Axel kalang kabut mendengar perintah sang istri. Dia segera menghubungi Edo untuk meminta agar foto yang di posting Regina segera di take down.
"Lebih dari lima menit! Jadi, terima hukuman kamu!"
"Sayang! Mana bisa begitu? Lima menit tidak cukup untuk-"
"Kalau begitu kenapa berani berfoto dengan wanita itu?! Tidak ada alasan! Mulai malam ini kamu tidur di ruang tamu!", potong Raya
"Ta-"
"Biar aku saja yang tidur dikamar tamu!"
"Baiklah, biar aku saja" ucap Axel lesu
Raya tersenyum samar. Biar saja Axel menerima hukuman darinya. Raya juga ingin tahu, seberapa besar usaha suaminya itu untuk membujuknya.
"Sudah sana, bersih - bersih. Mama dan Papa sudah menunggu"
"Iya", pria itu melangkah gontai menuju kamar mandi.
🌿🌿🌿
Axel baru saja keluar dari kamar mandi. Dia melihat Raya duduk ditepi ranjang. Tentu saja, Axel langsung menghampirinya. "Sayang, bisakah hukumannya dihapus saja? Aku sudah berhasil men take down foto itu"
Raya menatap suaminya, "Terlalu lambat"
Axel mengiba, "Kamu kan belum mendengarkan penjelasan dariku. Mana bisa menghukum sesuka hati"
"Lalu kalau tidak mau dihukum, jangan berfoto sesuka hati!"
Skak
Axel kalah debat. Perkara satu foto, Raya merajuk hebat. Dan akibatnya bobo solo
"Tolong jangan hukum aku seperti ini, Sayang. Aku bisa menderita kalau harus tidur sendirian"
Raya sebenarnya ingin tertawa melihat wajah memelas Axel, namun sebisa mungkin ia tahan
"Jalani saja, jangan banyak ngeluh. Ayo kita turun, Mama dan Papa sudah menunggu lama"
Dengan wajah lesu, Axel mengekori sang istri. Tiba di meja makan, semua orang sudah berkumpul.
"Axel kelihatan capek sekali" kata Papa Danu
"Namanya kepala keluarga, capek sudah jadi hal lumrah. Dia kan harus kerja untuk membahagiakan istrinya" sahut Papa Brama
"Ya sudah ayo makan dulu, keburu makanannya dingin"
Raya tetap melayani suaminya dengan baik walau hatinya masih kesal. Dan Mama Raisa bangga akan hal itu.
"Tambah lagi makannya Xel. Mama masak makanan kesukaan kamu juga"
"Iya Ma"
"Masakan Raya sama masakan besan, sama - sama enak"
"Owh jelas. Siapa dulu suami dan Papanya"
Mama Raisa menggeleng, ada saja tingkah suami dan besannya itu. Makan malam terasa hangat apalagi ditambah obrolan yang meramaikan suasana.
Usai makan malam, Mama Raisa dan Papa Danu pamit pulang. Raya masih berada di dapur. Ia baru selesai membereskan dan mencuci piring makan. Raya mengelap tangannya, Ia berniat langsung ke kamar.
"Sayang. Masak kamu tega hukum suami kamu sendiri?"
"Makanya, mau saja dipeluk - peluk sama awewe lain" bukan Raya yang menjawab tapi Papa Brama
"Foto itu tidak sengaja dan aku sudah memintanya menghapus foto itu. Siapa sangka Regina malah mempostingnya"
"Makanya jangan ngasih celah. Godaan itu masuknya bisa lewat mana saja!" jawab Papa Brama tak mau kalah
Raya meninggalkan suami dan mertuanya yang masih berdebat,
"Sayang, kok Mas ditinggal! Tuh kan, gara - gara Papa ini"
"Loh, kok nyalahin Papa! Kamu yang bikin ulah juga"
Axel terlihat lesu, "Sudah, jalani saja hukuman dari Raya. Tidur diruang tamu. Atau mau tidur sama Papa?", goda Papa Brama
"Ogah!"
Axel masuk kedalam kamar tamu. Dia duduk di kasur lalu menghela nafas, "Ck. Gara - gara Regina aku jadi harus tidur dikamar tamu!"
Axel membaringkan tubuh lelahnya. Ia berusaha memejamkan mata. Pria itu berguling ke kanan dan ke kiri. Tapi tetap saja tak bisa tidur. Sudah setengah jam, tapi matanya masih terjaga. "Aku tidak bisa tidur kalau tidak memeluk Raya"
Axel melihat jam, masih jam sepuluh lewat lima menit, "Semoga saja Raya sudah tidur"
Axel melangkah keluar kamar, perlahan dan tanpa suara pria itu menaiki tangga. Begitu tiba di depan kamar, Axel berdoa semoga pintunya tidak di kunci. Ia memutar engsel pintu dengan sangat pelan
Ceklek
Axel tersenyum karena pintunya tidak dikunci, dia masuk sambil mengendap - endap. Dilihatnya Raya sudah terlelap. Lagi - lagi Axel tersenyum. Dengan gerakan yang begitu pelan, Axel mulai membaringkan tubuhnya disamping Raya. Tangannya memeluk perut sang istri dari belakang.
"Selamat tidur, Sayang. Mimpi yang indah"
Raya tersenyum samar, sebenarnya dia belum terlelap. Raya memang sengaja tak mengunci pintu sebab ia tahu, Axel pasti akan ke kamar mereka. Sejujurnya, Raya juga tidak bisa tidur tanpa suaminya.
🌿🌿🌿
Axel terbangun lebih dulu. Dia menatap wajah Raya yang berada di dadanya. Istrinya itu tidur sambil memeluknya.
"Bagaimana bisa aku tidak terpesona padamu, Sayang. Kamu begitu cantik"
Axel perlahan memindahkan wajah Raya kemudian melepaskan dirinya. Sebenarnya, ingin sekali ia memeluk Raya lebih lama tapi jika nanti Raya terbangun dan melihatnya, perempuan itu pasti marah.
Setelah Axel keluar dari kamar, Raya membuka mata. Ya, Raya sudah bangun sebelum Axel. Dia hanya berpura - pura tidur.
"Ternyata kamu tidak ada usahanya!"
Raya beranjak menuju ke kamar mandi. Usai membersihkan diri, Raya turun ke dapur untuk membuat sarapan. Raya akan memasak nasi goreng karena suami dan mertuanya itu suka sekali sarapan dengan nasi goreng buatannya. Tak lupa telur mata sapi dan perkedel kentang sebagai pelengkapnya.
"Sarapan sudah siap. Sekarang aku akan membuat teh lemon madu dulu"
Tiba - tiba Raya merasakan tangan besar memeluknya dari belakang. Siapa lagi pelakunya kalau bukan Axel. Pria itu bahkan menyandarkan dagunya di pundak Raya dengan manja. "Aku tidak akan pernah mengkhianati kamu, Ray. Aku akui, aku sudah membuat kesalahan dengan memberikan izin Regina berfoto denganku. Tapi percayalah, hanya berfoto tidak ada yang lain. Kami berfoto hanya untuk kenang - kenangan"
"Tapi dengan begitu, kamu tanpa sadar memberinya harapan"
Axel semakin mengeratkan pelukannya, "Tapi aku dengan tegas mengatakan bahwa aku tidak akan berpaling dari istriku. Aku hanya mencintai Raya Queenza Danuarta"
Jika perempuan lain yang mendengar rayuan Axel, mungkin mereka akan langsung melelah. Namun kali ini Raya masih sedikit kesal,
"Tapi tetap saja- emp"
Axel membalik tubuh sang istri, membungkam bibir Raya dengan bibirnya lalu melumatnya pelan dan lembut. Awalnya Raya menolak, namun bukan Axel namanya jika tidak bisa menaklukan seorang Raya. Dan akhirnya Raya membalas ciumannya. Mereka begitu menikmati penyatuan daging kenyal itu. Raya melepas ciuman mereka lebih dulu, nafas keduanya terengah dengan tatapan mata yang saling mengunci.
"Aku hanya mencintaimu. Dan selamanya hanya kamu"
"Kamu membuatku semakin kesal!"
"Dan aku semakin mencintaimu!"
Raya mengerucutkan bibir,
"Hm Hm!"
Papa Brama baru saja tiba dan duduk di kursi. Pria itu tersenyum mengejek ke arah putranya, "Raya Sayang, nanti malam jangan lupa kunci pintunya ya. Takutnya ada maling masuk ke kamar"
"Beres Pa"
"Mana ada maling masuk kerumah kita! Keamanan disini begitu terjaga", kesal Axel
"Maling rindu ada loh, Xel!" ledek Papa Brama
Axel mendengus kesal, namun saat Raya memberikan piring berisi nasi goreng kesukaannya, mata pria itu langsung berbinar. "Terima kasih, Sayang"
Tak lupa Raya mengambilkan sarapan untuk Papa mertuanya juga, "Terima kasih, Sayang"
"Sama - sama, Pa"
"Ck, giliran Papa nyaut"
Raya hanya mengedikkan bahu lalu mereka bertiga makan dengan nikmat.
Usai sarapan bersama, Raya mengantarkan suaminya hingga ke depan teras. Tak lupa mencium tangan Axel sebelum suaminya pergi.
"Jangan lupa kabari Mas kalau sudah sampai dirumah Mama"
"Hm"
"Jangan ngambek lagi dong, Sayang. Mas kan sudah minta maaf"
"Kamu kurang usaha!"
Axel tertawa, "Nanti tunggu Mas dirumah Mama ya. Mas akan jemput kamu"
"Harus banget? Nanti kemalaman, Papa nggak ada yang masakin"
"Papa biar aku pesenin makan aja. Pokoknya tunggu Mas datang. Jangan pulang sendiri"
"Iya iya!"
"Ya sudah, Mas berangkat dulu"
"Hm. Hati - hati"
Axel tersenyum lalu mencium kening Raya sebelum masuk kedalam mobil. Pria itu segera mengemudikan mobilnya menuju kantor.
[Kamu sudah menghubungi mereka?]
[Sudah Tuan. Mereka bilang sudah dalam perjalanan ke kantor]
[Bagus. Aku sebentar lagi sampai]
[Baik, Tuan]
Axel mematikan panggilan teleponnya. Dia kembali fokus mengemudi. Jalanan tidak terlalu padat hingga dalam waktu setengah jam, Axel sudah tiba di kantor.
Edo sudah berdiri di depan lobi menyambut kedatangan Bos nya.
"Mereka sudah sampai?"
"Iya Tuan, lima menit yang lalu"
"Aku akan menemui mereka langsung"
Axel memasuki lift, dia memencet tombol angka sepuluh.
Ting
Pria itu keluar dengan langkah lebar. Kakinya melangkah menuju ke ruang meeting.
"Tuan Axel" sapa Damian
"Silahkan duduk"
Damian dan Regina kembali duduk, begitupun dengan Axel, "Aku langsung saja mengatakan intinya"
Regina tampak gusar, dari wajah serius Axel sepertinya akan terjadi sesuatu
"Aku merasa di rugikan atas postingan Regina kemarin. Selain banyak berbagai spekulasi masyarakat yang salah beranggapan, nama baikku juga tercemar. Jadi, bagaimana kalian mempertanggungjawabkan hal ini?!"
Regina menelan ludah, dia menatap Damian seolah meminta pertolongan, "Kami minta maaf Tuan. Sebenarnya Regina tidak sengaja mempostingnya"
"Tidak sengaja? Bukankah sebelumnya aku sudah memperingatkan untuk menghapus foto itu! Kenapa malah di posting di media sosial. Kamu tahu, seberapa besar dampak dari ulahmu itu?!"
Regina gugup bukan main, "A-aku minta maaf, Xel. Sungguh aku tak bermaksud apa - apa. Bukankah postingan itu juga sudah hilang?"
"Tentu saja hilang. Itu karena aku sudah menghapusnya!", Axel menatap tajam Regina, "Dengarkan aku baik - baik, Gin. Aku bersikap baik padamu karena aku menghargaimu. Tapi rupanya, kamu ingin menguji kesabaranku! Jika aku mau, aku bisa membuatmu kehilangan kariermu saat ini juga! Kamu pikir, aku tidak tahu skandal yang kamu lakukan?!"
Deg
Regina dan Damian dibuat mati kutu,
"J-jangan Xel. Aku sungguh - sungguh minta maaf. Aku janji tidak akan mengusikmu lagi"
"Bagus. Segera selesaikan syuting terakhir kerja sama kita, setelah itu enyahlah dari hadapanku selamanya!"
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 81 Episodes
Comments
Aysana Shanim
Good xel 🔥🔥🔥
2024-03-29
1