Sekitar 30 menit perjalanan, mereka akhirnya tiba di cafe yang yang sudah disiapkan Rio. Terlihat di sana ada juga sahabat-sahabat Rio yang sedang asik ngobrol. Jihan makin gugup, karena ini kali pertama ia keluar ngafe, apalagi di malam minggu.
Kehadirannya disambut seruan sahabat-sahabat Rio yang terlihat membawa pasangan masing-masing. Gelak tawa mereka terdengar seluruh cafe, tidak menghiraukan orang-orang yang ada di sana.
"Sorry lama, harus jemput dia dulu nih." Tunjuknya pada Jihan.
Jihan tersenyum dan menyapa Brian dan Reza yang tampak merangkul pacarnya masing-masing. Jihan sedikit canggung, apalagi melihat gaya pacaran Reza dan Brian yang terbilang begitu intim.
Apa Rio juga seperti mereka ya? Kenapa aku jadi takut sekarang? Dalam hati Jihan membathin, namun mencoba tetap santai dan berbaur dengan mereka semua. Jihan pikir beneran kencan, hanya berdua dan Rio akan mengungkapkan perasaannya pada Jihan. Semua itu di luar dugaan.
"Jihan kok diam?" Tanya Rio.
"Nggak apa-apa kok, hanya belum terbiasa dengan tempat seperti ini, apalagi ini pengalaman pertama aku keluar malam minggu. Biasanya hanya di rumah temani Ibu atau kadang Andrea datang dan ngajak belajar bersama. Maaf kalau bikin kamu jadi gak nyaman."
"Justru aku melihat kamu gak nyaman Jihan. Mau pesan makanan apa? atau mungkin minum?"
"Apa saja. Kamu aja yang pesan."
Tak lama setelah itu Rio memanggil pelayan dan memesan beberapa makanan dan minuman.
"Kalian pesan aja, aku yang traktir." ucap Rio kemudian.
"Kamu yang terbaik Men..." seru Brian dan Reza hampir bersamaan.
Rio sepertinya berasal dari keluarga yang kaya, makanya sebebas itu ia bisa menghambur-hamhurkan uang demi mentraktir teman-temannya.
Sesekali Jihan melirik ke arah Rio. Lelaki di depannya itu, entah kenapa membuatnya penasaran, sudah lama mereka dekat tapi Jihan sama sekali tidak tahu mengenai perasaan Rio terhadapnya. Sebenarnya ia juga tak ingin berharap banyak, hanya saja ia terlanjur sayang sama lelaki bernama Rio itu.
"Men aku duluan yah..." ujar Brian
"Buru-buru amat, ke mana?" tanya Rio.
"Kayak gak tahu aja. Duluan yah, Jihan baik-baik sama dia ya?"
Tak lama setelah kepergian Brian, Reza juga pamit dengan alasan yang hampir sama. Bahkan Reza lebih parah lagi karena tampak mencium gadis yang bersamanya sambil berlalu tanpa peduli dengan keadaan di sekitarnya. Jihan yang melihat semua itu hanya menelan ludah.
"Sedekat itu mereka pacaran?" Tanya Jihan penuh selidik.
"Yah begitulah, seperti yang kamu lihat." Jawab Rio santai.
Jihan mengangguk pelan tak ingin bertanya lebih jauh lagi. Sekarang tinggal mereka berdua di meja itu, Jihan tampak mengaduk-aduk minumannya. Sedangkan Rio begitu menikmati diamnya, sampai beberapa menit kemudian Jihan kaget karena mendapati Rio tengah merokok.
"Kamu ngerokok?"
"Kenapa?"
"Ngg--nggak apa-apa."
"Kamu gak suka ya? Kalau gak suka, rokoknya bisa aku matiin."
"Trimakasih."
Rio mematikan rokoknya ke dalam asbak. Jihan terkejut menerima hal baru dari Rio yang ternyata cowok idaman seantero sekolahan itu ternyata merokok.
"Sudah berapa lama?" Tanya Jihan memecah keheningan di antara mereka.
"Sejak kelas tiga SMP."
"Sudah lama juga ya."
"Kamu punya pacar?"
Deg...
Ditanya seperti itu jantung Jihan seperti mau copot.
"Belum."
"Kenapa belum?"
"Emang harus aku jawab ya?"
"Kalau begitu jadi pacarku gimana?"
Deg....
Jantung Jihan lebih gila lagi kesetrumnya saat tiba-tiba Rio nembak Jihan dan meminta Jihan untuk jadi pacarnya.
"...."
"Kenapa diam? Kamu gak mau?"
"Bu--Bukan.... aku mau." Jawab Jihan spontan namun sedikit gugup.
Pipi Jihan tiba-tiba saja merona saat dengan cepat Rio mencuri cium ke pipi Jihan. Hal itu pertama kali untuk Jihan. Sehingga ia seperti kesetrum hebat dan merasa tubuhnya seakan tak berpijak ke bumi.
Ia meraba pipinya yang terasa dingin, ia begitu gugup dan tidak tahu harus bagaimana merespon Rio. Hatinya dipenuhi bunga-bunga. Ia bahagia.
***
Sementara di tempat lain, yaitu di rumah Jihan. Seorang laki-laki remaja tampak duduk dan sibuk dengan buku-buku di hadapannya. Ia adalah Andrea. Setiap malam minggu memang ia selalu datang ke rumah Jihan, untuk menemani Jihan sekedar belajar atau ngobrol seperti biasa.
Andrea adalah sahabat Jihan sejak SD, mereka dekat dan bahkan orangtua merekapun sangat dekat.
"Nak Andrea masih mau terus nunggu Jihan?"
"Iyah tante, tadi sama tante pulang jam sembilan kan?"
"Iyah."
"Kalau begitu aku tunggu saja sambil ngerjain ini." Ucapnya sambil menunjuk beberapa buku di depannya.
Sebenarnya dalam hati Andrea, ia juga khawatir karena Jihan sama sekali tidak mengabarinya. Hal ini adalah yang pertama bagi Jihan, apalagi keluar bersama seorang laki-laki yang diketahuinya adalah lelaki brengksek. Andrea tahu persis siapa Rio, tapi ia tidak ingin mencampuri terlalu jauh urusan sahabatnya itu. Apalagi ia melihat Jihan begitu terpesona pada Rio.
Andrea tidak mungkin serta merta melarang Jihan untuk berteman sama siapa, atau dekat dengan siapa karena Andrea sama sekali tidak punya hak untuk itu. Walau jauh di dalam lubuk hatinya, ia merasa kehilangan Jihan. Apalagi beberapa waktu belakangan ini, memang Jihan selalu bersama Rio. Membuat Andrea sama sekali tidak punya kesempatan untuk sekedar berbicara pada Jihan. Namun, rasa khawatirnya tak berhenti, bahkan sekarang semakin bertambah saja karena Jihan telah pergi berdua dengan Rio.
Andrea selalu mengawasi Jihan di sekolah. Tanpa sepengetahuan Jihan, Andrea seringkali mengikutinya dari belakang. Sehingga Terkadang seperti penguntit. Itu semua ia lakukan hanya karena ingin memastikan bahwa Jihan baik-baik saja. Ia tak pernah percaya pada Rio, yang terkenal playboy dan suka mempermainkan perasaan cewek-cewek. Ia tahu persis bagaimana Rio. Karena sesungguhnya Rio adalah sepupunya. Hanya saja Andrea tidak pernah jujur akan hal itu pada Jihan.
Sudah jam sembilan lewat, Jihan belum juga pulang. Ibunya mulai khawatir. Andrea berusaha menenangkan Ibu paruh baya itu bahwa Jihan akan baim-baik saja dan akan segera pulang.
"Bu, sepertinya aku tidak bisa menemani Ibu menunggu Jihan. Ibu sudah menelpon dari tadi meminta aku untuk segera pulang."
"Tidak apa-apa Andrea, trimakasih sudah datang. Tentang kamu ke sini, nanti aku sampaikan pada Jihan."
"Baik Bu, aku pulang dulu."
Tak lama setelah kepergian Andrea, sebuah suara deru mesin motor tengah memasuki halaman rumah. Jihan nampak turun dari jok belakang dan Rio segera pergi begitu Jihan masuk ke rumahnya.
......
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Mita Sumita
aku jd ikut deg degan
2020-08-05
1
Ika Aprianti SSC🌹
jemputnya sopan pamit pada ibu Jihan pulangnya slonong boy gk ada sopan2 nya
2020-08-04
0
𝔸𝕣𝕒𝕓𝕖𝕝𝕒
boom like ini
2020-06-28
0