Bab 2

"Apa kabar, Bram?", sapa Papa Danu bertanya pada sahabat lamanya

"Aku baik, Dan", Brama memberikan bingkisan yang ia bawa kepada Raisa

"Wah, terima kasih Mas. Kok repot - repot segala. Kamu sudah mau datang saja, kami begitu senang. Kita sudah lama sekali tidak bertemu loh"

"Nggak repot sama sekali. Karena kita sudah lama tidak bertemu, jadi aku membelinya. Kue itu kesukaannya Danu"

"Hahah, masih ingat saja kamu, Bram. Aku jadi terharu", sahut Papa Danu

"Meskipun kita sudah lama berpisah, aku tidak akan pernah melupakan sahabat baikku. Oh ya, ini Axel, putraku. Kalian ingat kan?", seru Bram mengenalkan putranya.

"Dulu Axel masih kecil, sekarang sudah sebesar dan setampan ini. Kalau kita tidak bertemu hari, mungkin pas ketemu diluar, kita nggak akan kenal"

"Bibitku tidak perlu diragukan pagi bukan?", Jawab Brama bangga

"Ma, Pa, makanannya sudah siap", sela Raya

Mama Raisa melambaikan tangannya, "Sini Sayang, sapa dulu Om Brama nya. Tadi cuma salaman saja kan?"

Raya mengangguk, tadi mereka memang hanya bersalaman saja. Raya langsung masuk kedalam setelah diminta Mama Raisa mengecek kembali makan malamnya.

"Ini Raya, putri kami"

"Hallo Om"

Brama tersenyum, "Senang bisa melihatmu lagi, Nak. Sekarang kamu terlihat begitu dewasa dan cantik"

Raya tersenyum, "Terima kasih, Om"

"Kalau Putra Om melamar kamu, kamu mau nggak?"

Senyum Raya berubah kikuk. Dia tiba - tiba merasa canggung. Raya melirik pria bernama Axel itu sekilas. Dan kebetulan pria itu juga sedang menatapnya. Masih sama, datar!

"Sebaiknya kita makan dulu. Lanjutkan ngobrolnya nanti lagi", seru Papa Danu

"Boleh lah. Kebetulan aku juga sudah lapar", sahut Brama dengan candaan

"Ayo - ayo, keburu makanannya dingin", sambung Danu

Mereka berjalan menuju ke ruang makan. Beberapa hidangan sudah tersaji diatas meja. Tentunya dengan berbagai macam menu. Papa Danu duduk di kursi inti, disebelahnya ada Mama Raisa, disebelahnya lagi ada Om Brama. Sedangkan Raya duduk berhadapan dengan Axel

"Nih orang selain wajahnya datar, apa dia juga bisu ya? Dari tadi nggak ngomong sama sekali. ", gumam Raya dalam hati

"Axel sekarang kerja dimana?"

"Di perusahaan Om. Kebetulan saya membangun perusahaan saya sendiri"

Raya cukup tertegun mendengar suara Axel. ternyata pria itu tidak bisu. Dan suaranya terdengar begitu maskulin.

"Wah, hebat dong. Masih muda sudah mapan. Calon suami idaman banget"

Raya menatap Mamanya heran, lihatlah wajah wanita itu, sudah seperti gadis yang sedang kasmaran. Berlebihan!

"Dia persis seperti kamu, Bram"

"Tentu saja"

"Oh ya, kalau boleh tahu perusahaanmu bergerak di bidang apa?", tanya Papa Danu lagi

"Market Place, Om"

Danu menggut - manggut tanda mengerti, "Kamu memang pandai memanfaatkan peluang"

"Oh ya, aku dengar Raya ini punya usaha beberapa toko dan sudah membuka beberapa cabang diluar kota juga", tanya Bram pada Raya

Raya tersenyum, "Masih usaha kecil - kecilan kok Om. Kalau masalah membuka cabang, itu karena kebetulan ada peluang aja"

"Hebat loh, masih mudah usahanya sudah berkembang. Kalau sudah cabangnya banyak, nggak bisa disebut usaha kecil loh itu. Kamu sudah termasuk pengusaha muda", puji Bram yang ditanggapi senyum oleh Raya

"Malah ngomongi usaha. Ayo ditambah nasinya. Lauknya juga"

"Jangan khawatir, Sa. Makananmu pasti akan aku habiskan", Om Brama tergelak

Suasana makan terasa begitu hangat apalagi ditambah obrolan ringan dan sesekali candaan dari para orang tua.

Usai makan, mereka beralih ngobrol di ruang tamu. Mama Raisa sudah menyiapkan beberapa kue dan minuman untuk menemani obrolan mereka.

"Gimana usaha kamu, Bram?"

"Ya, begitulah. Masih sama seperti dulu. Aku sebenarnya ingin Axel meneruskan usahaku. Sayangnya dia sudah punya usaha sendiri. Setiap hari dia sibuk sekali. Kadang aku merasa kesepian"

"Anak jaman sekarang memang lebih suka membuka usaha sendiri. Jadi kamu harus maklum. Kayak kamu nggak aja dulu"

"Hahaha. Aku akui, dia memang gila kerja sama sepertiku. Padahal harusnya kan di umur kita ini, kita sudah pensiun ya Dan", Om Bram tergelak melirik ke arah anaknya, "Aku sempat protes loh, minta Axel segera membawa calonnya kerumah. Kalau dia menikah kan rumah jadi rame. Apalagi nanti kalau sudah ada cucu"

"Kalau begitu, minta Axel segera menikah", ucap Mama Raisa

Brama tidak menjawab, dia malah menatap sang putra, "Inginnya sih begitu", Papa Brama terdiam sejenak lalu menatap Danu dan istrinya bergantian, "Sebenarnya kedatangan kami kemari selain karena silaturahmi. Kami juga memiliki maksud lain"

"Maksud lain bagaimana nih?", tanya Papa Danu penasaran

"Biar Axel saja yang mengatakannya"

Axel berdehem, dia menatap Danu, Raisa bergantian. Dan terakhir, dia menatap Raya. Tatapan Axel begitu lekat, membuat Raya jadi salah tingkah "Mungkin ini terdengar mendadak. Atau mungkin, akan membuat kalian terkejut. Namun, bagaimanapun niat baik harus segera disampaikan", Axel menjeda kalimatnya, "Kedatangan saya dan Papa kemari sebenarnya untuk meminang Raya menjadi calon istri saya"

"Apa!", pekik Mama Raisa terkejut. Begitupun dengan Raya yang langsung tersedak minuman yang dia minum. Gadis cantik itu segera mengelap mulutnya dengan tisu kemudian menatap Axel yang terlihat santai dengan wajah datarnya.

"M-maksudnya Axel melamar Raya begitu?", tanya Papa Danu tak kalah terkejut

"Iya, Om, Tante", jawab Axel mantap, "Kami memang tidak saling mengenal, tapi hal itu bukanlah masalah. Kami bisa melakukan pendekatan setelah ini untuk saling mengenal satu sama lain"

Papa Danu menatap Raya, wajah putrinya itu masih terlihat shock. Sama dengan dirinya. Namun, bukankah tidak ada salahnya menerima niat baik orang lain. Perkara bagaimana kelanjutannya, itu urusan belakangan.

"Om menerima niat baik kamu, Xel. Tapi semua keputusan ada ditangan Raya. Biar dia yang menjawabnya. Om dan Tante bukan tipe orang yang memaksakan kehendak kami pada anak. Jadi, apapun keputusan Raya, Om harap kamu bisa menerima dengan lapang dada"

"Saya akan menerima apapun keputusan Raya dengan lapang dada, Om"

Mama Raisa menatap putrinya. Ia tahu jika Raya sudah memiliki kekasih dan ia yakin Raya akan menolak lamaran Axel. Padahal kalau boleh memilih, jelas ia lebih suka pada Axel. Bibit, bebet dan bobotnya jelas. Anaknya juga tampan dan mapan. Walau Haidar juga cukup baik, namun entah kenapa dia tidak terlalu suka pada pemuda itu.

"Sayang sekali, Axel harus berakhir patah hati", gumam Mama Raisa dalam hati

"Bagaimana Ray, kamu bersedia menjawab pinangan putra, Om?", tanya Om Brama

Raya menatap semua orang bergantian. Jujur, dia gugup tiba - tiba dilamar oleh orang yang belum dia kenal. Ia menatap Axel lamat. Tidak ada yang kurang dengan Axel, dia tampan bahkan sangat tampan. Tapi masalah hati bagaimana? Jujur, masih ada nama Haidar dalam hatinya. Ya meskipun pria itu akan menikah dengan sahabatnya sendiri. Tapi menikah dengan orang asing, tentu butuh banyak waktu untuk beradaptasi bukan? Perlu mengenal satu sama lain. Karena berumah tangga itu selamanya, bukan seminggu, sebulan atau hanya setahun. Pernikahan adalah ibadah yang paling lama. Lalu bisakah rumah tangga dijalani dengan baik jika keduanya belum tahu watak dan sikap masing - masing?

Raya menatap Mamanya, wajah wanita yang melahirkannya itu tampak penuh harap. Sedangkan Papanya hanya tersenyum. Raya menghela nafas, kalau ia menerima lamaran Axel, apakah ini yang terbaik untuknya? Atau, mungkinkah Axel adalah pria terbaik yang Allah kirimkan untuknya sebagai pengganti Haidar?

Raya berganti melirik Papa Danu, pria itu kembali tersenyum lembut, "Ray, bagaimana? Om Brama dan Axel menunggu jawaban kamu. Atau ... Kamu butuh waktu untuk berpikir dulu?"

Raya menggeleng, "Jujur, aku terkejut. Bahkan tidak menyangka kalau akan dilamar", Raya kembali menghela nafas, "Tidak ada yang kurang dengan Mas Axel, tapi masalahnya kami belum saling kenal. Butuh waktu untuk saling mengenal satu sama lain-"

"Kita bisa saling mengenal setelah menikah. Seperti yang aku katakan tadi, kita bisa melakukan pendekatan setelah ini", potong Axel cepat, "Kalau yang kamu khawatirkan adalah cinta, dengan kebersamaan kita nantinya, cinta bisa tumbuh seiring berjalannya waktu. Dan aetelah menikah nanti, saya tidak akan membatasi semua kegiatan kamu"

Raya kembali menatap Axel, terlihat jelas kesungguhan di matanya. Dan untuk pertama kalinya, Raya melihat senyum tipis diwajah pria itu.

"Kalian bisa pacaran setelah menikah. Kalau boleh jujur, Om sangat senang jika Raya yang menjadi menantu Om"

Raya masih bungkam, banyak hal yang dia pikirkan. Menikah bukanlah hal sederhana. Ada penyatuan dua sifat, karakter, watak, keluarga dan jiwa raga. Bisakah dia menjalani itu semua dengan orang yang baru dia kenal.

Sekali lagi, Raya menatap kedua orang tuanya. Dia melihat senyum dan harapan dimata orang - orang yang dia sayangi.

"Jadi bagaimana, Sayang. Kamu mau menerima lamaran putra Om atau tidak?"

Gadis itu akhirnya mengangguk, "Saya ... Menerima lamaran Mas Axel"

Terpopuler

Comments

Royani Arofat

Royani Arofat

sebagai org yg dijodohkan dan pacaran setelah nikah....saya dukung kalian berdua.yg penting saling membuka hati menerima pasangan apa adanya.kl.baik itu bonus.kl jelek itu kekurangan yg manusiawi.asal g menyakiti fisik dan verbal

2024-04-14

0

Arifin Wiwik

Arifin Wiwik

oke ray saya dukung,

2024-03-17

2

Rita Riau

Rita Riau

nah gitu dong Ray,,, terima aja lamaran Axel,,balas tuch berbuat dua manusia lucknut,,, yg bertupeng sahabat dan pacar

2024-02-25

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!