‘’Ada apa?’’ Papa memperhatikan wajah bingung mama. Mama pun menceritakan hal ganjel tersebut.
‘’Kita akan menanyakan hal ini, saat dia bangun nanti.’’ Mama mengangguk, menyetujui ucapan papa.
Hampir jam 12 siang, Feng Yin baru saja membuka matanya. Wanita itu melakukan beberapa peregangan kecil, sebelum memutuskan untuk turun dari ranjang.
‘’Good mor -’’ ucapnya terhenti, saat nggak melihat lagi foto Lu Yuan di dinding kamarnya.
‘’Mor … ning,’’ Dia melanjutkan, sambil mendesah, kemudian melangkah menuju bathroom, untuk mencuci wajahnya.
Setelah menggunakan skincare, dia mengambil ponselnya dan mengirimkan chat di grup obrolan yang diberi nama ‘MissQueen’ Dengan 5 anggota. Yang berisi dirinya dan 4 sahabat gesreknya.
‘’Mau ngemall nggak?’’
Itulah chat yang dikirimkan pada obrolan grup. Nggak sampai 5 detik, Feifei sudah membalas, wanita itu menyetujui ajakan Feng Yin dan mengatakan 2 jam lagi akan menjemput Feng Yin.
‘’Kau ini Dokter atau pengangguran sih?’’ balas Chun Hua dengan 4 emot tertawa.
Feifei kembali membalas, mengomentari chat dari Chun Hua. Wanita itu mengatakan kalau dia adalah seorang dokter yang spesial. Makanya diberikan hak istimewa, untuk meninggalkan rumah sakit kapanpun dia mau.
‘’Ala, bilang aja nggak ada kerjaan.’’ Kali ini Anxin yang membalas, dia juga menggunakan beberapa emot tertawa.
Mereka masih saling membalas, tanpa ada yang mau mengalah, sedangkan Feng Yin hanya membaca semua chat itu, sambil menertawai sikap jahil Chun Hua dan Anxin yang terus menerus meledek Feifei. Dan Yue Bin? Pria itu mungkin sedang sibuk sekarang.
Hampir jam 1 siang, Feng Yin keluar dari kamarnya. Wanita itu mulai kelaparan.
‘’Ma laper.’’
Tanpa diminta, mamanya langsung berdiri dari duduknya dan memanaskan makan siang untuk mereka.
Nggak sampai 30 menit, mama sudah memanggil Feng Yin dan papanya. Mereka makan siang bersama. Saat Feng Yin tengah asyik menikmati makan siang, mama-papanya malah sibuk memperhatikannya.
‘’Kamu baik-baik saja ‘kan?’’ Feng Yin mengangguk, menjawab pertanyaan papanya, tanpa menghentikan makannya.
‘’Lalu, kenapa tiba-tiba kau melepaskan semua poster kesayanganmu?’’ Cepat cepat mama menimpali.
‘’Loh, kan Mama yang nyuruh kemarin. Katanya usiaku udah nggak pantas lagi jadi seorang penggemar. Kan Mama yang bilang kemarin.’’
Alis mamanya langsung menyatu, sedikit nggak percaya dengan ucapan Feng Yin. Lagian sejak kapan wanita itu mengikuti perintahnya?
Bukankah sudah berapa tahun terakhir dia menyuruh untuk melepaskan semua poster itu? Tetapi Feng Yin selalu bersikeras nggak mau melepaskannya, lalu kenapa sekarang tiba-tiba mematuhi perintahnya?
‘’Kamu yakin semua itu karena ucapan Mama?’’ tanya mama untuk memastikan.
‘’Hhmm, memangnya alasan apa lagi. Aku ini ‘kan anak yang baik. Jadi, mau nggak mau aku harus mendengarkan ucapan Mama, biar Mama nggak mengataiku sebagai anak durhaka.’’
‘’Ck, baik apanya. Kau bahkan lebih sering membuat Mama kesal. Untung saja Mamamu ini Mama yang penyabar. Kalau nggak, mungkin sejak dulu Mama sudah mengutukmu menjadi seekor semut.’’
‘’Ya aku juga begitu karena mengikuti sikap Mama. Kata kak -’’
‘’Jangan pake kata kakek lagi, Mama sudah bosan mendengarnya. Selalu saja itu yang kau katakan.’’ Mamanya pun berhenti berbicara dan mulai memakan makanannya, sedangkan papa hanya menggeleng kepala sambil membuang nafas. Pembicaraan apapun, pasti akan berakhir menjadi sebuah perdebatan, jika hal itu melibatkan istri dan anak kesayangannya.
*****
‘’Siang Tan,’’ sapa Feifei pada mama Feng Yin yang sudah membukakan pintu rumah untuknya. Seperti perkataannya, dia datang untuk menjemput Feng Yin.
‘’Siang juga,’’ jawab mama Feng Yin sambil tersenyum ramah.
‘’Kok baru kelihatan sih?’’ ucap mamanya lagi, memprotes Feifei yang sudah hampir 3 minggu nggak pernah lagi berkunjung ke rumah mereka.
‘’Maaf Tan, banyak kerjaan soalnya.’’ Feifei tersenyum sambil memberi alasan, lalu memeluk mama Feng Yin.
‘’Siang Om,’’ sapanya lagi, pada papa Feng Yin yang sedang asyik menonton Tv. Papa pun membalas dengan ramah.
Nggak lama, Feng Yin muncul. Mereka pun langsung pamit ke mall. Feifei hanya menjemput Feng Yin, karena Anxin dan Chun Hua langsung berangkat sendiri.
Kempat sahabat itu menghabiskan hampir 4 jam di mall. Mereka nonton, makan dan bermain.
*****
Sehari sebelum berlibur, keempatnya berkumpul lagi di cafe milik Anxin, tempat nongkrong terfavorit mereka.
‘’Ha, kenapa begitu?’’ protes Feng Yin saat ketiga sahabatnya mengatakan nggak bisa ikut berlibur bersamanya, sedangkan Yue Bin, sudah pasti pria itu nggak bisa ikut, karena sampai sekarang dia belum juga kembali dari perjalanan bisnisnya.
‘’Sorry banget, tapi besok aku ada seminar penting. Aku harus hadir, sebagai perwakilan dari rumah sakit.’’ Feifei memberi alasan tentang dirinya yang nggak bisa ikut berlibur.
‘’Tumben banget, biasanya nggak ada kerjaan kamu.’’ Feng Yin ngedumel. Lalu menatap pada Chun Hua, menunggu alasan yang akan diberikan.
‘’Salahkan atasanku, Pria itu semena mena dan memberiku kerjaan tiba tiba.’’ Chun Hua menggerutu, ‘’aish, padahal aku juga ingin liburan, naik kapal pesiar mewah pasti akan sangat menyenangkan.’’
Feng Yin pun langsung menatap pada Anxin, meminta alasan dari wanita itu. Setahunya Anxin nggak terikat pada apapun, karena dia menjalankan cafenya sendiri.
‘’Aku juga nggak bisa hadir, aku lupa kalau besok adalah peringatan hari kematian kakekku. Jadi, aku nggak mungkin pergi berlibur. Kau nggak mau bukan, kalau sahabatmu ini dicoret dari kartu keluarga?’’
Feng Yin pun hanya bisa mendesah. Dia lalu meminta tiket 3 wanita itu, rencananya dia ingin mengajak mama dan papanya pergi bersama. Toh sayang jika tiket dengan harga fantastis itu terbuang begitu saja.
''Aku bermimpi siang dan malam untuk liburan itu dan sekarang aku malah nggak bisa pergi,'' ucap Feifei mendesah. Wanita itu lalu menyandarkan kepalanya di sandaran kursi. Sebenarnya, Feifei dipaksa untuk ikut seminar, semua ini ulah papanya. Dan sialnya, Feifei nggak bisa nolak, karena si papa mengancam akan menarik semua fasilitas yang Feifei gunakan sekarang.
Chun Hua ikut mendesah.
Baru saja Anxin akan membuka mulut, tetapi Feng Yin langsung membungkamnya. ''Itu salahmu karena nggak mengingat hari peringatan kematian kakekmu. Lagian bisa-bisanya ada cucu sepertimu,'' omel Feng Yin sambil menggeleng kepalanya.
''Kalian sama aja! kamu bahkan lebih parah darinya. Apa kau lupa, dulu kau bahkan pernah melupakan hari ulang tahun mamamu dan malah mengajak kami berlibur ke luar kota?'' timpal Chun Hua dengan sedikit mendorong lengan bagian atas Feng Yin.
''Mana ada aku melupakannya, aku hanya terlambat beberapa menit untuk mengucapkan selamat ulang tahun padanya.'' Feng Yin berusaha membela diri. Tapi, ketiga sahabatnya nggak percaya dengan ucapan itu.
''Itu karena Yue Bin yang mengingatkan. Kalau nggak, aku jamin kau akan langsung dipecat anak oleh mamamu,'' ucap Feifei yang kembali membuat mereka tertawa, sedangkan Feng Yin langsung memasang wajah manyunnya. Dia lantas mengalihkan pembicaraan.
‘’Lain kali, awas saja kalau kalian tiba-tiba membatalkan janji seperti ini’’
Feng Yin lalu berdiri dari duduknya. ‘’Yaudah aku pulang dulu, mau kasih tiketnya ke mama-papa. Kalian tahu sendiri, kalau waktunya terlalu mepet, yang ada aku bakalan diomelin.’’
Mereka pun mengangguk menyetujui, Feng Yin pun langsung melangkah pergi.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments