Bab 15

Raya berusaha menenangkan perasaannya sendiri. Meski tak bisa dihindari, pikiran - pikiran negatif mulai memenuhi pikirannya. Sosok Regina adalah seleb yang sedang naik daun. Wajahnya cantik dan mempesona. Dan sekarang dia sedang berdua saja dengan suaminya? Berdua didalam ruangan yang sama, tidak mungkin tidak timbul rasa apa - apa. Apalagi mereka sama - sama dewasa.

"Tidak. Tidak akan terjadi sesuatu pada mereka, Ray. Jauhkah pikiran negatifmu. Kamu harus percaya pada Axel"

Raya mengalihkan pikirannya dengan membuka sosial media. Tidak sengaja muncul foto pernikahan Haidar dan Sintia di berandanya. Raya tersenyum mengejek, akhirnya dua orang itu resmi menikah juga. Kalau ditanya apakah Raya di undang atau tidak maka jawabannya iya. Namun ia sengaja tidak datang. Selain malas, kebetulan pernikahan mereka bersamaan dengan pernikahan Teo dan Camelia. Jelas Raya lebih memilih jadi pendamping pengantin untuk Camelia dibanding menghadiri pernikahan mantan.

"Maaf sudah membuatmu menunggu, Sayang"

"Meetingnya sudah selesai?"

"Sudah"

"Kenapa kamu tidak mengajak Edo? Apa kliennya begitu privasi?"

Axel menatap Raya sedikit heran, namun akhirnya pria itu tersenyum, "Kamu mengira aku benar - benar meeting berdua dengan Regina didalam ruangan?"

"Bukankah memang seperti itu?"

"Hahaha. Tentu saja tidak. Aku meeting secara online. Kalaupun bertemu, kami tidak pernah bertemu hanya berdua saja. Sepertinya informasi yang disampaikan Edo kurang lengkap. Apa perlu aku memotong gajinya?"

"Jangan! Bukan salah Edo, aku yang menyimpulkan sendiri"

Axel memegang bahu Raya, membuat istrinya itu menatapnya. "Jangan pernah berfikir begitu lagi. Aku tidak akan pernah mengkhianati dan menduakan kamu"

"Aku ... Hanya takut. Yang bertahun - tahun bersama saja bisa berkhianat, apalagi yang baru sebentar"

Axel mengulum bibir Raya dengan sedikit kasar, "Jangan samakan aku dengan pecundang itu! Jika aku berani menduakanmu, kamu boleh memenggal kepalaku"

Raya menatap mata Axel, tidak ada kebohongan disana. "Maaf sudah meragukan kamu. Aku ... Hanya masih takut saja"

"Belajarlah untuk percaya padaku, Sayang"

"Tentu"

"Ya sudah, ayo kita pulang"

Raya mengangguk, dia mengambil tas kemudian menggandeng tangan Axel keluar dari ruangan suaminya.

Begitu keluar dari lift, mereka jadi pusat perhatian. Decak kagum tak sedikit terdengar. Axel yang tampan dan gagah bersanding dengan Raya yang begitu cantik.

"Mobilnya Tuan", Edo menyerahkan kunci mobil pada Axel

"Bulan ini gajimu aku potong karena kamu sudah memberikan informasi tidak lengkap yang hampir membuat istriku salah paham"

"M-maaf, Tuan"

"Mas!!"

Axel tersenyum ke arah Edo, "Hanya bercanda! Tapi lain kali jika kamu masih memberikan informasi yang tidak lengkap pada istriku, aku benar - benar akan memotong gajimu"

"B- baik Tuan"

Axel mengemudikan mobilnya setelah Raya masuk. Tatapannya sesekali mengarah pada sang istri.

"Kamu cemburu?"

Raya menoleh, "Entahlah. Yang jelas, aku hanya takut kehilangan kamu"

Axel tersenyum penuh arti, "Aku senang mendengarnya"

"Tapi aku belum yakin, apa perasaan itu bisa disebut cinta?"

"Tidak perlu terburu - buru, aku yakin suatu saat nanti kamu akan menyadari dengan sendirinya seperti apa perasaanmu sebenarnya"

"Terima kasih karena memahami aku, Mas"

"Sudah aku katakan, aku akan membuatmu jatuh cinta dengan caraku"

Raya tersenyum, sungguh ia bersyukur memiliki suami pengertian seperti Axel.

"Loh, ini bukan jalan kerumah. Kita mau kemana?"

"Kita akan makan malam"

"Lalu Papa?"

"Papa pergi keluar kota"

Raya ber oh ria. Mau dibawa kemanapun asal bersama Axel, Raya tidak akan menolak.

Mobil Axel berhenti disalah satu restoran mewah. Pria itu turun mengitari mobil lalu membukakan pintu untuk Raya.

"Terima kasih"

Axel segera membawa Raya masuk. Suasana restoran begitu syahdu. Lampu hias menerangi ruangan, alunan musik mengiringi para pengunjung menyantap makanan mereka.

"Silahkan, Tuan dan Nyonya"

Pelayan menuangkan anggur pada gelas Raya dan Axel tak lama, pelayan lain menghidangkan beberapa piring makanan.

"Kamu sudah pesan sebelumnya?", tanya Raya pada sang suami

"Tentu saja", Axel mengangkat gelas, begitupun dengan Raya, lalu keduanya minum bersama "Kamu suka suasananya?"

"Suka"

"Steak disini enak, kamu harus mencobanya", Axel memberikan steak yang sudah ia potong - potong pada Raya

"Terima kasih, Mas"

"Kembali kasih"

Alunan biola mulai menggema, memainkan nada lagu perfect milik Ad Sharen. Lagu kesukaan Raya

"Kamu juga meminta mereka memainkan lagu ini?"

Axel mengangguk, "Khusus untuk istriku tercinta"

Cup

Raya mencium pipi suaminya, "Terima kasih, Mas"

"Sama - sama, Sayang"

Mereka menikmati santapan makan malam sambil menikmati alunan biola lagu kesukaan Raya. Perempuan itu tak henti menebar senyum.

"One more surprice"

"Ada lagi?"

Axel membuka saku jasnya. Dia mengeluarkan kotak bludru berwarna merah lalu membukanya. Raya tak mampu menutupi rasa kagum hingga menutup mulut. Cincin bermata berlian yang begitu cantik. Axel mengambil lalu memasangkannya di jari Raya, "Kita tidak bertunangan. Anggap saja ini cincin pertunangan dariku. Kamu suka?"

Raya mengangguk cepat, "Suka. Sangat suka. Terima kasih, Mas", Raya memeluk suaminya dengan senyum merekah.

"Tapi ini tidak gratis, kamu harus membayarnya nanti malam"

"Aku siap"

Mereka sama - sama tersenyum, berbeda terbalik dengan dua pasang mata yang memperhatikan mereka dari meja yang berbeda. Jika di pria menatap dengan wajah emosi, si wanita menatap dengan senyum miris.

Raya dan Axel bersiap pulang. Keduanya berjalan dengan tangan yang saling menggenggam. Keduanya tersenyum, Namun siapa sangka mereka justru harus melewati meja Haidar dan Sintia yang berada di dekat pintu. Keduanya saling pandang, Axel tersenyum seolah mengatakan tidak apa - apa membuat Raya menganggukkan kepala.

Raya dan Axel akan melewati meja Haidar, namun suara pria itu menghentikan langkah keduanya

"Kita bertemu lagi!"

Axel tak menghiraukannya, pria itu menggandeng istrinya untuk terus berjalan

"Bukankah kita saling mengenal? Kenapa kalian tidak menyapa kami?"

Axel berhenti, dia menatap Haidar sekilas, "Waktu kami terlalu berharga untuk meladenimu!"

"Hallo, mantan. Kamu tidak mau mengucapkan selamat atas pernikahan kami? Padahal istriku sangat mengharapkan kedatanganmu, benar kan Sayang?", Haidar menyapa Raya sembari merangkul pinggang Sintia

Raya tersenyum, ditatapnya Haidar dan Sintia bergantian, "Tentu saja. Selamat atas pernikahan kalian. Akhirnya, pernikahan kalian terlaksana sesuai rencana. Pasti bahagia sekali kan? Bisa menikah dengan orang yang dicintai", kalimat Raya terdengar seperti sebuah sindiran

"Kamu benar. Kami sangat berbahagia", jawab Haidar

"Baguslah. Kalian memang harus bahagia. Bukankah sayang, sudah berkhianat tapi tidak bahagia?"

Axel menarik pinggang istrinya, "Ayo Sayang, jangan buang - buang waktu. Kita masih punya urusan yang lebih penting"

Raya mengangguk lalu mereka segera pergi. Haidar mengepalkan tangan, "Aku tidak akan membiarkan kalian bahagia"

Axel menatap wajah sang istri, "Kenapa menatapku seperti itu?"

"Kamu baik - baik saja?", tanya Axel memastikan

"Tentu saja. Memangnya kenapa?"

"Mas hanya khawatir"

Raya tertawa, "Tidak ada yang perlu dikhawatirkan. Mereka sudah tidak berarti apa - apa bagiku"

Axel bernafas lega, ia menyalakan mesin mobilnya kemudian mulai membelah jalanan.

Sesampainya dirumah, keduanya langsung masuk. Raya segera pergi ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Tak berselang lama, perempuan itu keluar. Namun wajahnya berubah lesu.

"Apa mungkin, Raya masih memikirkan mantannya? Kenapa wajahnya terlihat sedih sekali?"

"Sayang kamu kenapa?", Axel mendekati Raya

Raya menatap Axel dengan tatapan sendu, "Hey, ada apa?"

"Maaf"

"Maaf kenapa?"

"Aku belum bisa mewujudkan keinginanmu"

"Maksudnya bagaimana, Sayang?"

Raya memeluk Axel begitu erat, menyandarkan kepalanya didada Axel dengan nyaman, "Aku datang bulan, Mas"

"Hah"

Raya mengurai pelukannya lalu ditatap lagi suaminya, "Aku datang bulan. Padahal aku kira aku hamil karena sempat telat dua hari"

Axel tergelak. Ternyata alasan istrinya sedih bukan seperti yang ia bayangkan, "Kita baru menikah sebulan, Sayang. Masih banyak waktu. Jangan sedih, kita masih bisa berusaha lagi"

"Tapi kamu ingin segera punya anak kan?"

"Benar. Tapi Mas pasrahkan semua pada Allah. Kita yang perlu ikhtiar dan berdoa", Axel mengusap rambut sang istri dengan lembut, "Mas mencintai kamu, ada ataupun tidak ada anak diantara kita"

"Terima kasih, Mas. Aku juga mencintaimu"

Deg

Terpopuler

Comments

Arifin Wiwik

Arifin Wiwik

uhuyyy mantap thor

2024-03-17

0

Susanty

Susanty

betul tuh Raya, mengantisipasi ajah yakan raya🤭😂😂 soalnya bibit pelakor lebih ganas, bisa datang dari arah mata angin apa ajah🤭😂😂

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!