"Hai kita bertemu lagi, tentunya semesta punya andil atas ini." Suara Dama yang cukup jelas, membuat Jihan menoleh sekilas.
Motor ia parkir dengan baik di bawah pohon agar tidak terkena paparan sinar matahari.
Jihan tidak menghiraukan Dama yang bicara padanya barusan. Lagian ucapan Dama benar-benar klasik, bukan sesuatu yang elegan untuk menggoda seorang perempuan. Dalam hati Jihan menangkap rasa kecewa begitu melihat wajah Dama yang menatapnya tadi.
"Duluan ya." Ucapnya pendek.
Dama benar-benar tidak memiliki kesempatan.
Tidak sadar oleh Dama, dikejauhan ada yang memperhatikan tingkah konyolnya itu di depan Jihan sambil menahan tawa. Siapa lagi kalau bukan Viona.
"Ha.. ha.. ha.."
Derai tawa Viona membuyarkan pandangan Dama yang tengah menatap punggung Jihan yang perlahan menjauh.
"Puas kamu! Ketawa mulu kerjanya." umpat Dama kesal.
"Lagian kamu juga masa deketin Jihan pakai cara puitis begitu. Gak akan mampan." Vio masih tak berhenti Tertawa, ia benar-benar menikmati pemandangan tadi.
"Apa yang salah sih?"
"Cara kamu yang salah."
"Terus yang benar apa?"
"Ya tidak usah dibuat-buat begitu juga. Biasa saja. Kalau cara kamu begitu, itu malah membuat Jihan sakit telinga dengar kalimat kamu yang gila itu. Hahaha..."
"Kamu yang gila. Sanah gih."
"Dih kok jadi kamu yang sensitif. Lain kali lebih natural, biar Jihan gak cuma noleh ke kamu sebentar, tapi juga akan memandang kamu saja dalam hidupnya. hahaha... "
"Sialan...!"
Viona berlalu meninggalkan Dama yang benar-benar polos. Viona sangat yakin kalau itu adalah pengalaman pertama Dama mendekati seorang perempuan. Sedihnya lagi karena perempuan yang ia dekati bukan perempuan yang gampang tergoda oleh apapun.
Maka berjuanglah sekeras mungkin Dama.
Sesaat Viona tiba di kelas, Jihan menghambur ke arahnya.
"Cowok itu teman kamu ya?"
"Cowok yang mana?"
"Yang di parkiran tadi. Kamu pikir aku tidak lihat kamu menghampirinya."
"Oh Dama."
"Dia itu kenapa sih?"
"Kenapa? Maksudnya?"
"Seringkali ia muncul tiba-tiba di dekat aku, bikin aku tidak nyaman. Aku tidak suka ada laki-laki yang seperti mengintai aku di manapun pergi."
"Orangnya baik kok. Tidak mungkin berniat jahat sama kamu. Lagian Dama itu penasaran sama kamu. Hahaha...."
"Penasaran gimana?"
"Ya penasaran."
"Kok bisa?"
"Tanya saja sendiri."
Sikap cuek Viona malah bikin Jihan bergidik takut.
"Nggak ah. Lain kali bilangin dia, jangan kayak setan begitu tiba-tiba muncul gak disangka-sangka."
"Bilang saja sendiri Jihan."
"Aku percayakan ke kamu."
Jihan berlalu menuju tempat duduknya, Viona malah tersenyum karena berhasil menjahili temannya itu. Walaupun ia tidak terlalu akrab dengan Jihan tapi belakangan ini, ia merasa hubungannya dengan Jihan sudah ada kemajuan. Lebih sering bicara satu sama lain.
Viona sendiri merasa ada yang berubah pada diri Jihan, ia mulai mengakrabkan diri dengan teman sekelasnya. Meski belum seakrab yang lain, paling tidak ada kemajuan dirinya dalam bergaul. Ada bagian dalam hatinya yang terasa hangat, ia memang bukan sahabat Jihan tapi melihat perubahan Jihan ia sangat senang.
Tabir gelap yang seperti menutupi perempuan bernama Jihan itu perlahan tersibak walau sedikit. Juga tembok tinggi yang seperti jadi penghalang Jihan dalam bergaul, akhirnya bak runtuh walau belum semuanya. Viona turut senang dengan semua itu. Sebab sudah lama ia ingin sekali menjadi teman Jihan, teman yang ingin membantu Jihan dalam kondisi apapun. Karena Viona melihat, Jihan bagai langit di atas sana, jauh tak tersentuh dan juga begitu gelap mengandung banyak mendung atau kesedihan. Viona ingin Jihan berbagi sedikit dengannya.
Tak lama kemudian, kelas menjadi hening. Dosen sudah datang dan semua tampak fokus menatap papan putih bertuliskan materi kuliah yang tengah disalin oleh Pak Baiq. Pak Baiq merupakan salah satu dosen yang menjadi idola Mahasiwa di kampus. Beliau baik dan ramah sama siapapun, terkesan santai namun juga tegas.
sekitar empat puluh lima menit perkuliahan berlangsung dan Pak Baiq mengakhiri kuliahnya. Mahasiswa berhambur meninggalkan kelas dan pergi dengan tujuan masing-masing. Sementara Jihan hendak berdiri meraih tasnya akan langsung pulang, namun ditahan oleh Viona yang mengajaknya ke kantin.
"Han, kantin dulu yuk. Laper." ujarnya sembari memegang perutnya mengisyaratkan bahwa ia sangat lapar.
"Tadinya mau langsung pulang, tapi berhubung aku juga lapar, ya sudah yuk ke kantin."
Baru sekali itu ajakan Viona tidak ditolak oleh Jihan. Padahal biasanya Jihan selalu menolak dengan halus dan berbagai cara agar ia tidak pergi.
Mereka berdua terlihat menyusuri anak tangga untuk turun ke area kantin. Beberapa yang melihat peristiwa itu menjadi heran, sebab biasanya Jihan selalu berjalan sendiri, terkesan buru-buru juga cuek. Sungguh suatu pemandangan yang enak dilihat mata.
Dama yang juga melihat pemandangan jarang itu menjadi takjub.
Viona luar biasa.
Begitulah hatinya bergumam.
Jihan, maukah kau berjalan beriringan seperti itu denganku di masa depan?
Tentunya kalimat itu juga hanya ada dalam benaknya.
------
Hai semoga terhibur ya. jangan lupa like komen dan berikan saran terbaik untuk cerita ini ke depan. trimakasih.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Ika Aprianti SSC🌹
semangat dong Dama....berusaha yg lebih keras lagi
2020-08-04
0
Lailatul Fijriyah
😆 .. maukah kau berjalan beririnhan seperti itu denganku di masa depan 😆
aku suka pemilihan kata²nya thor.. 😁👍
2020-07-06
0
𝔸𝕣𝕒𝕓𝕖𝕝𝕒
ahaiii
2020-06-28
0