Part 3

Sesampainya di Honey Cafe (Cafe milik Gu Anxin) Feng Yin langsung melangkah menuju meja yang memang disediakan khusus untuk mereka berempat. Anxin bahkan Nggak pernah mengizinkan pelanggan lain untuk menempati meja itu.

‘’Apa semuanya berjalan lancar?’’ tanya Anxin. Wanita itu melangkah mendekat pada Feng Yin, dengan membawa satu potong cake red velvet dan bubble tea (Minuman kesukaan Lu Yuan yang juga menjadi minuman kesukaan Feng Yin).

‘’Hhmm, semuanya berjalan lancar.’’

‘’Lalu, kenapa wajahmu lesu seperti itu?’’ tanya Anxin memperhatikan raut wajah Feng Yin.

‘’Sebenarnya, aku memiliki harapan yang besar akan drama ini, aku ingin drama ini dibintangi oleh Lu Yuan, tetapi mereka menolaknya,’’ ucapnya disertai dengan buangan nafas, dia lalu mengambil bubble tea yang sudah berada diatas meja, kemudian meminumnya, sedangkan Anxin yang mendengar curhatnya lantas tertawa sambil menggeleng kepalanya.

‘’Lagian kamu ada-ada saja. Kan banyak aktor hebat lainnya, Lu Yuanmu itu juga sangat sibuk, dan bukannya dia hanya akan membintangi drama yang ditulis oleh penulis-penulis drama terkenal, kau tahu itu kan?’’

‘’Hhmm aku sangat mengetahuinya, tetapi aku tetap saja berharap.’’

‘’Sudahlah, jangan sedih lagi. Kau tinggal harus menjadi seorang penulis terkenal agar suatu saat kau bisa bekerjasama dengannya.’’ Anxin memberi semangat. Kalau sudah begini, dia yakin Feng Yin pasti akan kembali tersenyum lagi, dan benar saja, kalimat itu mampu mengembalikan semangat Feng Yin. Wanita itu bahkan langsung bertekad untuk menjadi seorang penulis drama terkenal, dalam waktu 5 tahun kedepan.

‘’Ada apa nih?’’ Luo Feifei datang dan langsung mendudukan dirinya di samping Feng Yin. Wanita itu juga langsung mengambil cake milik Feng Yin dan langsung memakannya.

‘’Kau melewatkan waktu makan lagi?’’ tanya Feng Yin pada Feifei yang terlihat seperti orang kelaparan.

‘’Hhmm, semalam aku harus melakukan dua operasi darurat dan operasinya baru selesai sejam yang lalu. Aku benar-benar kelaparan, tubuhku seperti Nggak sanggup berdiri dengan tegap.’’

‘’Dan kau masih bisa kesini?’’ tanya Feng Yin dengan wajah datarnya. Wanita itu tahu kalau Feifei sedang melebih-lebihkan apa yang terjadi.

‘’Aku datang karena aku pikir kalian akan merindukanku, setelah hampir seharian Nggak melihat wajahku yang cantik ini,’’ ucap Feifei dengan narsisnya. Dia bahkan sudah mengedip-ngedipkan matanya dengan genit. Feng Yin dan Anxin hanya saling memandang, lalu menggeleng kepala.

‘’Oh ya, Chun Huaa mana, belum nyampe ya?’’

‘’Belum, palingan sore baru nyampe,’’ jawab Anxin. Wanita itu lalu memanggil satu pelayan cafenya dan meminta pelayan itu untuk menyiapkan beberapa jenis makan siang, karena sudah hampir memasuki waktu makan siang.

‘’Oh ya, meeting nya bagaimana, lancar?’’ tanya Feifei pada Feng Yin. Wanita itu masih memakan cake red velvet milik Feng Yin.

‘’Lancar kok’’ jawab Feng Yin tersenyum. Tangannya bergerak, ingin mengambil bubble tea yang ada di meja, tetapi nihil, dia hanya bisa menggenggam udara, karena Feifei sudah lebih dulu mengambil minuman itu.

‘’Untukku ya, aku kehausan,’’ ucapnya sebelum minum.

Setelah itu, dia meletakan kembali cup yang sudah kosong diatas meja dan sambil menggerutu. ‘’Ih, aku kok nggak disediain minum sih?’’ protesnya pada Anxin.

‘’Maaf ya, aku hampir keselek soalnya,’’ ucapnya lagi pada Feng Yin, sambil memperlihatkan senyum manisnya. Kalau sudah seperti ini, mana bisa Feng Yin marah?

‘’Oh ya …’’ Feifei mengambil tas selempangnya, mencari sesuatu dalam tas itu.

‘’Nih’’ Dia mengeluarkan 5 tiket berlibur di kapal mewah dan meletakan tiket itu diatas meja.

‘’Omg ini kan…?’’ Feng Yin dan Anxin menganga, mengambil tiket yang yang baru saja diberikan Feifei, keduanya saling memandang, lalu kembali memandang pada Feifei.

‘’Ka - kau Nggak kenapa-kenapa ‘kan?’’ tanya Feng Yin yang membuat Feifei kebingungan.

‘’Kau Nggak menderita penyakit mematikan ‘kan? Kalau iya, jangan sembunyikan hal itu dari kami. Jangan menutupinya dengan cara seperti ini,’’ ucap Feng Yin lagi. Sontak saja Feifei melebarkan matanya. Wanita itu juga langsung mendorong kening Feng Yin, hingga kepalanya terpental ke belakang.

‘’Ngomongnya itu loh …,’’ omel Feifei dengan wajah kesalnya.

‘’Kan memang biasanya gitu. Kalau seseorang tiba-tiba bersikap baik tuh biasanya alasannya dua. Kalau bukan sedang melakukan kesalahan, biasanya umurnya sudah diujung tanduk dan kalau dilihat dari skalanya, sepertinya pilihan kedua lebih tepat untuk apa yang terjadi sekarang. Iya kan?’’ Lalu dia menghadap Anxin, meminta pendapat dari wanita itu. Anxin pun langsung mengangguk mengiyakan, karena memang dia memikirkan hal yang sama seperti Feng Yin.

Langsung saja Feifei merebut kembali tiket liburan yang ada di tangan Feng Yin dan Anxin. ‘’Yaudah tiketnya biar aku kasih orang lain saja.’’

Feng Yin dan Anxin pun langsung bergerak cepat, untuk merebut kembali tiket itu dari tangan Feifei.

‘’Enak aja, yang udah dikasih nggak boleh diambil lagi, nggak baik,’’ ucap Anxin. Feng Yin langsung mengangguk menyetujui.

Feifei pun hanya bisa berdecak kesal, lalu membuang pandangannya ke arah lain, sedangkan Feng Yin dan Anxin sudah tersenyum senang, keduanya saling memperlihatkan tiket yang ada di tangan mereka.

‘’Kita bakalan liburan di kapal mewah.’’ Feng Yin kesenangan. Lalu Keduanya cekikikan, sedangkan Feifei sudah melihat mereka dengan tatapan datar.

‘’Aku sedang kesal dan kalian Nggak berniat membujukku?’’

‘’Ha, kau sedang kesal? Kenapa?’’ tanya Feng Yin pura-pura Nggak tahu. Lalu menatap pada Anxin dan keduanya tertawa.

‘’Aish kalian benar-benar sahabat menyebalkan dan lucunya aku betah dan bertahan dengan kelakuan aneh kalian ini.’’

‘’Ya karena kamu juga aneh. Orang aneh mah bertemannya sama orang aneh juga,’’ jawab Anxin lalu kembali tertawa.

‘’Iya. Kalau kamu mengatai kami aneh, berarti kau juga sedang mengatai dirimu sendiri, karena kita berempat itu sama, sikapnya sama,’’ timpal Feng Yin. Dua wanita itu terus saja tertawa, sedangkan Feifei hanya memasang wajah datarnya. Dia Nggak marah, hanya sedang berpura-pura kesal saja.

Feifei lalu mengambil ponselnya, dan hal pertama yang terjadi padanya adalah kaget. Dia kaget melihat layar ponselnya yang sedang menampilkan berita terpanas yang baru dirilis media sekitar setengah jam yang lalu.

‘’Ada apa?’’ Feng Yin memperhatikan wajah Feifei, mengira ada hal buruk yang menimpa keluarga Feifei, sampai wanita itu terlihat begitu syok.

‘’Ada apa?’’ timpal Anxin ikut bertanya karena memiliki pikiran yang sama seperti Feng Yin.

‘’Sepertinya hari ini akan menjadi hari patah hati terbesar dan ter menyakitkan dalam hidupmu,’’ Feifei lalu memberikan ponselnya pada Feng Yin yang nampak kebingungan dengan ucapannya.

Dalam beberapa detik, Feng Yin sudah terdiam seribu bahasa, matanya menatap dengan serius, membaca kata demi kata yang ada di artikel yang diberikan Feifei padanya.

Saat ini, dunia sedang digemparkan oleh foto Lu Yuan bersama seorang artis terkenal. Di foto itu, keduanya sedang berjalan santai, dengan tangan yang saling menggenggam erat.

Belum ada konfirmasi yang jelas tentang foto itu, tetapi Feng Yin seakan bisa merasakan kalau kabar itu benar adanya. Dan foto itu bukan rekayasa semata.

Dia melihat dengan jelas, bagaimana cara Lu Yuan tersenyum pada aktris itu. Pria yang sangat jarang tersenyum, dapat tersenyum dengan begitu lebar.

Bersambung .....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!