Ponselnya tiba-tiba berdering. Cepat-cepat Feng Yin meraih ponselnya dari dalam tas, lalu berlari keluar balkon, karena takut dering ponsel itu mengganggu tidur nyenyak Lu Yuan.
Feng Yin pun duduk di bean bag yang ada di balkon kamar.
‘’Apa yang kau lakukan, kenapa setiap kami menelpon kau selalu saja berada di balkon kamar mu.’’ Seperti biasanya, Feifei langsung nge rocos.
‘’Kau tau, pemandangan di kamarku beribu ribu kali lebih menyenangkan dari pemandangan paling indah yang ada di kapal ini. Eh nggak deh, bukan hanya kapan, tapi di seluruh dunia ini,’’ Feng Yin tersenyum lebar, teringat Lu Yuan yang sedang tidur di ranjangnya.
Sementara Keempat sahabatnya langsung mengerut kening, bingung akan jawaban Feng Yin yang menurut mereka sedikit absurd.
‘’Namanya kamar ya tetap kamar, memangnya ada hal menyenangkan apa di kamar?’’ ucap Chun Hua. Tiba-tiba saja wanita itu membuka mulutnya lebar, dan menatap selidik pada Feng Yin.
‘’Jangan bilang …’’ ucapnya yang membuat para sahabatnya penasaran. Mereka semua menunggu apa yang akan dikatakan Chun Hua.
‘’Jangan bilang kau membawa seorang pria ke kamarmu dan itu yang membuatmu betah berdiam diri dalam kamar,’’ sambung Chun Hua.
Para sahabatnya pun ikut melebarkan mata dan menatap penuh selidik pada Feng Yin yang sudah menelan salivanya, sedikit gugup untuk menjawab.
‘’Feng Yin jawab pertanyaannya, apa benar yang dikatakan Chun Hua?’’ Kali ini Yue Bin yang bertanya.
‘’Nggak. Mana ada? Kalian tahu sendiri aku seperti apa.’’ Para sahabat seakan nggak percaya. Dan semakin nggak percaya saja mereka, saat tiba-tiba mereka melihat sosok pria melangkah mendekat pada Feng Yin.
‘’Feng Yin, kau?’’ ucap Feifei dengan wajah syoknya. Respon yang sama juga diberikan oleh 3 sahabat lainnya.
Feng Yin yang sadar kalau Lu Yuan tertangkap kamera, langsung mengubah posisinya. Cepat-cepat dia menutup kamera dan menyuruh Lu Yuan untuk tidak berbicara, tapi bukan Lu Yuan namanya, kalau menurut begitu saja. Pria itu malah dengan sengaja berbicara.
‘’Kenapa meninggalkanku saat aku tidur?’’ Lu Yuan sengaja ingin mengerjai Feng Yin yang wajahnya sudah tampak kebingungan. Pria itu semakin ingin menggoda, saat mendengar suara-suara teriakan dari seberang telepon.
Feng Yin hanya bisa menatap, saat Lu Yuan dengan santainya mendudukan dirinya di bean bag, lalu memandang ke arah laut. Kedua tangannya diletakan di belakang kepala.
‘’Siapa itu?’’ tanya Yue Bin saat Feng Yin kembali mengarahkan wajahnya di depan kamera.
‘’Oh itu, dia penghuni kamar sebelah.’’
‘’Kau pikir kami bodoh, jelas-jelas tadi dia keluar dari kamarmu, kau pikir kami nggak melihatnya?’’ sanggah Chun Hua.
‘’Arahkan kamera padanya,’’ suruh Yue Bin dengan nada penuh perintah. Dia bukannya marah atau apa, hanya saja sedikit khawatir pada Feng Yin dan itu juga yang dirasakan ketiga sahabat lainnya.
Feng Yin menggeleng, langsung menolak permintaan Yue Bin. Bukannya apa, pria itu adalah Lu Yuan dan sepertinya akan kurang baik jika para sahabatnya mengetahui hal itu.
‘’Feng Yin pria itu bukan seorang kriminal ‘kan?’’ tanya Feifei yang membuat Lu Yuan melebarkan matanya, sedikit nggak terima dengan tuduhan Feifei.
Feng Yin pun hanya bisa menyengir pada Lu Yuan. Setelah itu, Feng Yin kembali melihat pada kamera.
‘’Pokoknya kalian tenang saja, dia bukan seorang kriminal ataupun pria berbahaya. Yasudah, aku tutup dulu ya, lain kali aku pasti akan memberitahukannya, tapi bukan sekarang.’’ Feng Yin pun langsung mengakhiri panggilan teleponnya.
‘’Maaf, mereka sedikit berisik.’’ Feng Yin agak Canggung.
‘’Kau tidak marah ‘kan?’’ Feng Yin ingin memastikan. Lu Yuan sedikit melirik padanya, tapi nggak mengatakan apa-apa, hanya gelengan kepala yang diberikan sebagai jawaban akan pertanyaan Feng Yin.
Feng Yin pun tersenyum. Dia lalu memperbaiki posisi duduknya dan ikut menatap indahnya lautan biru.
‘’Ini sudah hampir jam 8, Kau benar benar nggak mau datang ke party itu?’’
Lu Yuan langsung melirik pada Feng Yin. ‘’Nggak!’’
Feng Yin langsung bangun dari posisi menyandarnya. ‘’Kamu yang nggak mau pergi, kenapa ikut melarangku juga?’’ ucapnya dengan kesal.
‘’Berhentilah membahas hal yang nggak menyenangkan.’’
Mata Feng Yin langsung terbuka lebar. ‘’Itu party, party! Bagaimana bisa hal itu nggak menyenangkan? Ternyata hidupmu sangat datar dan nggak menyenangkan,’’ gerutu Feng Yin, tapi nggak ditanggapi oleh Lu Yuan.
‘’Kalo kamu nggak mau pergi, aku saja yang pergi. Lagian, kenapa juga kau melarangku!?’’
Lu Yuan diam, tapi ekspresinya seakan mengatakan kalau dia nggak peduli dengan apapun yang dikatakan Feng Yin padanya.
Setelah perdebatan singkat itu, keduanya kini terdiam seribu bahasa. Mereka hanya memandang datar pada laut biru. Nggak ada pembicaraan, semuanya hening, sampai satu suara tiba-tiba saja menyapa indera pendengaran keduanya.
‘’Yuan,’’ panggil Lin Qi dari balkon kamarnya.
Lu Yuan dan tentu juga Feng Yin langsung melihat padanya. Hanya beberapa detik, dan Lu Yuan sudah mengalihkan pandangannya lagi. Berbeda dengan Lu Yuan, Feng Yin masih saja menatap Lin Qi. Bukan tatapan kagum, tetapi lebih pada tatapan kesal.
‘’Ck, untuk apa lagi dia menyapamu? Dia yang sudah meninggalkanmu, tapi sekarang malah ingin dekat denganmu lagi. Ck hatinya gampang sekali terombang ambing. Apa karena kita sedang di lautan ya?’’ Feng Yin penuh sindiran. Lu Yuan tetap saja datar, sambil memperhatikan wajah mungil Feng Yin yang terlihat kesal.
Lin Qi begitu kesal, saat melihat Lu Yuan yang tidak peduli lagi padanya, apalagi setelah melihat pria itu menatap pada Feng Yin. Dia benar-benar merasa sangat kesal, mereka baru berpisah tadi malam, tapi Lu Yuan sudah menganggapnya seperti orang asing.
‘’Yuan apa yang sedang kau lakukan?’’ tanyanya dengan ekspresi pura-pura tersenyum, tapi Lu Yuan tidak menanggapi.
‘’Honey,’’ panggil Feng Yin dengan suara manjanya, membuat Lu Yuan tersedak salivanya sendiri, hingga beberapa kali mengeluarkan batuk kecil. Pria itu kaget dengan panggilan yang diberikan Feng Yin padanya.
‘’Kenapa honey?’’ ucap Feng Yin lagi dengan suara manjanya. Wanita itu beberapa kali mengusap punggung Lu Yuan.
‘’Ada apa dengan panggilanmu?’’ Pria itu melihat Feng Yin dengan tatapan bingungnya, tapi hanya dibalas senyum oleh Feng Yin. Setelah itu, dia melihat pada Lin Qi yang tampak geram. Wajah mantan kekasih Lu Yuan itu sudah memerah menahan kesal, jari-jari tangannya juga sudah terkepal erat, tapi Feng Yin nggak peduli, dia malah semakin ingin memanasi Lin Qi.
Bersambung .....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 64 Episodes
Comments