***
Flashbacknya cukup dulu yak, kita ke masa sekarang dulu. hehe
*
*
*
Suatu hari Dama sedang melihat Jihan duduk sendirian di suatu cafe. Dia tidak sengaja melihat cewek itu, saat hendak membeli beberapa keperluan untuk kamar kost barunya. Yah, Dama memutuskan untuk nge-kost, walau orangtuanya sedikit berat akan hal itu.
Dama melihat Jihan seperti orang yang sedang melamun, tatapannya sendu dan matanya seperti mengandung jutaan kesedihan yang lama ia tak nampakkan ke siapapun. Dama merasa sangat iba dengan perempuan yang dipandanginya secara diam-diam itu.
Dama ikut duduk di salah satu kursi tak jauh dari Jihan. Masih dalam jarak pandang aman untuk diketahui oleh Jihan. Dama menatap inchi demi inchi wajah perempuan itu.
cantik.
*luka.
sedih*
Tiga hal itu yang muncul bersamaan saat Dama memandangi perempuan itu hari ini. Sangat jauh berbeda dengan Jihan yang kerap ia pandangi diam-diam di kampus.
Yah, perempuan adalah pemendam rasa yang paling baik, di balik ketegaran, di balik sebuah senyum dan tawa seoran wanita, bisa jadi tersimpan segudang rahasia di sana yang hanya disimpan untuk diri sendiri.
Jihan tampak menghirup minuman hangat di depannya, terlihat dari asap yang masih kerap bermain di atas gelas tersebut. Dama ingin sekali menghampiri, namun bukan saatnya. Suatu saat kesempatan itu pasti datang.
Sebuah nada telpon membuyarkan tatapannya pada Jihan.
Tunggu sebentar lagi, aku sudah di jalan.
Kurang lebih begitulah ucapan Dama berbicara dengan seseorang di ujung telpon. Ia lalu bergegas seraya mengambil seluruh belanjaannya. Ia tampak seperti wanita-wanita rempong dengan banyak belanjaan.
Tunggulah, aku pasti mendapatkanmu.
Ucapnya lirih pada sosok Jihan yang jauh lalu pergi meninggalkan cafe tersebut.
Hanya demi berlama-lama memandangi Jihan, ia rela membuang waktunya yang sangat berharga itu. Entah kapan mulanya, Jihan begitu mempengaruhi hidupnya saat ini. Seperti ada magnet yang selalu menariknya agar mendekat ke Jihan, padahal awalnya ia hanya sedikit penasaran pada perempuan itu.
***
Suasana kelas sedang ramai membicarakan tentang ujian semester yang sebentar lagi tiba. Tapi fokus pembicaraan mereka bukan pada Ujian semesternya tapi pada Ke mana kita setelah ujian semester. Fix mereka sedang membahas liburan. Jihan yang baru masuk ke dalam kelas, entah kenapa ikut tertarik dengan pembahasan mereka.
Kebanyakan mengusulkan ke pantai, terus banyak juga yang tidak bisa ikut karena harus pulang kampung. Sebab di kelas mereka memang ada beberapa yang datang dari kabupaten yang berbeda. Jihan memilih bersuara di akhir, mengingat teman-temannya sudah tidak bisa dikendalikan kemauannya.
"Ada yang tertarik nanjak gak? Kita ke Gunung Bawakaraeng." Ucap Jihan pelan.
Teman-temannya yang sedari tadi ribut, tiba-tiba terdiam menatap Jihan.
"Brillian....ide bagus. Aku belum pernah naik gunung sebelumnya." Seru Vio
"Boleh juga." kata yang lain.
"Kapan kita berangkat?"
"Selesai semester hayuk, tunggu apa lagi." jawab Jihan.
Semua menyetujui ide Jihan. Yang fix ikut adalah Rifal, Vio, Andi, Maya, Jihan, Anto, dan Hana.
Jihan sebenarnya juga belum pernah nanjak, baginya nanjak adalah impiannya dan Andrea. Namun sayang, sebelum impian itu terwujud ia harus kehilangan sosok Andrea untuk selama-lamanya. Ide nanjak ini pun tiba-tiba saja terlintas di pikiran Jihan, ia butuh sesuatu yang menantang, sesuatu yang akan membuat janjinya pada Andrea akan terpenuhi. Meski pergi tidak dengan Andrea, tapi ia tetap senang, berharap, Andrea bisa melihatnya dari kejauhan.
*Sungguh sulit bagiku, terlepas dari jerat masa lalu. Saat kepingan ceritanya semakin membelit pikiran. Apa dayaku, aku harus merelakan ia menghabisi rasaku secara perlahan. Mengubahnya menjadi bersalah, walau berkali aku telah berusaha memaafkan semuanya.
Jihan*.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 124 Episodes
Comments
Mita Sumita
y udah g usah sedih lgi ayo thor lnjt jn lp visualnya y pleas
2020-08-05
0
𝔸𝕣𝕒𝕓𝕖𝕝𝕒
uwu
2020-06-28
0
QQ
Andrea jadiin cinta sejati aj...
akan selalu ad...dihatiiii ❤️❤️❤️❤️
2020-05-26
5