Bab 11

"Kalau Mas menikah dengan perempuan ini, lalu apa artinya kebersamaan kita di hotel waktu itu?"

Deg

Raya meremas sendok dan garpu yang dia pegang. Tatapannya berubah tajam, "Lepaskan tanganmu dari suamiku!"

Camelia menatap Raya, "Kalau aku tidak mau bagaimana?"

Raya menatap sinis, "Kamu ingin melihatku melakukan hal nekat padamu?", Raya mengambil pisau kecil disamping piringnya, "Pisau ini, aku yakin jika aku goreskan pada pipimu, wajah cantikmu itu akan jadi menyeramkan!"

Camelia menyemburkan tawa, membuat Axel membuang nafas kasar. "Istrimu menyeramkan juga ya Xel"

Raya mengerutkan dahi, bingung karena wanita itu merubah panggilannya.

"Jangan menggodanya lagi, Sayang. Yang jadi sasaran Axel nanti bukan kamu, tapi aku"

"Mas Teo?", seru Raya melihat kedatangan Teo, sahabat Axel. Raya menatap semua orang dengan tatapan bingung.

"Maaf membuatmu salah paham, Ray. Camelia ini tunanganku"

"Tunangan Mas Teo?"

"Iya. Aku tunangannya Teo. Oh ya, kita belum berkenalan dengan baik. Aku Camelia"

"Raya", istri Axel itu membalas uluran tangan Camelia

"Maaf atas kejahilanku tadi. Aku hanya ingin melihat reaksi panik Axel. Sayangnya tidak berhasil. Dasar tidak asyik"

Raya hanya mengangguk, jujur dia jadi canggung sekarang. Raya pikir, Camelia adalah bibit pelakor yang harus dimusnahkan. Dia jadi tidak enak, sudah salah prasangka. Apalagi tadi Raya sempat mengancamnya.

"Maaf atas yang tadi"

Camelia tersenyum, "Tidak masalah. Jujur, aku suka gayamu. Kalau aku berada di posisimu aku juga akan melakukan hal yang sama. Sepertinya setelah ini kita bisa jadi teman baik"

"Kebetulan kita bertemu disini. Boleh kan kalau kami bergabung?", tanya Teo

"Boleh", sahut Raya

"Sudah duduk sejak tadi, kenapa baru minta izin" omel Axel

"Sudah punya istri, masih saja mode kulkas", ejek Camelia, "Kamu betah jadi istrinya Axel? Dia itu kaku seperti kanebo kering"

Raya tertawa, ternyata bukan hanya dia yang menilai Axel seperti itu. "Betah"

Senyum tipis terbit diwajah Axel mendengar jawaban Raya

"Kamu satu - satunya wanita yang mampu membuat kulkas ini tersenyum!", Camelia kembali mencibir Axel, "Maaf tidak datang di pernikahan kalian. Aku baru saja pulang dari Paris"

"Kami akan segera menikah", sambung Teo

"Selamat untuk kalian berdua", Raya mengucapkan dengan tulus

"Sebagai hadiah dariku, bagaimana kalau kita double honeymoon?"

"Tidak mau!", tolak Axel tegas

"Sudah kuduga!", Camelia meminum minumannya yang baru saja datang, "Ray, kamu mau hadiah apa dariku?"

"Tidak usah, Mas Teo sudah memberikan kami hadiah"

"Itu kan dari Teo. Aku juga ingin memberimu hadiah"

"Axel itu kaya, Sayang. Tidak perlu memberinya hadiah"

"Iya juga sih"

Mereka mulai memakan makanan masing - masing

"Kalian jalan - jalan?", setelah lama diam, Axel akhirnya bertanya

"Kami baru saja nonton bioskop", sahut Teo

"Kalian tahu? Film nya bagus sekali" seru Camelia

"Memangnya kalian menonton film apa?" tanya Raya penasaran

"Horor!"

"Horor itu seram. Seru dari mananya?" cibir Axel

"Seru karena kami melihat dua sejoli berciuman di pojok ruangan. Dunia serasa milik mereka berdua, yang lain hanya numpang"

Raya terbatuk, Ia paham siapa yang dimaksud Camelia. Melihat istrinya tersedak, dengan sigap Axel menyodorkan air untuk Raya

"Hati - hati, Sayang"

Camelia dan Teo tertawa, "Kalau sudah ketemu pawangnya, kulkas pun jadi bucin!"

"Berhenti mencibir, Camelia!"

"Huh, takut!"

Axel menatap pasangan di depannya dengan malas.

"Sudah baikan?", Raya mengangguk. Wajahnya memerah menahan malu.

"Tidak perlu malu begitu. Pengantin baru memang masih panas - panasnya kok"

Satu penilaian Raya pada tunangan Teo itu, blak - blakan. Tapi bukankah itu lebih baik daripada diam - diam menghanyutkan? Raya merasa jika Camelia mungkin cocok dijadikan teman

"Nanti kalau aku menikah, kamu mau kan jadi pendampingku?"

"Aku?"

Camelia mengangguk, "Keluargaku semuanya di China. Orang tuaku sudah lama meninggal. Mungkin, hanya sedikit yang datang. Aku akan sangat senang jika kamu mau menjadi pendampingku"

Raya menatap suaminya, pria itu mengangguk, "Tentu saja"

Teo tersenyum ke arah Raya seolah mengatakan terima kasih.

"Terima kasih. Hah ... Akhirnya aku punya teman yang cocok denganku"

"Kamu tidak punya teman di Indonesia?"

Camelia tertawa, "Banyak. Tapi yang tulus sepertimu tidak ada"

Mereka kembali melanjutkan makan. Usai makan siang, mereka berpisah. Teo dan Camelia akan ke butik untuk fitting baju pernikahan mereka. Sementara Axel dan Raya memutuskan pulang.

Hujan turun begitu deras membuat Axel mengemudikan mobilnya dengan pelan. Begitu sampai didepan rumah, mereka di kejutkan dengan keberadaan Haidar yang berdiri di depan teras. Pria itu basah kuyup. Mungkin sudah lama berada disana. Ada Papa Brama juga yang duduk dikursi teras

Raya menatap Axel, suaminya itu tidak mengatakan apapun. Begitu turun dari mobil, Papa Brama menyambut anak dan dan menantunya, "Hampir satu jam dia berdiri disana. Papa sudah menyuruhnya masuk, tapi dia kekeh menunggu kamu. Papa kasih minum, nggak diminum. Papa suruh pulang juga nggak mau"

"Akhirnya kamu datang, Ray"

Raya jadi canggung. Jujur dia bingung harus melakukan apa. Dia jelas merasa segan pada Papa Brama. Apalagi melihat wajah kesal Axel, Raya yakin suaminya itu sedang menahan kesal.

"Apa yang kamu lakukan disini, Dar?"

"Aku ingin berbicara denganmu. Beri aku waktu sebentar saja"

Raya menatap suaminya, tidak ada respon apapun dari Axel.

"Pulanglah, Dar. Jangan menyiksa diri seperti ini"

"Beri aku satu kesempatan, Ray. Aku mohon", suara Haidar terdengar bergetar. Tubuhnya mulai menggigil

"Bicaralah padanya kalau mau!"

"Tapi Mas-"

Axel masuk tanpa menghiraukan Raya, hanya Papa Brama yang masih menemaninya.

"Aku mohon, Ray. Izinkan aku-"

Bruk

"Haidar!!"

Raya dan Papa Brama panik melihat Haidar pingsan. Sementara Axel mengepalkan tangan melihat Raya masih peduli pada mantan kekasihnya. Istrinya itu bahkan berlari menghampiri Haidar.

Axel melangkah cepat menuju ke kamar. Hatinya begitu emosi. Setibanya di kamar, pria itu meninju dinding, "Brengsek!!!"

Sementara diluar, Papa Brama meminta supir segera membawa Haidar ke rumah sakit. Ia juga meminta sopir menghubungi keluarganya. Bukannya tidak mau membantu, tapi dirumah sakit, Haidar bisa dirawat lebih baik. Lagipula Axel sedang marah, ia hanya tidak mau putranya jadi semakin marah lagi.

"Masuklah, Nak dan langsung mandi"

"Maaf, Pa", lirih Raya

Papa Brama tersenyum, "Bukan salahmu. Sekarang naiklah", Raya mengangguk,

"Axel hanya marah. Kamu hanya perlu membujuknya. Papa yakin, kamu bisa meredakan amarahnya. Di sayang sedikit, dia pasti langsung luluh"

Raya tersenyum, "Terima kasih, Pa"

Ia segera masuk dan bergegas naik ke lantai atas. Sampai di kamar, Raya tidak melihat suaminya. Mendengar suara gemericik air, Raya yakin Axel berada di kamar mandi. Tanpa pikir dua kali, Raya segera menyusulnya.

Axel tengah mengguyur tubuhnya dibawah shower. Rasa perih ditangan ia abaikan. Emosi sedang menguasai dirinya saat ini. Ia cemburu melihat Raya masih perhatian pada Haidar. Saat akan kembali meninju dinding, Axel merasakan seseorang memeluknya dari belakang, tangannya mengambang di udara

"Maaf"

Kata itu terdengar lirih di telinganya, jujur Axel belum bisa menghilangkan rasa cemburu yang menguasai hati. Melihat suaminya yang masih diam, Raya memaksa Axel menghadap padanya. Ditatapnya mata memerah milik suaminya dengan lekat, Raya mematikan kran shower membuat wajah Axel terlihat begitu jelas.

Tidak ada kalimat yang keluar dari bibir keduanya. Mereka sama - sama larut dalam tatapan yang begitu lekat. Raya bisa melihat kemarahan masih ada di mata suaminya.

Cup

Satu kecupan dari Raya tak membuat Axel luluh, dia masih terlihat dingin dan datar. Tapi Raya tidak menyerah, dia kembali mencium bibir Axel. Untuk pertama kalinya, Raya berhasil mengusik ketenangan seorang Axelio. Axel cukup terkejut dengan keberanian Raya. Ia ingin tahu, seberapa jauh Raya mampu mengusik pertahanannya. Pada akhirnya, Axel kalah. Ia akui, Raya berhasil membobol pertahanannya.

"Kamu yang memulainya, Sayang. Jangan salahkan aku jika aku enggan mengakhirinya!"

Terpopuler

Comments

marisa yohana

marisa yohana

kena prank aku sama otor😂😂😂😂

2024-03-19

0

Susanty

Susanty

aku kira Camelia bibit pelakor ternyata calon istri teo🤭🤣🤣 aku udah ketar ketir sendiri😔 author bikin aku salah paham🤭🙏

ya ealah Haidar udah sih,gak usah ngejar-ngejar Raya lagi, dia udah bahagia sama pengganti kamu, lagian kamu juga mau nikah sama Sintia, seharusnya kamu buka sedikit hati kamu untuk menerima Sintia, kasian loh Sintia.

2024-03-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!