Ibunya terlihat sibuk di dapur ketika Jihan hendak berangkat ke kampus.
"Pagi Bu!"
"Sarapan dulu baru pergi."
"Telat Bu."
"Sedikit saja."
"Roti saja ya Bu, aku makan sambil jalan."
"Tidak boleh. Kalau mau makan dulu rotinya, habiskan susunya lalu pergi."
"Ih Ibu mana sempat."
"Sempat, kalau kamu tidak mengajak Ibu untuk berdebat terus."
Wanita paruh bayah yang ia sebut Ibunya itu benar-benar hebat dalam hal beradu argumen, Jihan tidak akan pernah menang darinya.
Akhirnya ia memutuskan duduk sebentar, makan roti dan minum susu coklat hangat buatan Ibunya hingga tandas.
"Bu berangkat." ucapnya sembari menyodorkan tangannya untuk salim. Ia lalu mencium tangan Ibunya dan mencium kedua pipi Ibunya.
"Hati-hati."
"Siap."
Deru motornya meninggalkan halaman rumahnya yang tak seberapa luas itu.
***
Di tengah perjalanan, Jihan memutar haluan. Ia malah memiliki ide untuk ke makam Andrea dulu baru ke kampus. Toh telat dikit baginya tidak terlalu jadi masalah. Ia tidak sabar ingin menceritakan pada Andrea mengenai acara liburannya yang akan nanjak ke Gunung Bawakaraeng. Jihan sangat antusias, meski belum mengantongi izin dari Ibunya.
Perasaan di dadanya begitu meluap dan membuncah. Jihan sampai di sebuah pemakaman, ia memarkir motornya di jalan lalu berjalan pelan menuju makam Andrea.
Jihan agaknya terkejut karena melihat bunga yang masih segar di sana. Tidak biasanya seperti itu.
Siapa yang baru saja datang?
Gumamnya dalam hati. Meski ia penasaran, namun ia juga tak sabar untuk bercerita pada Andrea. Biar urusan bunga itu ditanyakan nanti pada penjaga makam.
Haii...
Apa kabar?
Kamu tahu tidak, hari ini aku bahagia banget.
Akhirnya aku akan nanjak libur semester nanti.
Sebenarnya sih, belum diizinkan Ibu, tapi aku yakin banget Ibu ngasih izin kok.
Lagipula aku gak mungkin gak jadi pergi, karena akulah yang punya usul ini. Jadi apapun yang terjadi aku akan membujuk Ibu agar memberi lampu hijau. Kamu doain yah...
Oh iyah, sepertinya ada yang baru saja datang bawain kamu bunga. Siapa ya? Aku penasaran, apa Ibu kamu pulang ke Makassar? Mungkin saja sih. Tapi biasanya kalau Ibu kamu pulang, beliau akan datang ke rumah dulu kan. Ngajak aku ikut dan ujung-ujungnya ditraktir makan eskrim. ha ha ha...
Trus siapa dong?
Cukup lama Jihan bercengkrama sendiri, seolah-olah ia benar-benar sedang bicara dengan Andrea. Jika saja ada yang melihat mungkin ia sudah dikatai gila. Tapi itulah kebiasaan Jihan begitu datang ke makam Andrea, ia bisa begitu cerewet dan sangat antusias, atau ia bisa begitu sedih lalu menangis terisak.
Jihan beranjak dari makam Andrea dan berjalan mendekat ke posko penjaga makam.
"Maaf Pak Man, tadi ada yang datang ya?" Tanya Jihan pada Pak Manto yang merupakan penjaga makam dan sudah dikenalnya sejak Andrea dimakamkan di sini.
"Iyah Non, seorang laki-laki. Kira-kira sepantaran sama Non lah."
"Iyakah? Kira-kira siapa ya Pak?"
"Aku liat orangnya seperti belum pernah ke sini sebelumnya Non. Soalnya saya tidak mengenali wajahnya, yang sering datang berkunjung selain Non kan hanya orangtua dari Den Andrea."
"Iyah juga ya. Baik Pak, trimakasih informasinya. Jalan dulu ya Pak."
"Hati-hati Non."
Di atas motor yang dikendarainya Jihan masih memikirkan siapa yang datang ke makam Andrea sebelum kedatangannya.
Apa mungkin Rio?
Ah.... Buru-buru ia menggelengkan kepalanya sendiri. Ia menghalau pikirannya sendiri.
*Tidak mungkin dia. Tapi siapa?
Apa dia sudah kembali*?
Pertanyaan demi pertanyaan bergulir di kepalanya. Tapi ia tak mau ambil pusing lagi ketika ia melirik jam tangannya yang ternyata dirinya sudah sangat terlambat masuk kelas mata kuliah pertama.
***
Siapapun kamu, kuharap kamu bukan orang yang datang dari masa lalu dan membuka kembali luka-luka yang berusaha kututupi sebaik mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Fatiyah rrgfyrterrtfretuyy
karya y bagus skli
2023-06-24
0
Arinaqeela
dama
2021-02-16
0
Nona Cherry Jo
pasti dama dtg minta ijin andrea utk mnjga jihan.... makin romantis niiihh ya...
2020-09-01
0