Bab 13

"Kamu tidak mungkin semudah itu berpindah hati, Ray! Aku tahu betul kamu seperti apa! Kita baru berpisah sebulan, kini kamu sudah mencintainya?!", Haidar tertawa sinis, "Ternyata benar apa yang aku pikirkan tentangmu! kamu tidak lebih dari seorang perempuan murahan!"

Deg

Hati Raya begitu sakit mendengar ucapan Haidar. Bagaimana mungkin pria yang pernah ia cintai tega mengatakan hal semenyakitkan itu?

Axel menarik kerah baju Haidar, tangan suami Raya itu bersiap memukul, "Brengsek!! Beraninya kau menghina istriku!!"

"Lepaskan tanganmu, Mas"

"Tapi dia sudah menghinamu, Sayang" Axel tampak keberatan dengan perintah Raya

"Lepaskan! Jangan kotori tanganmu untuk memukul manusia tidak bermoral sepertinya!"

Haidar menyentak tangan Axel dengan keras, "Aku menyesal pernah mencintai wanita sepertimu! Dan kau!", Haidar menatap Axel dengan senyum mengejek, "Semoga nasibmu tidak berakhir sepertiku!"

Haidar keluar dari rumah Axel begitu saja.

"Sayang, kamu baik - baik saja?", tanya Axel khawatir

Raya hanya menggeleng membuat Axel menghela nafas, "Kembalilah ke kamar terlebih dulu. Mas mau kedapur sebentar"

Tanpa kata, Raya melakukan apa yang suaminya perintahkan. Axel melangkah ke dapur, dia membuka lemari pendingin lalu mengambil kue brownies kesukaan Raya. Tak lupa membawa segelas susu untuk istrinya. Pria itu segera naik ke atas. Begitu membuka kamar, Axel melihat Raya sedang melamun.

"Sayang, lihat apa yang Mas bawa?"

Perempuan itu menoleh dengan senyuman tipis, "Apa?"

Axel mendekat, "Brownies kesukaanmu". Wajah yang biasanya berbinar, kini terlihat sendu. Axel meletalkan kuenya di atas nakas lalu merengkuh Raya dalam pelukannya. "Kalau mau menangis, maka menangislah. Tapi setelah itu, jangan ada air mata kesedihan lagi"

Raya membalas pelukan Axel, bersandar didada pria yang telah menjadi suaminya. Rasanya begitu nyaman. Tiba - tiba saja perasaan Raya memburuk, air mata menetes tanpa bisa dia cegah. Raya menangis dalam diam, berusaha tidak mengeluarkan suara agar tidak mengundang perhatian Axel. Sayangnya, suaminya itu terlalu peka, Axel justru mengusap lembut punggungnya untuk menenangkannya.

"Tidak usah ditahan. Keluarkan semua rasa sakit itu agar kamu merasa lega"

Raya tidak mengatakan apapun, namun pelukannya semakin erat. Jujur, Axel sakit melihat Raya seperti ini. Suami mana yang tidak sakit hati mendengar istrinya dihina sebagai wanita murahan. Axel membiarkan Raya menangis hingga wanita itu merasa tenang. Hingga beberapa saat kemudian, pelukan Raya perlahan terurai.

"Sudah merasa lebih baik?"

Raya mengangguk, dia menatap Axel dengan lekat. Tatapan mata yang begitu dalam dan sendu. "Apa aku memang murahan?"

"Ssttt. Kenapa kamu bertanya seperti itu? Kamu bukan wanita murahan, Sayang. Jangan dengarkan si brengsek Haidar!"

"Apa salah jika aku belajar mencintai suamiku?"

Axel menggeleng, "Tidak. Yang kamu lakukan sudah benar. Bukankah suami istri memang harus mencintai? Kita akan menghabiskan waktu bersama selamanya. Berbagi suka dan duka berdua. Dengan cinta, kita akan membangun rumah tangga yang bahagia"

Raya tersenyum sendu, "Aku tidak pernah berniat mempermainkan perasaan siapapun. Tidak Haidar begitupun kamu"

"Aku tahu, Sayang. Aku tahu itu", Axel memeluk kembali istrinya. Memberikan ketenangan pada Raya. Axel tahu, istrinya sedang tak baik - baik saja.

Raya melingkarkan tangannya di pinggang Axel. Kembali memeluk suaminya dengan nyaman, "Dulu aku mencintainya dengan tulus. Tapi perasaan kecewaku telah mematikan semua rasa cinta itu. Sakit Mas, rasanya sakit sekali di khianati orang - orang yang kita percaya. Aku terluka. Aku merasa dipermainkan. Empat tahun bukan waktu yang sebentar bagiku. Banyak suka duka yang sudah kami lewati bersama. Lalu tiba - tiba mereka akan menikah? Tentu perasaanku begitu hancur"

Axel mengeratkan pelukannya, memberikan usapan lembut agar istrinya merasa lebih tenang. "Aku terus berfikir, kenapa mereka tega melakukan itu padaku. Sejak kapan? Sudah berapa lama? Aku mengoreksi diriku sendiri. Mencari apa yang kurang dariku. Aku menguatkan diriku sendiri. Meyakinkan hati jika tidak ada yang kurang denganku. Merekalah yang bersalah"

Raya melepas pelukannya, dia menatap wajah Axel dalam. Perlahan menyentuh rahang tegas milik suaminya, "Hingga dihari yang sama kamu datang. Kamu, pria asing yang tak aku kenal sebelumnya datang membawa lamaran untukku. Jujur, aku terkejut. Aku bingung dan juga bimbang. Dalam hati, aku ingin menolak pinanganmu. Hatiku sedang terluka, perasaanku tidak baik - baik saja. Bagaimana mungkin aku menikah dengan orang asing. Pernikahan itu suci. Dan aku hanya ingin menikah sekali seumur hidup"

Axel masih mendengarkan cerita Raya, ia membiarkan istrinya mengeluarkan semua perasaan yang mungkin selama ini mengganjal di hatinya, "Aku tidak siap. Aku ingin sekali menolakmu saat itu. Tapi melihat mata Papa dan Mama, juga melihat kesungguhanmu, hatiku mulai goyah. Aku sempat berpikir, mungkinkah kamu obat yang Allah kirimkan untuk luka hati yang aku rasakan? Perasaanku seperti dejavu, banyak yang aku pikirkan, menikah dengan orang yang tidak dikenal sebelumnya, akan jadi apa pernikahan kita nantinya? Bagaimana sifatmu? Apa kesukaan dan yang tidak kamu suka. semua itu berputar di pikiranku. Aku bertanya pada diriku sendiri, bisakah aku menjadi istri yang baik nantinya?"

"Lalu kenapa kamu memutuskan menerima pinanganku, Sayang?", tanya Axel penasaran. Pertanyaan ini pernah ia tanyakan beberapa waktu yang lalu pada istrinya. Namun saat ini kondisinya berbeda, Raya sedang mengeluarkan isi hatinya dengan penuh kejujuran dan mungkin, jawabannya kali ini akan berbeda.

"Kamu tahu, cinta orang tua kepada anaknya begitu besar. Tidak ada orang tua yang tidak menginginkan anaknya bahagia. Aku melihat bagaimana Papa menatapmu penuh arti, menatapmu kagum dan berbinar. Begitupun dengan Mama"

"Jadi kamu menerimaku karena Papa dan Mama?", jujur Axel sedikit kecewa. Ia pikir Raya benar - benar mau membuka hati untuknya. Nyatanya, semua hanya karena orang tuanya.

"Alasan terbesarnya iya"

Raya memperhatikan wajah Axel yang berubah sendu, tangannya membelai wajah Axel dengan usapan lembut, "Tapi saat aku mengatakan aku menerimamu. Dalam hati aku berjanji, aku akan belajar mencintai kamu. Belajar menjadi istri yang baik untukmu. Meski aku tahu semua tidak akan mudah. Butuh waktu untuk bisa memahami kamu nantinya. Tapi aku percaya aku bisa melakukannya karena aku yakin rencana-Nya lebih indah dari rencana kita"

Axel tersenyum, ternyata Raya tidak seperti yang ia duga. Jujur, Axel sudah baper tadi.

"Aku mengatakan semua ini agar kamu tahu, aku telah mempercayakan hatiku sama kamu. Aku mempercayakan semuanya sama kamu, Mas. Aku berharap kamu tidak memberikan luka yang sama seperti yang Haidar berikan"

Axel mengecup kening Raya dengan lembut, "Aku mencintaimu lebih dari yang kamu tahu. Dan aku berjanji, aku tidak akan pernah menyakiti kamu"

Raya mengangguk, "Sekarang aku masih belajar mencintai kamu. Kamu mau kan, membantuku agar aku lebih cepat mencintai kamu?"

"Tentu saja, Sayang. Akan aku tunjukkan betapa aku mencintaimu. Dan kamu, akan mencintaiku dengan sendirinya. Bersiap - siaplah dengan pesona Axelio yang akan membuatmu sangat mencintainya"

Raya tersenyum, "Aku siap"

Axel melumat bibir sang istri, mengulum lembut daging kenyal yang menjadi candunya.

"I Love You, Raya Queenza Danuarta"

Terpopuler

Comments

Khadija Muslim

Khadija Muslim

❤❤❤

2024-03-23

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!