Di kamarnya, Feng Yin duduk di sofa dengan wajah sendunya. Dia terus memikirkan adegan dimana Ling Qi memeluk Lu Yuan tadi. Feng Yin sadar betul kalau Lu Yuan nggak akan menyukainya, tapi hatinya masih saja sedih mengingat Lu Yuan yang pastinya akan kembali menjalin hubungan dengan Ling Qi.
Sebisa mungkin Feng Yin menenangkan perasaannya, dia membuang jauh perasaan nggak senangnya dan menguatkan hati untuk ikut bahagia akan kebahagian Lu Yuan. Toh pria itu berhak memilih dengan siapa dia ingin bersama. Sebagai seorang penggemar, Feng Yin hanya berharap semoga Lu Yuan mendapatkan wanita yang baik.
Sebenarnya, Feng Yin sedikit keberatan kalau Lu Yuan memilih kembali bersama Ling Qi, karena walau bagaimanapun, wanita itu sudah menyelingkuhi dan mengkhianatinya. Feng Yin nggak ingin Lu Yuan kembali tersakiti oleh sikap Ling Qi itu.
Feng Yin keberatan bukan semata-mata karena dia menyukai Lu Yuan, tapi semua itu juga karena rasa pedulinya pada pria itu. Walau bukan dia, tapi dia berharap Lu Yuan bisa bersama dengan seorang wanita yang bisa lebih menghargai dan menyayanginya.
Feng Yin terus bergumul dengan hati dan pikirannya. Apakah dia harus menerima keputusan Lu Yuan itu, atau haruskah dia melarang Lu Yuan untuk kembali bersama Ling Qi, tapi apa haknya? Itu hidup Lu Yuan jadi, hanya Lu Yuan juga yang bisa menentukan dengan siapa dia ingin bersama.
Mau satu dunia nggak menyetujui Ling Qi, tapi kalau Lu Yuan sangat mencintai Ling Qi, mereka bisa apa?
Feng Yin dikagetkan oleh dering ponselnya, dia lalu berdiri dan melangkah dengan lesu, menuju letak ponselnya. Wanita itu tersenyum kecil, saat melihat kontak mamanya, dia lalu menekan tombol hijau dan kembali mendudukan dirinya di ranjang.
‘’Baik Ma,’’ jawab Feng Yin, saat mamanya bertanya tentang kabarnya.
‘’Mama kangen ya sama aku?’’
‘’Nggaklah ngapain.’’
‘’Ini buktinya Mama menelponku.’’
‘’Mana ada, ini Kakek yang menyuruh Mama untuk menelponmu. Nih Kakek mau ngomong.’’ Mamanya langsung memberikan ponsel pada kakeknya, Feng Yin hanya tersenyum dan langsung mengobrol dengan kakeknya. Nggak lama mereka mengobrol, hanya 10 menit, karena mama, papa, dan kakeknya yang harus keluar. Katanya mereka ingin jalan-jalan santai di daerah sekitar rumah kakek. Ya, mama dan papanya sekarang sedang berada di rumah kakek.
Rumah mereka dan rumah kakek masih berada di satu kota, hanya saja jaraknya sedikit jauh. Setelah menelpon kakeknya, Feng Yin memilih melangkah ke balkon dan melakukan video call dengan para sahabat yang mungkin sedang sibuk. Maklumlah, ini masih pagi dan pastinya mereka sedang bekerja.
Dicafe, dengan ditemani segelas americano, Lu Yuan sedang duduk melamun, dia memikirkan hubungannya dan Ling Qi yang kandas ditengah jalan, padahal sudah sangat lama mereka bersama. Memikirkan hubungan itu lagi, membuat Lu Yuan sedikit sedih, tapi untuk mengulangnya dan kembali bersama Ling Qi lagi, Lu Yuan sungguh nggak menginginkannya.
‘’Hei bro,’’ sapa Xiao Nai menepuk kecil pundak Lu Yuan.
‘’Ngelamun aja, mikirin apa sih?’’ tanya Wu Qing mendudukan dirinya di kursi yang ada di depan Lu Yuan. Lu Yuan hanya diam dan nggak menjawab. Dia hanya melirik sekilas pada kedua pria itu, lalu mengambil americano dan meminumnya.
‘’Si kelinci kecil mana?’’ tanya Xiao Nai.
Lu Yuan menyatukan alisnya, bingung akan pertanyaan Xiao Nai. Kenapa pria itu malah menanyakan seekor kelinci padanya, memangnya dia memelihara kelinci apa, pikir Lu Yuan dengan wajah bingungnya.
Wu Qing pun tertawa kecil. ‘’Maksudnya si Feng Yin.’’
‘’Feng Yin?’’ Lu Yuan bertanya, sambil meletakkan kembali americanonya.
‘’Xiao Nai memberikan nama itu padanya. Katanya Feng Yin terlihat seperti kelinci kecil yang menggemaskan.’’
Masih dengan wajah datarnya. ‘’Kelinci kecil apanya, dia malah terlihat seperti seekor babi.’’
Hatchi
Feng Yin bersin. Sekarang wanita itu sedang melakukan video call dengan dua sahabatnya. Hanya Feifei dan Anxin, karena dua lainnya nggak mengangkat panggilan video darinya. Mungkin keduanya sedang sibuk sekarang.
‘’Kalian membicarakan hal buruk tentangku ya?’’ tanyanya pada para sahabat.
‘’Memangnya ada hal baik darimu yang harus dibicarakan?’’ jawab Feifei bercanda, sontak saja membuat Anxin tertawa, sedangkan Feng Yin langsung pura-pura memasang wajah manyunnya. Namun, nggak lama dia sudah tersenyum, sambil memperhatikan wajah dua sahabatnya itu.
Disaat seperti ini, saat hatinya sedang gunda gulana, para sahabatnya selalu bisa membuatnya sedikit terhibur, dan Feng Yin sangat bersyukur untuk itu.
'’Hei dokter sogokan, kamu nggak punya pasien? Tadinya kupikir kau akan sibuk.’’ Feng Yin memberikan pertanyaan yang berisi ledekan, tentang pekerjaan Feifei yang sangat dan sangat santai, bahkan dipagi hari, wanita itu nggak memiliki kesibukan dan malah melakukan video call bersamanya.
‘’Kamu kayak nggak tau aja, dia kan dokter pengangguran,’’ timpal Anxin lalu mereka tertawa bersama. Nggak hanya Anxin dan Feng Yin, Feifei pun ikut tertawa. Dasar aneh, bukankah mereka sedang meledeknya, lalu kenapa dia malah ikut tertawa?
‘’Dasar oon, kenapa kau ikut tertawa juga? Harusnya tersinggung dikit kek.’’ Feng Yin kembali berucap dan sesaat kemudian tertawa lagi.
‘’Apa yang bisa membuatku tersinggung. Toh yang kalian katakan memang benar. Kalian tahu ....’’ Feifei berdiri dari duduknya, dia melangkah dan membuka pintu ruangannya dan mengubah kamera, menjadi kamera belakang. Wanita itu memperlihatkan berapa banyak pasien yang sedang antri menunggu, tapi sayangnya nggak ada satupun dari pasien itu yang datang padanya. Sedikit miris sih, tapi Feifei menerima semuanya dengan santai. Wanita itu bahkan bisa tertawa dengan lepas. Nggak ada raut sedih di wajahnya dan itu membuat Feng Yin dan Anxin menggeleng kepala mereka.
Namanya juga Feifei, si wanita yang paling nggak ingin repot, bahkan untuk pekerjaan saja dia nggak mau direpotkan, lalu untuk apa dia menjadi seorang dokter, kalau melayani pasien saja dia malas?
Kejadian ini bermula sekitar satu tahun lalu. Saat itu, Feifei mendapat beberapa pasien, tapi lucunya, Feifei malah meminta pasien-pasien itu untuk menemui dokter lain, karena katanya, dia punya janji penting bersama keluarganya. Hal seperti ini nggak hanya terjadi sekali atau dua kali, tapi berkali-kali dan itulah yang membuat para pasien nggak mau berobat atau hanya sekedar berkonsultasi dengan Feifei.
Kalau ditanya kenapa Feifei masih bertahan dengan pekerjaannya dan kenapa wanita itu nggak dipecat juga? Jawabannya hanya satu yaitu, kekuasan keluarga Feifei. Nggak ada seorangpun yang berani memecat Feifei, saat mereka mengetahui latar belakang keluarganya. Para petinggi malah sibuk menjilat.
*****
‘’Oh ya, sebenarnya kau punya hubungan apa dengan kelinci kecilku?’’
‘’Kelinci kecilmu?’’ ulang Lu Yuan dengan menekan setiap kata.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments