Ujian semester semakin dekat, itu artinya liburan yang dinanti juga akan segera tiba. Namun ada satu masalah, Ibu Jihan belum meloloskan permintaannya untuk naik gunung. Jadi pagi ini sbelum berangkat ke kampus, Jihan bermaksud akan merayu ibunya lagi.
"Bu... gimana? sudah dapat jawabannya?"
"Jawaban apa?"
"Tentang rencana liburan Jihan Bu, boleh ya?"
"Yakin kamu bisa jaga diri sayang?"
"Bu... percaya sama Jihan. Jadi boleh ya?"
"Baiklah Ibu izinin, tapi ujian kamu nilainya harus bagus semua."
"Baik. Jihan berangkat ya Bu."
"Hati-hati di jalan."
Akhirnya izin itu terbit juga. Jihan berangkat ke kampus dengan perasaan sentosa. Sampai di kampus, lagi-lagi ia harus bertemu Dama di parkiran. Sepertinya orang ini menunggunya di parkiran tiap hari.
"Pagi..." Sapa Dama.
"Pagi..." Jawab Jihan dengan senyum tipis.
Segitu saja bisa membuat hati Dama mengambang di udara saking senangnya. Ia bahkan tak sadar kalau Jihan sudah jauh meninggalkan parkiran. Benar-benar lelaki tak tahu malu. hihi.
"Pagi Han... tumben telat lagi?"
"Iyah aku harus bujuk Ibu dulu. Soalnya kemarin Ibu belum ngasih izin untuk ikut nanjak."
"O yah...? Lalu bagaimana kata Ibu kamu?"
"Boleh."
"Asyik... udah siapin belum segala keperluan buat nanjak?"
"Belum sih, paling akhir-akhir ujian semester saja. Biar aku fokus ke ujian dulu, soalnya sudah janji sama Ibu nilaiku harus bagus."
"Okelah. Kalau punyaku sih udah siap dari kapan hari. Takut aku lupa hal-hal kecil jadi aku siapin aja duluan."
"Wah... gercep ya."
"Iyah dong. Diantara semua mungkin aku yang paling semangat."
Lalu merea tiba di kelas dan ternyata mata kuliah pagi ini yang dibawakan Pak Gumilang telah berlangsung. Jihan dan Vio tampak kaget dan berusaha memohon izin Pak Gumilang agar dibiarkan ikut kelasnya.
Untunglah Pak Gumilang bukan seorang dosen yang killer jika iya, habislah mereka. Dengan langkah cepat Jihan dan Vio mengambil tempat yang masih kosong. Baru kali ini Jihan terlambat begitu untuk sebuah misi menaklukkan hati Ibunya.
Baginya kesempatan naik gunung ini tidak bisa disia-siakan, terlebih karena dia ingin menunjukkan pada Andrea yang sudah berada di tempat yang jauh. Walau Andrea sudah memaafkannya, jauh dalam lubuk hati Jihan, ia tetap merasa bersalah. Apalagi akhir yang sangat menyakitkan baginya, sebab karena dirinyalah Andrea harus pergi untuk selama-lamanya.
Jika mengenang semua peristiwa itu, hati Jihan amatlah remuk. Bagaimana ia tidak tahu atau menyadari sedikit saja perasaan Andrea padanya. Ia terlalu nyaman dengan perasaannya pada Ryo dan mengabaikan perasaan orang yang selama ini selalu ada untuknya.
Lamunan Jihan tiba-tiba buyar saat suara besar Pak Gumilang bergema di seluruh ruangan. Rupanya kelas sudah berakhir, bukannya fokus Jihan malah melamunkan kisah masa lalunya yang hampir saja membuatnya putus asa dan bubu diri.
Sifat dan sikapnya di masa sekarang adalah gambaran dari sikap dan sifatnya di masa lalu. Ia menutup diri seperti sekarang karena ia tidak mau lagi terluka untuk kesekian kalinya. Cukuplah ia tersakiti oleh satu laki-laki yang dianggapnya mencintainya tapi justru malah menghancurkan dirinya. Juga sudah cukup baginya rasa bersalah pada Andrea yang membuatnya tidak ingin menaruh hati lagi pada sembarang pria.
Semua orang di kelas bubar dan pergi entah ke mana. Vio mendekatinya dan mengajaknya ke kantin. Tadinya Jihan ingin menolak ajakan Vio, tapi suara dari perutnya tidak bisa berbohong kalau ia juga sedang lapar.
Berjalanlah mereka ke kantin, sesekali ngobrol yang ringan-ringan dan tertawa di sela obrolan itu. Bisa dibilang Vio akhirnya dapat mengakrabkan diri pada Jihan dan Jihan pun tak keberatan dekat dengannya.
Sampai di kantin, sudah banyak mahasiswa yang mengisi kantin kampus hingga Vio menunjuk satu tempat yang jarang sekali diminati mahasiswa untuk duduk di sana. Jika pun ada yang berminat, orang itu adalah Dama.
Jihan dan Vio duduk berhadap-hadapan, mereka memesan bakso pangsit yang merupakan andalan mahasiswa di kantin itu. Sebagian besar mahasiswa memilih menu ini karena memang sangat lezat dan enak dibandingkan makanan yang lain, juga sangat bersahabat di kantong.
Di tengah mereka menikmati jajanan bakso
pangsit itu, seorang laki-laki tiba-tiba duduk di samping Vio.
"Boleh gabung ya?"
Laki-laki itu ternyata Dama. Tampangnya yang slengean itu benar-benar menyebalkan di mata Vio yang terganggu karena sedang menikmati bakso pangsitnya.
"Dam, bisa gak sih kamu datang gak kayak Jelangkung gitu? Ganggu orang makan saja." Ketus Vio.
"Sombong amat." Jawab Dama sekenanya.
"Gimana Han? Mahluk aneh bin ajaib ini bisa duduk sama kita tdak?"
Vio sengaja meminta pendapat Jihan agar Dama semakin grogi. Dama kan memang lagi naksir berat sama Jihan.
"Boleh. Ini tempat umum, lagian kursinya juga masih ada yang kosong."
Dalam hati Dama mendengar suara Jihan seperti suara dari surga. Ya, itu sangat berlebihan. haha. Tidak ada yang bisa merasakan betapa senangnya hati Dama saat ini. Memandangi Jihan dalam waktu cukup lama adalah kesempatan yang langka. Ini mukjizat baginya.
Bersambung
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
𝔸𝕣𝕒𝕓𝕖𝕝𝕒
keren
2020-06-28
0
pustaka konsep
jangan lupa diedit lagi Thor
2020-06-10
3
QQ
MJ.... semangat 💪💪💪
2020-05-26
5