tahu, aku rinduu*....
Menutup kalimatnya dengan kata rindu, membuat mata Jihan berkaca-kaca. Lalu akhirnya menangis di atas nisan yang di atasnya tertulis nama Andrea Salim.
*
*
*
Dikejauhan, di balik sebuah pohon, Dama memandangi Jihan dengan perasaan berkecamuk dan penuh tanya.
*Siapa yang meninggal?
Apa hubungannya dengan Jihan?
Apakah karena ini yang membuat Jihan menutup diri dari semua laki-laki yang ingin mengenalnya?
Jihan, siapa kamu sebenarnya*?
Dama pergi sebelum Jihan mengetahui keberadaannya di sana. Tak lama kemudian, Jihan pulang membawa hatinya yang basah. Sekeping hatinya seperti tertinggal di pusara sana.
"Kamu sudah pulang?" tanya Ibu Jihan saat terdengar suara pintu terbuka.
"Iyah Bu, tadi dosennya tidak masuk. Bu, aku dari makam Andre."
"Kamu rindu ya?"
"Siapa yang gak rindu sih Bu, sudah 5 tahun. Waktu cepat sekali berlalu. Andre maafin gak ya Bu?"
"Dia pasti maafin kamu, Andre kan anak yang baik. Kamu juga selalu bilang kalau dia itu sabar dan pemaaf. Dia pastilah maafin kamu."
"Semoga ya Bu."
"Iyah sayang. Saat terakhir kalian bertemu, bukannya dia juga bilang gak pernah marah sama kamu. Jadi jangan pernah merasa bersalah lagi. Sudah sana, ganti baju dan mandi. Ibu tunggu di meja makan."
Jihan bergegas. Betapa rasa bersalah dan rasa rindunya terhadap Andrea sama besarnya. Membuat ia bingung harus bersikap seperti apa. Walau ia tahu Andrea selalu memaafkannya, tetap saja rasa bersalah itu tak pernah lepas. Semua itu karena manusia tidak punya otak dan hati bernama Rio.
*Seumpama kamu jatuh cinta untuk pertama kali, tapi pada orang yang salah, lalu akhirnya kamu tahu ternyata ada orang yang mencintaimu bahkan rela berkorban nyawa, apa rasa bersalah tak akan pernah singgah di hati kamu? Sementara orang itu adalah sahabatmu sendiri?
**note; trimakasih sudah mampir. Minta saran dong ini kelanjutannya kayak gimnaa. hehe***
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Fadila Bakri
boom like urk mu kk authot
2021-02-11
0
Nona Cherry Jo
msih menyimak...
2020-08-31
1
Mita Sumita
siapa andrea apa dia sahabatny jihan yg rela mati demi kebahagiaan jihan
2020-08-05
0